Eliya Dan 9 Energi
Matahari pagi mulai menyinari Kota Densville, burung-burung pun masih berkicau di sekitaran Kota Densville, juga suara-suara kebisingan yang perlahan-perlahan mulai menguak di pagi hari, di saat orang-orang mulai akan beraktivitas. Namun, tidak dengan Nyonya Gya, yang termenung saat mendengar berita di televisi yang lagi-lagi mengabarkan tentang orang hilang, koruptor, dan ... kerusuhan. Sesuatu harus dilakukan, pikirnya. Segera.
Nyonya Gya mengambil ponsel, mengecek beberapa nomor yang tertera di sana, akan mencoba memencet tombolnya, namun diurungkan kembali. Nyoya Gya menarik napas, kemudian menggelengkan kepala kuat-kuat. Dia sudah berjanji dengan suaminya yang entah sekarang berada di mana, bahwa ia tidak akan ikut mencampuri urusan bisnis rahasia suaminya.
Ia juga teringat bagaimana suaminya selalu memperingatkan dirinya untuk tidak terlibat dengan apa yang sedang dilakukannya, karena justru akan membahayakan dirinya. Nyonya Gya yang sebatang kara tinggal di negara ini, merasa semakin frustasi. Betapa ia ingin melakukan balas dendam atas apa yang menimpa suaminya. Ia sadar bahwa yang akan ia lakukan bukanlah hal sembarangan.
Langkah pertama ia harus menemukan dan mengumpulkan orang-orang yang sesuai dengan persyaratan suaminya yang pernah tak sengaja ia curi dengar saat mengadakan rapat penting dirumahnya. Sekarang, suaminya yang tergabung di organisasi rahasia, lenyap entah ke mana karena harus berurusan dengan hal-hal yang ‘seperti itu’.
Nyonya Gya melihat ke jendela, sedikit terganggu dengan bunyi jendelanya yang tertiup angin, ia menarik napas, dan mengunci jendelanya rapat-rapat, agar tidak ada yang menggangu pemikirannya di saat ia ingin sedang konsentrasi. Ya, ia lakukan ini, harus, untuk kedamaian negeri ini. Dan sekarang ia harus menjalankan rencana pertamanya.
Dalam hati, ia merasa sedikit bersalah dengan pesan suaminya, tetapi pantang menyerah dan duduk berdiam diri sambil menunggu apa yang akan terjadi, bukanlah ajaran keluarganya. Meski ia tahu, bahkan bertemu keluarganya saja masih dalam bayangannya. Ia pun memikirkan penawaran kembali dari Tuan Jose beberapa hari yang lalu saat bertemu dengan dirinya di supermarket.
Pertemuan yang tak sengaja tersebut menghantui Nyonya Gya akhir-akhir ini. Nyonya Gya semakin penasaran ingin menanyakan rencana Tuan Jose. Tak ragu lagi, ia pun menjalankan langkah pertamanya dan mencoba menghubungi nomor ponsel Tuan Jose yang sudah diberikan jikalau Nyonya Gya berubah pikiran. Nyonya Gya memencet tombol call dan bunyi nada sambung langsung terdengar di telinga Nyonya Gya.
Nyonya Gya agak tegang, kembali ragu apakah ia yakin harus menghubungi Tuan Jose. Baru saja dirinya akan membatalkan panggilannya ke Tuan Jose, suara Tuan Jose yang terdengar lelah –tetapi juga terdengar terkejut menyapa dari seberang sana.
“Selamat pagi, Nyonya Gya. Sungguh kebetulan ... sungguh tak terduga.” Suara Tuan Jose tersirat ada rasa senang yang tak bisa ia sembunyikan dalam suaranya.
“Selamat pagi, Tuan Jose. Mohon maaf, saya mengganggu Anda. Ini mengenai pembicaraan kita saat di supermarket.” Nyonya Gya agak kikuk melanjutkan. Tuan Jose di seberang sana tampak mengerti dengan kekikukkan Nyonya Gya.
