chapter 3

Aleysia berdiri dengan gusar, semenjak tadi gadis itu hanya berdiri mondar mandir dengan ponselnya.

“ Ayolah John angkat teleponku!” ucap Aleysia sambil kembali menekan tombol panggilan untuk menelepon John. Pria itu tidak dapat di hubungi sama sekali. Padahal ia sangat membutuhkan pria itu sekarang.

“Apakah anda Nona Aleysia?” tanya seorang dokter mengejutkan gadis itu

“ iya saya sendiri. Bagaimana kondisi nenek saya? “Tanya Aleysia tak sabaran. Ingin segera tahu kondisi wanita yang di panggilnya nenek itu.

“ nenek anda menderita stroke ringan. Sebagian tubuh di sebelah kanannya tak dapat digerakan. Selain itu ia juga mengidap Tuberkulosis akut. Ini penyakit yang umum di derita lansia. Ia harus terus mendapat perawatan intensif dari rumah sakit. Saya sarankan untuk tetap merawatnya disini sampai keadaanya membaik”

Aleysia menutup pintu ruangan dokter dengan lesu. Gadis itu mendaratkan tubuhnya pada kursi besi yang berjajar rapi di sepanjang koridor rumah sakit. Bahunya terkulai lemas. Matanya berlinang air mata. Susah payah gadis itu menahan tangisnya. Ia merasa sangat bersalah pada neneknya. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja dari pada memperhatikan neneknya. Bahkan ia baru tahu jika neneknya menderita tuberculosis akut.

Beberapa suster berlalulalang membawa pasien. Seorang wanita setengah baya menangis histeris diiringi dengan dua gadis kecil yang kini memeluk seorang pasien dengan sekujur tubuh tertutup kain. Ayah.. ayah mereka memanggil dan menggoncang tubuh diatas kasur itu. Tapi tidak ada pergerakan. Tubuh itu terlihat membusung dan kaku.

Keluarga tersebut baru saja kehilangan anggota keluarga mereka.

Aleysia menatap iba keluarga itu. Pasti sakit sekali kehilangan anggota keluarga seperti mereka. Sebuah ikatan yang kuat pasti terjalin diantara mereka. Jika tidak, jerit dan tangis itu tak akan pernah tumpah.

***

Sudah dua hari Aleysia tidak bekerja. Hari ini ia akan datang ke minimarket milik Mark. Ia akan menjelaskan alasan kenapa selama dua hari ini ia tidak datang bekerja. Ia akan meminta pria itu membayar gajihnya bulan ini. Jika perlu ia juga akan menangis dan berlutut di kaki pria itu asalkan ia mendapatkan gajih dan tidak di pecat dari pekerjaanya.

“kau masih berani datang kemari huh?. Kemana saja kau dua hari ini? Kau tak memberi kabar apapun! Sekarang kau datang meminta gajihmu!” pria itu tersenyum miris sambil berdiri berkecak pinggang.

“ini salahku karena tidak memberi kabar padamu. Nenek ku sedang sakit parah. Aku begitu mencemaskannya hingga lupa memberitahumu”

“Persetan dengan segala alasanmu. Mulai sekarang kau carilah tempat kerja lain. Aku tidak sudi memiliki karyawan pemalas sepertimu. Dan jangan berharap untuk meminta gajihmu bulan ini. Semuanya ku potong habis karena kau bolos bekerja dua  hari ini. Pergilah sekarang. Aku tidak mau mau melihatmu lagi!” Pria itu mengusir Aleysia dari minimarket miliknya.

Aleysia terduduk lemas. Tangisnya pecah ia berteriak memanggil Mark. Berharap pria itu mau memberinya kesempatan kedua untuk tetap bisa bekerja, dan juga mendapatkan gajihnya bulan ini. Tapi pria itu seakan tidak peduli. Ia malah menutup tokonya dan tak peduli dengan tangisan gadis itu.

Aleysia memperlebar langkahnya. Ia tidak peduli udara dingin yang seakan menggigit kulit tubuhnya. Ia harus ke restoran cepat saji tempat ia bekerja.

Tapi sayang.... nasib gadis itu sepertinya penuh kesialan. Ia dipecat dan sama sekali tak menerima gajihnya. Sungguh sepertinya dunia tidak memihak padanya.

***

Di tempat lain, seorang wanita berambut panjang bergelayut mesra pada leher seorang pria. Wanita dengan gaun merah panjang itu nampak begitu seksi dengan bagian dada yang sedikit terbuka. Meski tidak lagi muda, wanita bebadan tinggi itu masih terlihat begitu cantik. Makeup tebal dan kaki panjangnya itu membuat tak ada yang menyangka, jika umurnya sudah hampir menginjak 40 tahun.

