Semilir angin di musim dingin berhempus perlahan. Butiran salju masih menutupi sebagian jalanan Ibu kota. Beberapa pemuda bermantel tebal terlihat berlalu lalang. Hari masih begitu pagi,cahaya mataharipun belum terlihat. Lampu-lampu dipinggir jalanpun masih terlihat menyala. Tidak banyak kegiatan di sepanjang jalan pagi ini. Bahkan toko-toko roti yang biasa buka lebih awal masih terlihat tutup.
Aleysia mempercepat langkahnya. Hembusan angin dingin menerpa kulit lehernya. Gadis itu sedikit menggigil, lalu meniupkan nafasnya di kedua telapak tangannya. Berharap mendapat sedikit kehangatan ditengah dinginnya udara. Gadis itu tidak pulang kerumah tadi malam. Setelah pulang bekerja di minimarket milik Mark , ia melanjutkan bekerja lagi di restoran cepat saji. Tadi malam ia sengaja lembur dan pagi ini ia akan melanjutkan bekerja dimimarket milik Mark. Bekerja di dua tempat sekaligus membuat tenaganya terkuras, pikirannya lelah. Tapi sepercik harapan akan sebuah kesuksesan membuatnya memberanikan langkah untuk bekerja keras. Tiada hasil yang menghianati usaha.Meski jalan menuju sukses tak semudah harapannya. Tapi… semoga Tuhan menjanjikan waktu yang tepat untuk gadis itu menghirup indahnya dunia dengan usahanya.
Mark agak terkejut. Pria gendut itu menatap Aleysia dengan aneh. Tidak biasanya gadis itu datang bekerja sepagi ini. Aleysia menatap mark dengan santai. Gadis itu mengambil roti dari kantong tas ranselnya, lalu memakannya dengan terburu-buru. Ia tidak memperdulikan tatapan Mark yang kini melihatnya jijik. Ia sangat lapar, dan Mark harus membiarkannya memakan sepotong roti sebelum ia benar-benar pingsan karena isi perutnya memberontak meminta asupan.
Dret… dret… benda tipis itu menampakan nama seseorang pria.
“Hi John” Aleysia memekik senang sambil tersenyum
“Kau dimana?” sapa lelaki yang di panggil John itu
“Aku ditoko Mark. Aku datang lebih pagi untuk bekerja pagi ini”
“ kau sangat sulit dihubungi beberapa hari ini. Kau juga tak membalas telepon dan sms ku? Apa ada masalah? Atau kau sedang sangat sibuk bekerja? “ cecar Aleysia tak sabaran
“Iya aku sangat sibuk. atasan di perusahaanku akan mempromosikan jabatanku. Aku harus bekerja lebih keras untuk itu.”
“benarkah?? Aku senang mendengarnya” aleysia tersenyum girang sambil memamerkan deretan gigi putihnya
“Aku akan bekerja, sebelum Mark memecatku karena tahu aku menerima telepon d ijam kerjaku” gadis itu berbicara pelan, sambil sesekali matanya menatap Mark yang sedang menerima telepon. Pria itu nampak sibuk dan berbicara panjang lebar.
Aleysia menutup panggilan John dengan wajah senang. Sudah beberapa hari ini pria itu tak menghubunginya. John, pria berumur 25 tahun itu adalah tunangannnya. 3 bulan yang lalu john melamar Aleysia di depan nenek mereka. Pemuda itu memberikan sebuah cincin kepada Aleysia sebagai tanda keseriusannya. Mereka berencana menikah tahun depan. Dan john bekerja begitu keras untuk mewujudkan itu.
ALeysia dan John adalah teman masa kecil. Mereka sama-sama anak yatim piatu dari panti asuhan yang sama. Hingga 13 tahun yang lalu mereka bertemu pasangan suami istri tua yang mengadopsi mereka. John yang lebih tua 7 tahun dari Aleysia. Ia adalah sosok dewasa yang cerdas dan pekerja keras. Pemuda itu juga memiliki sifat yang ramah dan penyayang. Tak heran jika wanita 18 tahun itu begitu menyayangi John. John tak hanya sebatas teman, tunangan dan calon suami. Tapi ia sosok lelaki yang dapat ia andalkan dan menjaganya dengan tulus.
*****
18 Tahun lalu, di sebuh panti asuhan kecil, terlihat beberapa anak sedang asyik bermain. Beberapa anak terlihat sedang sibuk memainkan salju dan membentuknya seperti boneka. Sorak riuh anak-anak nampak terdengar, saat seorang ibu panti membawa nampan berisi roti ke dalam ruang makan. Aroma roti panas yang manis itu menyerbak keseluruh ruangan. Anak-anak berhamburan masuk ke dalam. Roti itu adalah sarapan mereka pagi ini. Hanya sebuah roti dengan isian selai kacang didalamnya. Ah tapi bagi anak-anak di panti, hari itu makanan spesial bagi mereka. Biasanya mereka hanya menyantap roti tanpa isian. Tapi makanan mereka hari ini cukup lezat.
Seorang anak berumur 7 tahun masih sibuk memainkan salju-salju di halaman. Ia tidak peduli dengan temannya yang sudah berhamburan masuk kedalam. Ia lebih tertarik dengan boneka salju yang sedang ia mainkan. Bahkan aroma roti yang manis itu tidak terlalu menggugah seleranya untuk masuk ke dalam ruang makan.
“John masuklah kedalam. Ada roti manis dengan selai kacang. Kau akan suka!” teriak wanita setengah baya di depan pintu.
“sebentar lagi” balas anak lelaki bernama John itu tanpa menoleh
Wanita itu didepan pintu itu tersenyum. Lalu menyisakan sepotong roti untuk John di dalam lemari kaca.
John menyelesaikan pekerjaannya membuat boneka salju. Boneka itu nampak gagah namun lucu. Ia menempelkan bola kecil berwarna merah dihidung boneka itu sebagai sentuhan akhir.
“ ah kau nampak seperti badut” john terkekeh dengan boneka salju hasil karyanya. John mengusap perutnya. Ia lapar. Ibu panti pasti menyisakan satu roti untuknya.
Oek... oek... terdengar suara dari arah belakang John. John menghentikan langkahnya. Ia memutar kepalanya mencari sumber suara. Kaki kecilnya berlari lari di tumpukan salju yang licin. Manik matanya berhenti pada pohon besar yang tak jauh dari tempatnya sekarang berdiri. Suara itu berasal dari sana.
Bayi kecil berselimut kain berwarna biru itu nampak kotor. Masih ada bekas darah ditubuhnya. Sepertinya bayi itu sengaja dibuang setelah dilahirkan. Oh orang tua mana yang begitu kejam membuang bayinya di tengah cuaca dingin seperti ini.
John menatap sekelilingnya. Tidak ada tanda tanda orang disana. Kapan bayi itu dibuang? Ia bermain semenjak tadi di sana. Namun tak mendengar siapapun yang datang dan membuang bayinya. Ah mungkin ia saja yang telalu sibuk dengan boneka saljunya hingga tak sadar, bayi malang itu sudah diletakan disana cukup lama.
Oek.. oek bayi itu menangis lebih kencang. Bayi itu kedinginan. Bibirnya hampir membiru. Tubuhnya gemetar. Tangisnya semakin menjadi. John mengggendong bayi itu dengan hati-hati. ia menangkup tubuh bayi itu di dadanya, dengan setengah berlari ia membawa bayi malang itu masuk kedalam panti.
anak-anak yang lain berhamburam kearah John. Mereka sangat penasaran ingin melihat bayi itu.
Ibu panti memerintahkan anak anak untuk menjauh. Ia mengambil selimut tebal dari dalam lemari yang tak jauh dari ruang makan. Ia mengambil bayi itu dari pelukan John dengan hati-hati. Dengan telaten wanita itu menyelimuti tubuh kecil itu.
“ dimana kau menemukan bayi ini John?” seorang ibu panti bernama Bernanded itu menatap bergantian pada john dan bayi itu.
“ di balik pohon besar tempat aku bermain” ucap John polos
Bernanded nengusap bayi itu iba. Tidak sedikit bayi yang dibuang dipanti ini. Entah sudah berapa bayi yang sudah ia rawat selama mengabdikan hidupnya disini. Malang sekali, ditengah banyaknya orang tua yang ingin memiliki anak. Anak ini malah di buang begitu saja oleh orang tuanya. Dimana belas kasih sayang mereka. Apakah salah bayi ini, ia tak pernah ingin dilahirkan apalagi dibuang seperti ini. Mungkin ia adalah aib dan dosa dari orang tuanya. Tapi, tak adakah rasa sesal dan iba pada mereka.
“bayi tu perempuan?”
Tanya john ingin tahu. Ibu panti mengangguk mengiyakan.
“Beri ia nama Aleysia. Aleysia Albertina. aku pernah membaca dibuku, Aleysia itu artinya hadiah dari Tuhan. Albertina itu artinya mulia."John tersenyum dan disambut anggukan oleh ibu panti.
Sejak saat itu John selalu bermain bersama Aleysia. John bagitu sayang pada bayi mungil itu. Bahkan tak jarang ia membantu ibu panti untuk merawat Aleysia. Keakraban mereka berlanjut sampai besar, hingga sepasang suami istri tua mengadopsi mereka. Mereka adalah Robert dan Margaret. Robert adalah seorang pensiunan tentara dan istrinya margareth adalah seorang ibu rumah tangga. Mereka tidak memiliki anak. Mereka merawat Aleysia dan John dengan kasih sayang serta menyekolahkan mereka. Namun John memiliki pretasi yang gemilang di sekolah. Ia berhasil meraih beasiswa dan melanjutkan kuliahnya. Sedangkan Aleyisa cukup puas dengan pendidikan SMA nya wanita itu lebih memilih bekerja dan menyempatkan waktu menemani Margareth dirumah di sela-sela waktu senggangnya. Apalagi setelah Robert suami Margareth meninggal 3 tahun lalu. Aleysia harus lebih sering menjaga dan memperhatikan kesehatan wanita yang ia panggil nenek itu *.
****
Aleysia melanjutkan pekerjaannya. Setelah berbicara lewat telepon dengan John rasanya ia memiliki semangat baru lagi. Tubuhnya seperti di charge*, ada tambahan tenaga lebih untuknya hari ini.
Jam dinding sudah menunjukan pukul dua belas siang. Aleysia memijit lehernya yang sedikit penat. Gadis itu membenarkan rambutnya yang tergerai. Menggulungnya dan mengikatnya keatas. Tak banyak pembeli hari ini. Minimarket kecil itu terlihat sunyi. Tapi untunglah. Ia bisa lebih santai hari ini.
Butiran salju masih berjatuhan diluar sana. Aleysia mengarahkan pandangannya pada jendela kaca yang tepat bersebelahan dengan meja kasir tepat ia duduk sekarang.
Sebuah mobil mahal terparkir dihalaman. Seorang wanita dan supirnya terlihat dari kaca mobil itu. Sepertinya itu mobil yang kemaren. Aleysia menatap penasaran. Siapa mereka? Apa yang mereka lakukan. Apa mereka memata-matai dirinya. Ah tidak ... orang kurang kerjaan saja yang ingin memata-matai dirinya.
Hari sudah sore, matahari sudah hampir terbenam dari ufuk barat. Aleysia memasang mantel dan sarung tangannya. Ia ingin segera pulang dan merebahkan dirinya. Hari ini ia meminta izin pada atasannya di restoran cepat saji untuk libur.
“Aku pulang” Aleysia memasuki rumah dengan terburu-buru. Ia baru saja membeli obat untuk neneknya di apotek dekat minimarket milik Mark. Wanita itu mengeluh sakit pada dadanya sejak semalam. Batuknya pun tak kunjung sembuh. Beruntunglah masih ada beberapa dollar di dompetnya untuk membeli obat.
“nenek... nenek...” panggil Aleysia agak berteriak saat tidak ada respon dari wanita yang di panggilnya nenek itu. Ia sedikit berlari memasuki kamar neneknya dan wanita itu sudah tersungkur lemas di atas lantai yang dingin.
Aleysia memekik khawatir. Dengan susah payah ia memopoh tubuh wanita itu kekasur dan merebahkannya dengan hati-hati. Tubuh itu menggigil, wajah tuanya yang berkerut terlihat pucat . Darah segar terlihat membasahi lantai. Bahkan masih ada noda darah di bibir wanita itu.
“nenek... bangunlah!”
ALeysia sedikit mengguncang tubuh neneknya. Wanita itu membuka matanya sekejap, lalu kembali pingsan.
Nafas Aleysia memburu. Bahunya terkulai lemas. Ia benar-benar takut terjadi sesuatu pada neneknya. Harusnya ia segera membelikan obat pada neneknya saat semalam wanita itu mengeluh nyeri pada dada dan batuknya yang tak kunjung reda
Aleysia mengambil ponselnya dan menghubungi ambulance. Neneknya harus segera mendapatkan perawatan. .
****
Di tempat lain, di sebuah mansion besar, seorang pria berdiri emosi. Tangan pria itu mengepal. Nafasnya menderu. Dadanya turun naik. Wajahnya memerah. emosi menyulut pria itu.
“Bagaimana wanita bisa masuk kemari” teriaknya kepada beberapa pelayan di rumah itu
“ Nyonya memaksa masuk kemari dan mengancam akan memecat kami jika kami menolaknya” seorang kepala pelayan wanita berbicara takut. Ia menunduk menghindari tatapan tuannya yang sedang mengintimidasinya.
“ Kalian takut dipecat? Siapa bos disini. Aku pemilik rumah ini, dan aku yang membayar kalian”
Pria itu berteriak lantang. Emosinya memuncak. Keringat dingin membasahi tubuhnya.
“kalian semua bubarlah...”
Seorang pria berambut hitam membubarkan para pelayan. Pria itu menarik pria di sebelahnya untuk duduk dan berusaha tenang.
“Sabarlah Bryan” pria itu bersikap santai dan menepuk bahu pria di sebelahnya
“ Bagaimana aku bisa santai Max... wanita ****** itu bahkan sudah berani mengatur para pelayanku!”
Pria itu masih kesal. Nada bicaranya masih tinggi. Emosinya belum juga reda.
“kau harus bertindak sebelum ibu tirimu itu bertindak sesuka hatinya”
Pria yang dipanggil Bryan itu diam. Ia tak menjawab. Namun hatinya mengiyakan. Ibu tirinya itu harus segera di beri pelajaran.
Tbc...
Please like and comment.
Terimakasih sudah menyempatkan membaca. Tolong kritik daan saran yang membangun ya teman-teman..😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Dewi Ranjani
aku like
2020-04-15
0
lily
bagus thor ak suka
2020-02-04
0
Author_Ay
Semangat thor
2019-10-25
0