“Ah ... ya ... ya ... saya mengerti ... mengerti. Anda tidak perlu mengungkapkan sekarang. Mungkin, kita bisa bertemu langsung untuk membicarakannya?” Tuan Jose terdengar berusaha mengerti perasaan Nyonya Gya. Nyonya Gya masih terdiam. Ia pun menambahkan, “Saya tahu, ini tidak mudah buat Anda, Nyonya Gya ... tidak mudah ... tetapi harus ada yang dilakukan, dan kita tahu ... sama-sama tahu ... apa yang harus dilakukan ....” Nyonya Gya menarik napas dalam-dalam. Ia sempat mendengar, di seberang sana, di belakang Tuan Jose, samar-samar suara teriakan marah dan membanting pintu.
“Apa ... apa saya menelepon di waktu yang kurang tepat, Tuan Jose?” Nyonya Gya merasakan tidak seharusnya ia mendengarkan teriakan tersebut. Sudah terlalu banyak teriakan yang ia dengar selama hidupnya.
“Ah ... tidak ... tentu tidak, Nyonya Gya. Itu hanyalah salah satu kemarahan anak muda. Anak muda, Nyonya Gya. Jadi, apakah Anda sudah mempertimbangkan apa yang saya tawarkan beberapa hari lalu?” Tuan Jose terdengar tak sabar ingin mendengarkan jawaban Nyonya Gya.
“Ya ... saya tidak tahu harus mulai dari mana, tapi saya setuju.” Suara Nyonya Gya tercekat. Firasatnya untuk harus melakukan sesuatu semakin kuat. Ia pun menggenggam telepon genggamnya kuat-kuat, hingga tangannya terasa sakit.
“Anda ... Anda setuju?” Tuan Jose ingin mendengar kembali jawaban Nyonya Gya.
“Ya, Tuan Jose ... saya setuju. Saya setuju untuk bergabung dengan Anda, mencari sosok yang kita cari selama ini, yang mungkin bisa membantu permasalahan kita saat ini ....”
Tuan Jose tersenyum setelah mendapatkan jawaban dari Nyonya Gya. Ia akan segera bertemu dengan Nyonya Gya. Ya, setidaknya anggota mereka bertambah. Ia pun tahu apa yang harus dilakukan dengan Nyonya Gya. Nyonya Gya yang kehilangan suaminya yang sekarang entah berada di mana di negeri ini, yang juga adalah sahabatnya, telah meninggalkan mereka karena terseret dengan kasus organisasi yang mencoba menghentikan mereka.
Kini, organisasi mereka yang mencoba menjalankan misi yang sudah disusun dengan baik, telah hancur berantakan. Tuan Jose yang sudah berumur 50 tahunan, yakin, bahwa kali ini mereka tidak akan gagal. Ia sedang berusaha mengumpukan beberapa kandidat murni yang memenuhi persyaratan. Mereka akan disebar ke beberapa organisasi kemasyarakatan. Namun, ada hal-hal yang mengganggunya. Ia harus menemukannya, yang murni dan jarang sekali ditemukan. Ia harus bertemu dengan anak itu. Ya ... anak itu, yang sempat bertemu dengannya di toko buku beberapa minggu lalu.
Energi yang terpancar dari wajahnya, tatapan matanya yang tajam, cara ia berbicara, Tuan Jose yakin seyakin-yakinnya, ia lah yang mereka cari selama ini. Tuan Jose beranjak dari tempat duduknya dan beranjak ke meja kerjanya. Ia melihat catatan-catatan rencananya. Ia masih membutuhkan anggota, sangat jelas seperti itu.
Mengumpulkan dan menjalankan strateginya untuk kembali mendamaikan negeri ini. Namun, pemerintahan yang sekarang tidak percaya padanya, dan mereka harus menjalankan ini semua masih secara diam-diam.
