Part 3

Mutia meninggalkan Langit yang sudah tertidur pulas. Mutia kembali ke meja kerjanya dan meneruskan aktivitasnya yang tertunda.

Mutia menekan telpon yang ada di sampingnya. "Den, bisa ke ruanganku sebentar?" pinta Mutia.

Tanpa menunggu lama terdengar ketukan pintu, "Masuk Dena!!!" perintah Mutia.

"Ada apaan kak?" tanyanya sambil menaruh pantat di kursi depan Mutia.

"Bagaimana kalau besok sore kita berangkat Dena, kan kuajak Langit ke pantai sebentar sebelum acara?" ujar Mutia.

"Bisa sih kak. Mumpung masih ada waktu sehari, aku bisa bookingkan hotel sama merescedule tiket pesawatnya. Semoga aja masih bisa" celetuk Dena.

"Kamu aturlah Den, Langit kayaknya udah lama nggak kuajak piknik...he...he.." tawa renyah Mutia terdengar, padahal semua itu kamuflase untuk menutupi kesedihannya.

"Kak, jangan marah ya. Aku mau bilang sesuatu" ujar Dena lirih.

"Apaan?" sela Mutia.

Pasti Dena akan bilang tentang Langit, batin Mutia saat itu.

"Bener ya kak, jangan marah??" Dena menegaskan kembali ucapannya.

Mutia pun mengangguk.

"Kak, tolong sekali-kali ajaklah Langit ke makam ayahnya. Langit sangat sedih kak. Dia ingin sekali melihat ayahnya, walau cuma bisa lihat makamnya" tutur Dena.

Mutia terdiam. Selama ini Mutia menyimpan rapat rahasianya. Bahkan Dena Almira yang selama ini tinggal dengannya dan sudah Mutia anggap sabagai adik sendiri pun tidak pernah mengetahui rahasia besarnya itu.

"Akan aku usahakan Den, baiknya kita bersiap pulang" ajak Mutia beranjak dari duduk dan hendak berberes.

"Tunggu Langit bangun dong kak" seloroh Dena tersenyum. Dena keluar ruangan Mutia.

"Bun...bunda di mana?" tedengar panggilan Langit dari kamar.

"Iya sayang, bunda di sini. Bunda lagi berberes nih" tukas Mutia.

Terlihat pintu terbuka dan nampaklah Langit di sana dengan muka khas bangun tidur.

"Anak bunda yang paling tampan ternyata sudah bangun ya? Abis ini kita bersiap pulang ya" kata Mutia meneruskan aktivitasnya. Langit mengangguk dengan sedikit malas.

Mutia dan Dena turun bersamaan. Keluar dari lift, Langit berlari kecil mendahului mereka. Tawa ceria anak kecil itu sudah kembali seperti semula.

Dia seolah lupa yang sudah dibicarakan dengan aunty nya tadi siang. Seperti biasa pak Sarno sudah menyiapkan mobil dan menyerahkan kuncinya ke sang bos.

"Sore nyonya, ini kunci mobilnya" pak Sarno menyerahkan kunci mobil Mutia dengan sopan.

"Sore kakek, kakek kok belum pulang???" Langit menyapa security tua itu.

"Siap aden, abis ini kakek pulang. Kan musti nunggu den Langit pulang dulu, baru kakek menyusul" ujarnya.

Langit dan pak Sarno memang akrab seperti cucu dan kakeknya sendiri.

"Kalau gitu tosss dulu dong. Hati-hati ya kek pulangnya" celoteh Langit sambil melakukan toss dengan pak Sarno.

"Siap laksanakan den" tukas cepat pak Sarno. Mutia tersenyum melihat keakraban Langit dan security itu.

Mutia mengajarkan Langit untuk ramah ke siapapun tanpa memandang kasta sosialnya.

Sejauh ini lumayan berhasil untuk seorang Langit. "Pak Sarno, kami duluan ya" ujar Mutia memasuki mobilnya.

"Baik nyonya, hati-hati. Da...da...den Langit" ucap pak Sarno menutupkan pintu mobil sang nyonya.

Mutia tinggal di sebuah apartemen elit di kota J. Apartemen Royal namanya. Mobil meluncur ke sana. Langit yang duduk di jok belakang berceloteh, "Aunty main tebak-tebakan yuk?" ajaknya untuk mengusir kebosanan.

"Ayok, siapa takut" jawab Dena.

"Aku duluan ya aunty??" tawar Langit. Mutia masih fokus memperhatikan jalan di depannya yang macet.

"Makanan apa cara pesannya musti marah-marah?" ucap Langit.

"Kuhitung sampe sepuluh, kalau belum jawab aunty kalah" Langit pun mulai menghitung.

Sampai hitungan sembilan, Dena pun menjawab "Teriaki" Dena puas dengan jawabannya.