Wanita bergaun merah itu mencium sekilas bibir pria disampingnya, ketika tidak mendapat respon apapun dari pria itu.

“Apa yang kau inginkan sayang? Kau ingin mengatakan sesuatu? “ pria berjas hitam itu kini menatap wanita itu tajam. Sebelah tangannya menarik wanita itu untuk duduk di pangkuannya. Pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan atau diminta wanita itu. Ya, ia begitu hafal dengan sifat wanitanya itu.

“Tadi malam aku ke rumah anakmu Bryan... kau tahu! Dia sedang bersama seorang wanita dalam kamarnya. Kau pasti tahu apa yang dilakukan pria dan wanita dan pria jika saling bersama dalam satu kamar bukan? “ ucap wanita itu dengan ekspresi yang penuh iba dan penekanan di setiap ucapannya.

“ Ya Tuhan. anak itu berulah lagi. Aku sudah memperingatkannya agar tidak meniduri perempuan-perempuan ****** itu. Sialan...!! Anak tidak berguna! “ dengan seketika wajah pria itu berubah merah padam. Tangannya mengepal. Wajahnya yang tadi terlihat tenang kini penuh kobaran api.

“ Awalnya aku hanya ingin memperingatkannya. Jika apa yang dilakukannya ini akan mempermalukanmu dan keluarga ini. Tapi ia marah dan mengusirku. Ia meneriaki ku dengan sumpah serapah. Ia menyamakan diriku dengan pelayan dirumahnya. Ia mempermalukanku dihadapan semua pelayan sayang...”

“oh astaga... dia sangat keterlaluan. Apa dia juga berlaku kasar padamu sayang? “ pria itu berdiri memperhatikan tubuh wanita itu takut terjadi sesuatu padanya.

“tidak aku baik-baik saja”

“sepertinya kita harus segera melakukan sesuatu, jika tidak ia akan terus mempermalukanmu. Media dan rekan bisnismu pasti akan mencap putramu buruk. Tidak itu saja, kau juga akan dianggap sebagai orang tua yang tidak memperdulikan anak. Martabat keluarga ini akan hancur. Kau akan malu!” cecar wanita itu panjang lebar. Wajahnya sedikit menunduk. Ekspresinya berubah sedih. Matanya seperti meneteskan air mata

“ Aku Ibu yang buruk untuknya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memang hanya dianggap sebagai Ibu tiri baginya” wanita itu kini terisak dengan butiran air mata membasahi wajahnya”

“ Tidak sayang. Kau sudah melakukan banyak hal untuk anak itu. Tapi memang anak itulah yang membangkang. Sikapnya persis seperti ibunya. Tidak pernah bisa diatur! “ pria berambut putih itu kini menghapus air mata wanita yang ia anggap istrinya itu. Ia begitu kesal dengan sikap pembangkang dan memalukan anaknya. Tapi ia juga terharu istri mudanya itu juga sangat memperhatikan keluarganya.

“Aku punya rencana bagus untuk anak itu. Rencana ini pasti akan membuat anak itu berhenti keras kepala. Dia pasti akan menurut padamu!”

Wanita itu membisikkan sesuatu ditelinga pria itu.

“ide bagus. Lakukanlah apa yang menurutmu baik. Aku akan selalu mendukungmu!” ucap pria itu tersenyum sambil memeluk wanitanya itu.

“terimakasih sayang” wanita itu tersenyum licik di balik pelukan hangat suaminya.

***

Disebuah klub malam seorang pria sedang duduk santai dengan sebotol wine ditangannya. Ia tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang kini tengah menatapnya kagum. Pria itu menggunakan kemeja biru yang pas ditubuhnya. Bagian kancing paling atasnya sedikit terbuka dan menampakan dada bidang pria itu. Bryan Dickinson pria tampan berumur 32. Siapa yang tak kenal dengannya...

Pewaris tunggal SKY grub Cooperation. Perusahaan raksasa yang memiliki berbagai macam usaha. Pria tampan, kaya dan arogan. Ia juga terkenal dengan sifat playboynya. Hampir setiap hari pria itu

selalu berganti-ganti gadis yang ia kencani. Hari ini ia mengencani Laura. Gadis blonde dengan gaun seksinya. Ia gadis yang terkenal di klub ini.

Laura sedikit mengerucutkan bibirnya sambil menatap sombong gadis-gadis yang tak jauh dari tempatnya duduk sekarang. Ia merasa risih dengan para gadis yang menatap intens pria yang tengah bersamanya sekarang. Mata-mata itu seakan ingin melahap pria yang ia anggap kekasihnya itu.

