chapter 4

Aleysia menatap kosong jalan raya di depannya. Bunyi bising mobil yang melintas tak dihiraukannya. Pikirannya hampa, jiwanya seperti hilang arah.

Drett drettt

Ponsel dalam jaketnya bergetar. Aleysia merogoh sakunya. Sebuah panggilan masuk dari staf rumah sakit. Gadis itu mematikan ponselnya, ia tahu pasti pihak rumah sakit sekarang memintanya untuk membayar biaya rumah sakit neneknya.

“Huuuh” gadis itu mendesah kasar. Ketika beberapa anak sekolah berjalan penuh ceria melewatinya. Gadis itu sedikit iri, ah tidak. Tapi begitu iri pada anak-anak sekolah itu. Diusia delapan belas tahun sepertinya harusnya ia sedang menikmati masa-masa indah sekolah seperti mereka. Bertemu lawan jenis yang ia sukai. Pergi berkencan dan berbelanja sepuas hati.Tapi apa yang ada padanya berbanding terbalik sekarang. Ia bahkan tidak menamatkaan SMA nya karena biaya. Bekerja didua tempat dengan gajih yang minim. Bahkan orang tua pun ia tidak punya. Ah apa yang lebih buruk dari hidupnya sekarang. Ia sedikit menggerutu kepada Tuhan. Kenapa cobaan silih berganti padanya.

“Hey tampan, mau ikut denganku...

"

“Tidak... denganku saja. Kau akan melewatkan malam yang tak pernah terlupakan denganku” dua orang wanita dengan pakaian minim dipinggir jalan sedang memperebutkan seorang pria. Seorang diantaranya dengan agresif merangkur pria bertubuh tambun dengan kaca mata itu. Ia sedikit menyibakan roknya yang pendek itu. Kaki jenjang yang putih itu nampak menggiurkan pria hidung belang itu. Seorang lagi wanita dengan rambut pendek itu juga tak mau kalah. Ia melepaskan 2 kancing atas bajunya yang nampak kekecilan itu. Dua gundukan besar dadanya hampir mencuat keluar. Pria tambun itu nampak menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia benar-benar bingung harus memilih yang mana. Keduanya nampak begitu seksi dan menggoda. Sesaat kemudian ia tersenyum lalu membawa Keduanya masuk ke dalam mobilnya.

Aleysia bergidik. Hanya dengan menawarkan tubuh mereka dua gadis itu akan mendapatkan uang. Sebuah pekerjaan yang tak perlu keahlian dan hanya bermodal tubuh dan beberapa pakaian minim. Bukankah menggiurkan?

Ah... Aleysia membuang jauh-jauh pikiran bodohnya. Ia tak akan membuat masalah baru dengan menjajakan tubuhnya pada pria hidung belang. Setidaknya meskipun miskin, ia masih punya harga diri.

John masih tak dapat dihubungi. Gadis itu berulang kali menelpon. Ia cemas, sudah beberapa hari pria itu tak memberikan kabar apapun padanya. Bahkan ia juga tak membalas pesan gadis itu. Apalagi John sama sekali tak menengok neneknya dirumah sakit. Sesibuk apa pria itu hingga ia bisa melupakan tunangannya dan wanita yang berjasa merawatnya itu.

“hai sayang”

“john, kau dimana? Kenapa kau susah sekali dihubungi beberapa hari ini? Aku ingin bertemu denganmu...” cecar Aleysia dengan berbagai pertanyaan. gadis itu kesal karena tak menerima kabar apapun dari tunangannya itu. Disisi lain ia juga rindu. Ia hanya ingin menangis... menangis di pelukan kekasihnya itu. Menumpahkan sedikit keluh kesahnya. Membuang sedikit beban didadanya. Ia benar-benar rindu prianya itu.

“ Aku sedang sibuk sayang. Pekerjaan ku sangat banyak. Dan aku belum bisa bertemu denganmu sekarang”

“tapi sekarang nenek sakit. Dan kau bahkan sama sekali tak ada mengunjunginya sama sekali. Apa kau mulai tak peduli dengannya?” bahu aleysia melemah, gadis tertunduk tak berdaya. Apa yang sedang dilakukan pria ini hingga benar-benar sibuk.

“aku benar-benar memerlukanku.... sebentar saja. Aku perlu teman... aku... aku juga perlu uang John. Aku di pecat dari pekerjaanku dan tidak tahu bagaimana harus membayar pengobatan nenek!”

“bisakah aku meminjam uangmu?. Aku berjanji akan mengembalikannya secepat mungkin. Setelah nenek sehat, aku akan mencari pekerjaan lagi. Tolong bantu aku” ucap gadis itu penuh harap”

“ sayang aku.. “ panggilan itu tiba-tiba terputus.

“ John... John..” panggil Aleysia agak cemas. Pria itu memutuskan telponnya dan tak dapat di hubungi sama sekali. John mematikan ponselnya. Gadis itu mulai cemas. Takut terjadi apa-apa dengan John.

***

Jalan kecil setapak yang di kelilingi bangunan tua bertingkat itu agak terlihat kumuh. Beberapa orang berpakaian lusuh nampak sedang merokok. Di sisi jalan yang lain. Segerombolan pemuda sedang bernyanyi. Dua orang diantara mereka terlihat mabuk. Bau alkohol yang menyengat menusuk masuk pada indera penciuman Aleysia.

“ hai manis mau menemani kami? Hahaha “

Terdengar beberapa pria mulai berbicara menggoda. Aleysia mempercepat langkahnya, gadis itu tidak menghiraukan para pria yang menggodanya. Ia harus bertemu John. Sudah jam sepuluh malam. Pria itu pasti sudah berada kos nya.

Jalan kecil yang sempit itu semakin gelap. Beberapa kali gadis itu menolehkan kepalanya kebelakang. Tak ada orang disana selain gerombolan pemuda yang tadi dilewatinya.

Gadis itu memperlebar langkahnya, ia mulai takut. Ia merasa seperti ada orang yang sedang membuntutinya sekarang.

“ John...” Aleysia mengetuk pintu dan memanggil john. Tidak ada sahutan. Gadis itu mulai cemas. Ditariknya gagang pintu. Klek...

Pintu itu terbuka. Pintu itu tidak terkunci. Dimana John pria itu tidak pernah seceroboh ini di rumahnya.

John... john.. kini Aleysia memanggil nama pria itu cukup keras. Tidak ada sahutan sama sekali. Rumah itu terlihat kosong dan sepi.

Gadis itu melangkah memasuki kamar John. Mungkin pria itu tertidur karena terlalu lelah bekerja.

Aleysia membuka pintu kamar john dan ia membelalakan matanya melihat pemandangan dihadapannya. Pria itu sedang tidur dengan seorang wanita dan tanpa busana...

Aleysia sedikit menjerit meneriaki nama John. Gadis itu menutup mulutnya yang mulai terisak. Wajahnya sudah basah oleh air mata. Badannya bergetar, keringat membanjiri tubuhnya. Aleysia menguatkan tubuhnya, ia tidak ingin tubuhnya tumbang dihadapan pria itu.

“Aleysia...”dengan terburu-buru John menutup tubuhnya dengan selimut. Wajahnya memerah malu. Pria itu bangkit dari tempat tidur dan meraih tangan Aleysia.

“Kau jahat John... aku benci padamu!” Aleysia menepis tangan John dengan kasar. Gadis itu melangkah cepat meninggalkan pria itu.

“Aleysia...” John berlari mengejar gadis itu. Tapi langkahnya terhenti. Gadis itu menahan tangannya. Gadis berambut hitam sebahu itu membulatkan matanya menatap John. Wanita itu memberi isyarat untuk tidak mengejar Aleysia. Dan pria itu terdiam menurut. Manik matanya yang tajam menatap punggung Aleysia dari kejauhan, hingga hilang dibalik gelapnya malam.

***

Aleysia menolehkan wajahnya kebelakang. Ia masih dapat melihat samar dalam gelapnya malam. John, pria itu hanya diam ditempatnya tadi berdiri. Pria itu tidak mengejarnya... atau mungkin tidak berniat mengejar dan menjelaskan apa yang terjadi sekarang. Ia menggeleng, berusaha menolak apa yang sedang terjadi. Ini bukan mimpi. John pria itu menghianatinya

Matanya berkunang, kesadaran gadis itu mulai hilang. Tubuhnya tumbang diatas dinginnya salju. Samar-samar dilihatnya beberapa orang mulai mendekat. Kemudian semuanya gelap.

Terpopuler

Comments

sriiii ndut990

sriiii ndut990

baguss crtanyaa

2019-12-24

0

Agus Maulia Hanafiah Lia

Agus Maulia Hanafiah Lia

keren Thor 😘😘😍😍💜 Thor cerita nya suka bgt Ama cerita nya

2019-10-20

0

Dede Kartika

Dede Kartika

lanjut thor smangat sllalu dan di tunggu up y

2019-10-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!