"Kok bisa sih" celetuk Langit merasa kecewa karena aunty Dena bisa menjawab dengan tepat.

"Yeeiiii, aunty betul ya? Satu kosong" seloroh Dena.

"Ayo sekarang giliran aunty" lanjut Langit.

"Siap...Makanan apa yang suka bikin anak nangis??? Ayo tebak. Apa coba?" Dena menoleh ke arah Langit.

Langit berpura-pura berpikir.

"Aunty hitung loh" Dena pun menghitung seperti yang dilakukan Langit tadi.

"Kue coklat" Langit memberikan jawaban.

"Kurang tepat. Mau dikasih tau atau mencoba lagi?" sela Dena.

"Bentar aunty, harusnya benar dong. Kue coklat kalau kebanyakan bisa buat sakit gigi loh" Langit memberi alasan.

"Bunda bantu mau nggak?" sela Mutia. "Apaan bunda?" Langit menunggu jawaban bundanya.

"Kue cubit...ha...ha...." Mutia tertawa.

"Wah, bunda pinter juga ternyata..ha...ha...." Langit memuji bundanya itu.

Sampailah mereka di basement apartemen Royal. Mutia dan keduanya menuju lift, dan naik ke unit apartemen miliknya. Ada bik Sumi yang menunggu. Bik Sumi adalah mantan tetangga Mutia dulu sewaktu tinggal di desa. Karena sama-sama sebatang kara, Mutia mengajak tinggal bersamanya.

"Den Langit, mandi dulu ya. Sudah bibi siapin loh airnya" ajak bik Sumi, sementara bocah kecil tampan itu masih sibuk dengan mainannya.

"Langit..." panggil bunda Mutia.

"Siap bun, Langit mandi dengan bik Sum" jawab Langit yang paham arti panggilan bundanya sekarang.

Mereka berempat makan malam bersama. Bik Sumi yang sudah Mutia anggap sebagai pengganti ibunya yang telah meninggal pun makan di meja yang sama dengan dirinya.

Sementara Dena Almira adalah orang yang Mutia ajak mulai dari jaman susah dulu. Orang yang dengan setia mendampinginya berjuang melewati rintangan-rintangan kehidupannya bersama bik Sumi juga.

Langit tertidur setelah mendengarkan dongeng yang dibacakan oleh Mutia. Mutia menarik selimut untuk putranya. Dia pun beranjak menuju ruang kerja yang berada di samping kamarnya. Mutia sengaja tidak menutup sempurna pintu kamarnya, agar bila sewaktu-waktu Langit bangun Mutia segera tahu. Selama ini Langit sering terjaga di tengah malam dan sering mengigau.

Saat fokus dengan penjualan outlet-outlet nya, bik Sumi masuk mengantarkan sebuah teh panas untuk Mutia.

"Nak, kamu pun perlu istirahat. Jangan diforsir tenaganya" nasehat bik Sumi.

"Bentar lagi selesai kok Bik" tukas Mutia tersenyum.

"Kalau gitu bibi istirahat dulu ya. Oh ya Nak, tadi Dena cerita kalau besok kalian mau berangkat ke kota S. Seumpama Sabtu Minggu bibi pulang ke kampung bagaimana? Bibi sudah lama tidak nengokin makam suami dan anak bibi" ijin bik Sumi.

"Nggak papa Bi. Besok biar dipesankan mobil travel oleh Dena. Biar bibi juga bisa langsung dianter sampe rumah, tanpa sering oper kendaraan" pesan Mutia.

"Makasih Mutia, kenapa kamu sangat baik?" ujar bik Sumi. Mutia hanya tersenyum menanggapi.

Mutia menyusul Langit yang terlelap kembali sehabis mengigau. Mutia pun terbaring di samping putranya itu, pikirannya menerawang jauh ke belakang. Masa lalu yang sebenarnya tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

to be continued

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Mulia baik.. harusnya Langit juga bernasib baik dong... lagian laki² yg menodai mutia beneran berengsek kalau tdk mencari keberadaan perempuan yg telah dia nodain..

2023-11-12

1

yessa mardiana

yessa mardiana

baru baca thor

2023-10-27

1

sintesa destania

sintesa destania

ayahnya laki² tampan yg di jumpai di rs ya

2023-10-25

3

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengkhianatan
146 Promote "Aku Yang Tersisih"
147 Promote 'Langit dan Jingga'
148 Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149 Promote "My Aluna"
150 Promote 'Bukan Benih Suami'
151 Promo 'Lost Memory'
152 Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengkhianatan
146
Promote "Aku Yang Tersisih"
147
Promote 'Langit dan Jingga'
148
Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149
Promote "My Aluna"
150
Promote 'Bukan Benih Suami'
151
Promo 'Lost Memory'
152
Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!