“Kau mau tambah minum lagi?” tanya gadis berambut blonde itu sambil tersenyum menggoda. Ia menatap sekilas para gadis yang masih berdiri disekitarnya. Senyum kemenangan terukir di wajahnya. Ia merasa begitu bangga karena mendapatkan Bryan malam ini. Gadis itu sudah lama mengincar Bryan. Dan malam ini ia akan mendapatkannya.

“ Tidak, ini cukup” pria itu hanya ingin bersantai malam ini. Ia tidak ingin hilang kesadararannya.

“kau sudah membuat rencana?” tanya pria bernama max itu?

“Belum! Tapi aku akan mengumpulkan bukti terlebih dahulu. Wanita ****** itu hanya ingin menguasai harta Ayahku. Aku yakin cepat atau lambat ia pasti akan menyingkirkanku, menguasai harta ayahku dan ... juga menyingkirkan ayahku” Bryan tersenyum miris. Wajahnya berubah masam mengingat kelakuan Ibu tirinya itu.

“segera kirim orang untuk memata-matai si ****** itu!” Bryan melirik pria di sebelah Max yang sedari tadi sibuk dengan. Gedgetnya.

“jam kerja ku sudah habis. Bry...kau tidak bisa seenaknya menyuruhku” ucap pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dari gedgetnya

“Kau sekretarisku. Aku berhak menyuruhmu kapan saja” Bryan sedikit berteriak pada pria berkacamata itu

“ Aku tidak pernah menandatangani kontrak untuk bekerja dua puluh empat jam padamu”

“yeah!!! “ Bryan dibuat geram oleh pria bernama Sam itu, dan disambut tawa oleh Max dan Sam.

Sam dan Max memang adalah sahabat Bryan sejak kecil. Mereka begitu akrab hingga sekarang. Terlebih Sam, ia juga merangkap sebagai sekretaris Bryan.

“ tanpa kau suruh pun aku akan sudah lebih dulu mengirim orang untuk memata-matai istri muda ayahmu itu. Aku tahu cepat atau lambat kau akan menyuruhku” Sam meletakan gedgetnya. Ia mendonggakan wajahnya menatap Bryan. Pria itu bahkan melipat tangannya di depan dada, ia membanggakan dirinya kepada Bryan. Ia merasa sebagai sektetaris yang benar-benar dapat diandalkan.

Max terkekeh kecil. Melihat kelakuan 2 temannya yang ia anggap lucu. Tidak dengan Bryan, pria itu balas menatap Sam dengan tatapan dinginnya nyaris tanpa ekspresi. Pria itu memincingkan matanya menatap para wanita yang sedang berdansa. Tak sengaja manik matanya menangkap seorang pria yang sepertinya paparazzi tengah mengambil fotonya. Dengan berpura-pura tidak tahu Bryan memberi isyarat kepada Max untuk mengikuti arah pandangnya.

“Sayang aku lelah... kapan kita pulang?” Laura bertingkah menggoda sambil menyilangkan tangannya di leher Bryan...gadis itu tidak mengerti sama sekali apa yang sedang di bicarakan oleh para pria dihadapannya ini. Ia benar-benar tak sabaran untuk segera menghabiskan malam hanya berdua dengan Bryan.

Max dan Sam bergidik geli. Melihat tingkah nakal Laura. Wanita itu terlihat begitu agresif. Mereka tak habis pikir dengan tingkah konyol Bryan yang senang berkencan dan menghamburkan uangnya untuk berkencan dengan wanita yang berbeda setiap malam.

“ayo ke rumahku” Bryan menarik tangan Laura untuk meninggalkan klub. Ia menatap Max sekilas, isyarat agar ia segera membereskan paparazzi itu. Max mengerti. Klab ini adalah miliknya, tidak sekali atau dua kali mendapatkan paparazzi di klubnya. Sepertinya ia harus meningkatkan keamanan klubnya itu, jika tidak. Mereka akan dengan mudah membuat berita-berita miring hanya dengan beberapa lembar foto jepretannya.

Max memanggil beberapa pengawal yang tak jauh dari tempatnya duduk dengan isyarat tangannya. Dalam hitungan detik, beberapa pria berbadan besar sudah berada tepat dihadapannya.

Aaaah... terdengar jerit kesakitan dari seorang lelaki. Wajanya membiru akibat pukulan, darah mengucur dari mulutnya. Ia tersungkai jatuh kelantai setelah seorang pria bertubuh kekar menendangnya tanpa ampun.

Terpopuler

Comments

Agus Maulia Hanafiah Lia

Agus Maulia Hanafiah Lia

suka bgt Thor 😘🌹🌹🌹 cerita nya update terus ya

2019-10-20

0

Anonymous

Anonymous

Ceritanya bagus nih

2019-10-02

2

Linda Bun

Linda Bun

lanjut thor bagus ceritanya semangat😙

2019-10-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!