Part 4

Keesokan hari, selepas menjemput Langit. Mutia langsung balik ke apartemen untuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke kota S untuk acara peresmian cabang baru di kota tersebut. "Bunda, kok beres-beres. Kita mau ke mana?" tanya Langit. "Mau main di pantai, Langit mau nggak?" tukas Mutia. "Mau dong bunda. Nanti di sana buat istana pasir ya" ajaknya. "Siapa takut" mereka berdua tertawa bersama. "Abis ini Langit makan, terus.....????" Mutia sengaja menggantung ucapannya. "Bobok siang" Langit melanjutkan ucapan bundanya. "Anak pintar" puji Mutia mengusap rambut Langit dengan lembut. Langit mengerjakan apa yang menjadi perintah bundanya dengan ceria.

Saat Langit bobok siang, datanglah Dena. "Kak, sudah siapkah?" "Ini juga baru beberes Den, lagian Langit juga lagi tidur" ucap Dena sambil memasukkan baju Langit dan bajunya ke dalam koper. "Minggu kita balik kan Den?" tanya Mutia ke Dena yang memang mengatur jadwalnya. "Iya lah Kak, lagian Senin Langit sudah sekolah lagi kan?" ucap Dena. "Aku mau beres-beres juga kak" pamit Dena masuk ke kamarnya. Sementara bik Sumi sudah pulang ke kampung halaman sedari pagi tadi.

Sore hari mereka bertiga menuju bandara. Langit sangat antusias saat naik tangga pesawat. "Bun, kalau sudah gedhe aku mau jadi sopir nya pesawat" celotehnya. Dena bahkan tertawa mendengarnya. "Langit, sopirnya pesawat namanya apa? Bunda pernah bilangkan?" tanya Mutia. "Apa ya bun, Langit lupa?" ucapnya polos. "Oh ya...pilot" Langit terlihat senang karena berhasil mengingatnya. Bahagiamu sederhana putraku, batin Mutia. Saat pesawat lepas landas, Langit bahkan tidak ada takut-takutnya. Mutia memang selalu mengajak Langit kemanapun dia pergi. Langit pun akhirnya terbiasa dengan naik beberapa kendaraan. Penerbangan itu hanya memerlukan waktu sekitar satu jam lima belas menit.

Sampai hotel sudah menjelang petang. "Kak, kalian istirahat saja dulu. Abis ini aku pergi ke cabang, skalian mau mengecek persiapan sampai sejauh mana buat peresmian besok" ucap Dena. "Den, jangan lupa anak-anak yatim yang kita undang ya" Mutia mengingatkan. "Langit, kita makan malam dulu ya. Di resto hotel aja" ajak Mutia. Setelah check in dan menaruh barang-barang mereka, Mutia dan Langit berjalan ke resto. Sementara Dena menuju lobi untuk pergi ke kantor cabang yang akan diresmikan. "Bun, kapan kita ke pantainya?" tanya Langit di sela-sela makan. "Bagaimana kalau besok pagi kita ke sana" tukas Mutia. "Asyikkkk" teriak Langit dengan ceria.

Mutia memenuhi janjinya mengajak Langit ke pantai. Karena masih pagi suasana masih agak sepi. Angin yang berhembus sedikit kencang, menambah hawa dingin. Tapi semua itu tidak menyurutkan keinginan Langit untuk bermain istana pasir bersama bunda nya. Istana yang telah dibangun itu hancur seketika ketika disapu ombak lautan. Langit tertawa senang. "Ayok bun kita bikin lagi" serunya. Mutia pun mengikuti yang diinginkan Langit. Saat matahari mulai terik, barulah Langit mau diajak beranjak dari bibir pantai itu. "Kita kembali ke hotel ya?" ajak Mutia. "Oke bun" sahut Langit menuntaskan suapan terakhir makan ikan segar bakar itu.

Mereka ketemu di lobi dengan Dena yang telah bersiap. "Kak, aku duluan ya. Ntar kalau sudah oke persiapannya aku kabari" ucapnya bergegas menuju mobil jemputan. Mutia dan Langit naik lift menuju kamar. "Langit, bobok dulu ya. Abis bobok ikut bunda lagi!!" tawar Mutia. "Ikut di acara bunda ya? Oke Bun, Langit akan menjaga kemanapun bunda pergi" sahut Langit penuh semangat. "Makasih tampan" puji Mutia dengan memeluk Langit.

Mutia bergegas bersama Langit, sejenak setelah menerima panggilan telpon dari Dena. Mobil yang menjemput mereka pun telah siap. Tiba di tempat acara, suasana meriah telah menyambut kedatangan sang pemilik usaha itu. Para kolega juga nampak telah hadir. Ada binar kebahagiaan di mata Mutia. Hal itu tidak lepas dari semua pandangan putra semata wayangnya. Suatu saat kelak aku harus bisa membahagiakan bunda, batin Langit. Langit duduk tenang saat Mutia memberikan sambutan di atas podium. Bunda ku cantik, puji Langit dalam hati. Acara dilanjutkan dengan pengguntingan pita. Mutia puas dengan hasil yang disiapkan oleh Dena dan tim. Acara berlangsung sukses. Acara dilanjutkan dengan ramah tamah dengan para kolega-kolega yang hadir.

Langit yang merasa bosan dengan acara orang dewasa itu, beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan keluar dari tempat acara bunda nya. Ternyata di depan outlet tempat acara berlangsung, tampak area playground. Dengan semangat Langit pun menuju ke sana. Karena tidak membawa uang dan tidak ada pendamping, serta merta Langit ditolak untuk masuk ke arena playground itu.

Langit berjalan gontai di tempat yang ternyata sebuah mall besar di kota S itu. Langit duduk di sebuah kursi kosong sebuah foodcourt. Karena hanya asal duduk, Langit pun tidak memperhatikan sekeliling. "Hai anak tampan, kenapa mukanya ditekuk?" sapa seorang laki-laki dewasa yang duduk tepat di depan Langit. Seorang laki-laki yang ternyata telah memperhatikan Langit yang datang sendiri tanpa orang dewasa yang mendampingi. Langit pun memandang seseorang yang menyapanya. Deg, batin laki-laki dewasa itu. Kenapa dia sangat mirip denganku waktu kecil, batinnya. "Hai Om tampan " sapa Langit mengikuti sapaan laki-laki itu terus kembali menekuk mukanya. "Kok mukanya ditekuk lagi" lanjut laki-laki itu. "Abis mau mainan di playground nggak dibolehin sama kakak-kakak yang di sana. Langit nggak bawa uang om" Langit mulai berkaca-kaca. "Jadi namamu Langit? Kenalin nama Om, Sebastian" sapa laki-laki dewasa itu mengulurkan tangannya. Langit pun menyambut uluran tangan itu, "Langit Putra Ramadhan" sebutnya. "Wah nama kita ada yang sedikit sama nih, Sebastian Putra" ujar laki-laki itu.

"Gimana kalau Langit makan dulu, abis itu Om anter ke playground" Sebastian menawari. "Langit ingin makan apa?" lanjutnya. "Ayam goreng" suara Langit mulai semangat. "Tunggu sini ya, Om pesankan dulu" Sebastian bangkit menuju outlet ayam goreng terkenal itu. Sekembalinya Sebastian mencoba mengorek tentang Langit yang sendirian itu. "Langit, kenapa sendirian di tempat seperti ini??" tanya Sebastian. "Aku bosan Om, acarnya bunda membosankan" gerutunya. Langit memang sering diajak Mutia kalau ada acara pembukaan cabang. "Om sendiri ngapain di sini. Sendiri juga seperti Langit?" Langit mengembalikan pertanyaan ke Sebastian. Sebastian sebenarnya sedang memantau perkembangan mall yang dijunjunginya kali ini. Mall saat ini dia berada adalah mall milik keluarganya. "Main aja, bosan di rumah sama seperti Langit yang lagi bosan juga" Sebastian terkekeh. "Sama dong Om" Langit mulai menyuap makanan yang baru diantar. Langit sangat lahap makan ayam goreng yang merupakan makanan kegemarannya.

Nampak seorang laki-laki menghampiri mereka berdua, "Tuan, sudah waktunya kita kembali ke kota J. Pesawat juga sudah siap di bandara" ujar orang itu. "Kamu undur aja jadwal kita Dewa" perintah Sebastian. Dewa Anggara, yang ternyata asisten Sebastian itu mengernyitkan alisnya. "Sudah undur saja, jangan banyak pertanyaan" ulang Sebastian. Dewa mangangguk, tapi pandangan Dewa tak luput memandang anak laki-laki yang sedang lahap makan itu. Sebuah pertanyaan aneh terlintas di otaknya, mirip sekali dengan tuan Sebastian waktu kecil. Tapi Dewa segera menepis pikiran itu. Mana mungkin tuan nya yang masih single mempunyai seorang anak. Dewa Anggara telah mengikuti Sebastian selama lima tahun terakhir, menggantikan ayahnya yang juga merupakan asisten ayah Sebastian juga. Tak nampak seorang wanita pun yang dekat dengan tuan Sebastian, pikirnya.

to be continued 🤗

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

wah langit ketemu deddynya..

2023-11-12

1

~¥^D^~

~¥^D^~

Sebastian ini ayahnya langit ya Thor .. gimana nanti ceritanya langit bisa tw ayahnya Thor???

2023-11-05

2

shadowone

shadowone

bagus sih ceritanya. tapi jadi malas baca dengan cara penulisanya ga ada space kayak benang kusut. maaf thor.

2023-10-29

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengkhianatan
146 Promote "Aku Yang Tersisih"
147 Promote 'Langit dan Jingga'
148 Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149 Promote "My Aluna"
150 Promote 'Bukan Benih Suami'
151 Promo 'Lost Memory'
152 Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengkhianatan
146
Promote "Aku Yang Tersisih"
147
Promote 'Langit dan Jingga'
148
Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149
Promote "My Aluna"
150
Promote 'Bukan Benih Suami'
151
Promo 'Lost Memory'
152
Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!