Tuan Jose masuk ke dalam ruang kecil dalam ruangannya. Ruangan tersebut tampak gelap, hanya ada cahaya temaram yang menerangi di sisi kiri kanan ruangan berukuran sempit tersebut. Tuan Jose melihat ke dinding-dindingnya yang temaram. Dengan saksama, ia kembali melihat rentetan nomor yang ada di dinding setengah tanah tersebut.
Tertera nomor angka 1-9. Setiap angka memperlihatkan gambar yang membentuk angka nomor tersebut, dengan gambar – gambar kuno yang terlihat sekilas seperti gambar-gambar hewan. Nomor-nomor tersebut dibentuk oleh energi-energi kepribadian. Singkatnya, ada ‘simbol dan gambar’ yang tercermin sesuai dengan nomor ‘kepribadian’. Setidaknya, itulah yang dikatakan oleh kakeknya. Hal inilah yang harus menjadi fokus utamanya mulai sekarang. Jangan sampai ada yang sia-sia, pikirnya.
Tuan Jose terdiam, matanya makin menyipit, seolah sedang menerjemahkan arti dari simbol-simbol itu. Meski ia sudah tahu sebagian, tetapi ia harus bisa menyelesaikan teka-teki ini lagi, siapa dalang kali ini yang akan kembali mengacaukan kota Densville. Selama ini, Tuan Jose mencoba membatin dengan sendirinya untuk membahas sejarah energi kepribadian yang begitu dahsyat dan tidak banyak yang mengetahui soal ini. Tentu saja, ini bukanlah suatu hal yang bisa dianggap enteng.
Tuan Jose teringat kakeknya yang mengajarkannya mengenai setiap orang yang memiliki energi, tetapi sedikit di antara mereka yang memiliki energi murni. Dari rentetan energi yang tersembunyi dalam diri tiap manusia, banyak faktor yang melatarbelakangi energi mereka yang terpengaruh akan energi lain.
Seyogyanya dan selayaknya, tiap energi yang murni seharusnya bisa mengasah energi positifnya. Namun, yang ia dapatkan, energi sekarang saling bercampur sehingga energi murni yang dimiliki orang tidaklah banyak lagi. Orang-orang berenergi murni inilah yang perlu ia cari. Namun, perpecahan sedang terjadi karena beberapa penguasa mengetahui rahasia di Kota Densville.
Banyak yang menganggap bahwa energi nomor ‘tersebut’ seharusnya disingkirkan, karena mereka yang hanya menginginkan kedamaian tidak pantas untuk ikut berjuang bersama mereka. Pemikiran yang salah. Ya, pemikiran yang salah, batin Tuan Jose. Ia kemudian berjalan lagi dan melihat foto hitam putih, dua orang anak kecil berumur sekitar 9 tahun, Tuan Jose dan sahabatnya puluhan tahun lalu, sedang tersenyum lebar, kedua tangan mereka saling merangkul satu sama lain.
Ia tau bahwa pencucian otak yang dilakukan kawan lamanya yang berada dalam pigura usang tersebut, yang akhirnya pecah kongsi dengannya, telah mengambil orang-orang terbaik dari organisasi mereka, hingga tidak satu pun yang tersisa. Di saat akan menjalankan misinya, banyak hal yang tidak diketahui oleh mereka. Haus akan kekuasaan, jelas bukan itu tujuan organisasi rahasia mereka. Tidak seharusnya seperti ini.
Ia pun menggelar buku-buku tua milik kakeknya. Sambil berpikir keras, tetapi penuh keyakinan, Tuan Jose tampak merasa jalannya semakin terang. Ditambah Nyonya Gya bersedia membantunya. Ini akan lebih mudah dibanding harus sendirian. Dan yang pertama ia lakukan adalah, menemukan orang-orang berenergi murni tersebut, sebelum organisasi lain merekrut mereka terlebih dahulu untuk tujuan yang salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments