Part 2

Mutia menggandeng putranya sesampai di perusahaan.

Dena yang kebetulan juga berada di lantai bawah menyapa. "Hai Langit, jutek amat mukanya. Pasti bunda nggak beliin ayam goreng ya" tebak Dena.

"Ah, Aunty sok tau" tukas Langit. Langit yang hampir tiap hari ikut ke kantor berlari menuju lift.

Mutia dan Dena menyusulnya. "Langit kamu kenapa sih sayang, dari datang aunty kok dicuekin????" urai Dena menghibur Langit yang tak seperti biasanya.

Dena menatap Mutia, untuk meminta penjelasan. "Ntar aja, biar Langit makan siang dulu. Lagian aku juga lapar ni. Kamu udah makan Den?" tanya Mutia.

"Barusan selesai. Untuk urusan pesanan nyonya Baskoro sudah beres kak" cerita Dena.

"Baiklah, aku ke ruanganku dulu Den. Ayo Langit" Langit dan Mutia keluar dari lift diikuti Dena yang berjalan ke ruangannya sendiri.

"Ayo sayang, sini bajunya bunda gantiin. Habis ini cuci tangan dan kaki" ujar Mutia, dan Langit pun menurut saja.

Karena semua yang disampaikan bundanya itu sudah menjadi kebiasaannya saben hari.

Entah kenapa semua orang tua selalu sering mengucapkan hal-hal yang berulang-ulang, batin Langit.

Langit makan dengan lahap menu yang disiapin bundanya, karena sedari tadi dia menahan lapar harus mampir ke rumah sakit.

"Bun, aku sudah selesai. Boleh mainan sebentar bun? Aku mau ke ruangan aunty, boleh?" ijin Langit.

"Boleh sayang, tapi ingat nggak boleh apaan?" Mutia mengingatkan sang putra.

"Iya...iya...aku tau. Nggak boleh mengganggu aunty Dena yang lagi kerja. Iya kan" tukas Langit.

"Anak pintar" puji Mutia.

Langit berlari kecil menuju ruangan Dena dan langsung masuk saat melihat pintu sedikit terbuka, "Hai aunty" sapa Langit.

"Hai juga ganteng, tumben nyusul ke sini. Pasti Bunda lagi sibuk dengan berkas-berkas di mejanya ya??" celetuk Dena asal nebak.

"Eh aunty kok tau?" ucap Langit sambil menaruh pantatnya di kursi.

"Ya taulah, itu kan sudah menjadi rutinitas bundamu" ujar Dena terkekeh.

"Aunty...aunty...aunty sibuk nggak siang ini?" tanya Langit.

"Nggak kok, kerjaan aunty sudah beres karena semua pesanan sudah selesai pas bundamu jemput kamu tadi. Hayo mau main game ya?" goda Dena.

Hanya gelengan kepala yang ditunjukkan oleh Langit.

Langit Putra Ramadhan itu nama lengkapnya. Langit terdiam, ragu-ragu untuk cerita ke auntynya. Tapi kalau melihat tatapan kesedihan bunda, Langit jadi tak tega.

"Nggak jadi aunty, aku balik aja. Mau tidur di ruangan bunda" seloroh Langit hendak keluar ruangan.

"Padahal aunty penasaran loh" ucap Dena. Langit pun balik mendekati Dena.

"Aku cuma mau nanya ke aunty, tapi jangan bilang bunda ya. Aku nggak mau bunda sedih. Aku sayang sama bunda" ulas Langit dengan muka tertekuk.

"Emang mau nanya apaan sayang?" Dena mendudukkan Langit di pangkuannya.

"Aunty, apa benar ayahku sudah di surga? Kenapa ayah nggak mengajak aku dan juga bunda? Tapi kenapa aku nggak pernah ketemu dengan ayah? Aku juga ingin seperti teman-temanku aunty, yang punya ayah dan bunda" tutur Langit polos.

Dena diam membisu tanpa tau harus menjawab apa.

"Aunty kenapa diam? Jawab dong?" Langit memaksa Dena untuk menjawab.

Sementara di luar pintu ruangan Dena, Mutia sudah berderai air mata mendengar penuturan Langit dengan Dena.

Mutia awalnya hendak memanggil Langit untuk tidur siang tapi malah mendengar obrolan Langit dengan Dena.

Putra semata wayangnya ternyata merindukan seorang ayah, yang Mutia sendiri tidak tau keberadaannya.

Jangankan keberadaan laki-laki itu. Wajahnya saja tidak Mutia kenal.

Dena menjelaskan dengan bahasa yang Langit pahami, "Langit, bunda kan bilang kalau ayah sudah senang di surga. Kalau ayah mengajakmu dan juga bunda, aunty nggak bisa bertemu lagi dong dengan kalian berdua. Aunty kalau sedih gimana?" urai Dena.

"Kata temanku, kalau ayah sudah di surga berarti ayahku sudah meninggal ya aunty? Tapi bunda kok tidak pernah mengajakku melihat makam ayah?" lanjut Langit.

Mutia kembali ke ruangan dengan mata yang sembab tanpa meneruskan niat awalnya untuk memanggil putranya itu. Mutia mencuci mukanya supaya saat Langit kembali ke ruangan tidak tahu kalau bundanya habis menangis.

Terdengar ketukan pintu dari luar, "Bun, bunda ada di dalam?" teriak Langit dari luar ruangan.

"Iya sayang, masuklah!!!" jawab Mutia.

Langit masuk diikuti Dena. "Lekas bobok siang sayang" tatap Mutia ke Langit.

Langit menurut, karena memang matanya terasa sudah mengantuk. Langit pun beranjak ke ruangan yang berada di belakang posisi duduk Mutia.

"Kak, jangan marah ke Langit ya. Tadi Langit bilang ke aku kalau mau lihat tempat ayahnya dimakamkan. Menurutnya kalau ayahnya berada di surga, berarti ayahnya sudah meninggal" jelas Dena.

Mutia menghela nafas panjang. Beban berat serasa di pundaknya sekarang.

"Kak, aku keluar dulu ya" pamit Dena.

Mutia pun menyusul Langit yang masih termenung sambil memeluk guling.

"Kok belum tidur? Mau bunda temenin???" Mutia mendekat ke pembaringan. Langit pun memeluk bundanya.

Mutia tau putranya itu sedang memikirkan sesuatu. Langit pun juga tidak ingin mengatakan apa-apa karena tidak ingin membuat sang bunda bersedih. Lama kelamaan bocah lima tahun itupun terlelap dalam dekapan Mutia. "Maafkan bunda nak", gumam Mutia mengecup kening Langit Putra.

Mutia menerawang jauh saat mendengar dengkuran halus dari nafas putranya yang telah terlelap.

Mutia begitu mengingat kejadian malam itu. Di mana dia ditarik seorang tak dikenal ke dalam sebuah mobil mewah saat berjalan sendirian karena mencari salon untuk merias diri keesokan hari buat persiapan wisuda diplomanya.

Seorang yang tak dia kenal wajahnya karena sekelilingnya gelap. Mutia dipaksa masuk oleh seorang pria ke dalam sebuah kamar hotel. Tanpa menyalakan lampu hotel, Mutia diserang bertubi-tubi oleh laki-laki yang sedang mabuk itu. Dan terjadilah hal yang sangat tidak diinginkan. Keperawanan Mutia bobol saat itu juga. Tragedi malam wisuda, itu menurut Mutia. Mutia bangun pagi-pagi buta dengan badan terasa remuk redam. Mutia meninggalkan laki-laki yang tertidur pulas dengan posisi menelungkup itu. Dengan badan tertatih, Mutia kembali ke kosnya. Mutia tetap mengikuti wisuda meski badannya terasa pegal semua. Laki-laki semalam sungguh beringas, batin Mutia saat itu.

Andai aku kenal mukanya, sesal Mutia. Saat itu Mutia bahkan tidak berpikir panjang kalau akan terjadi kehamilan setelah kejadian itu. Laki-laki brengsek, umpat Mutia dalam hati. Banyak liku-liku yang harus dilalui Maya semenjak saat itu. Liku-liku penuh rintangan yang berujung seperti sekarang. Meski kehidupannya masih timpang tanpa seorang pendamping, tapi kehadiran Langit menjadikan oase tersendiri bagi Mutia. Mutia mendekap Langit yang semakin pulas tertidur.

Sejenak kemudian tidur Langit mulai gelisah, "Ayah..ayah..." panggil Langit mengigau dengan mata tetap terpejam.

"Aku harus bagaimana. Putraku sangat mendamba kehadiran ayahnya?" gumam Mutia bersedih.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

bersambung

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

malang banget nasib Mutia dan Langit...

2023-11-12

2

Anonymous

Anonymous

Mmg waktu di tarik ke hotel .. muka nya gak kelihatan

2023-10-24

1

Atik Marwati

Atik Marwati

ya Allah kasihan banget langit..
tolongin mereka Thor biar langit langit ketemu ayahnya...😔😔😔

2023-10-24

2

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Part 111
112 Part 112
113 Part 113
114 Part 114
115 Part 115
116 Part 116
117 Part 117
118 Part 118
119 Part 119
120 Part 120
121 Part 121
122 Part 122
123 Part 123
124 Part 124
125 Part 125
126 Part 126
127 Part 127
128 Part 128
129 Part 129
130 Part 130
131 Part 131
132 Part 132
133 Part 133
134 Part 134
135 Part 135
136 Part 136
137 Part 137
138 Part 138
139 Part 139
140 Part 140
141 Part 141
142 Part 142
143 Part 143
144 Part 144
145 Pengkhianatan
146 Promote "Aku Yang Tersisih"
147 Promote 'Langit dan Jingga'
148 Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149 Promote "My Aluna"
150 Promote 'Bukan Benih Suami'
151 Promo 'Lost Memory'
152 Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Part 111
112
Part 112
113
Part 113
114
Part 114
115
Part 115
116
Part 116
117
Part 117
118
Part 118
119
Part 119
120
Part 120
121
Part 121
122
Part 122
123
Part 123
124
Part 124
125
Part 125
126
Part 126
127
Part 127
128
Part 128
129
Part 129
130
Part 130
131
Part 131
132
Part 132
133
Part 133
134
Part 134
135
Part 135
136
Part 136
137
Part 137
138
Part 138
139
Part 139
140
Part 140
141
Part 141
142
Part 142
143
Part 143
144
Part 144
145
Pengkhianatan
146
Promote "Aku Yang Tersisih"
147
Promote 'Langit dan Jingga'
148
Promote 'Nikah Untuk Bahagia'
149
Promote "My Aluna"
150
Promote 'Bukan Benih Suami'
151
Promo 'Lost Memory'
152
Promo Again 'Pelabuhan Terakhir Cassanova'

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!