Perjalanan Menuju Kenangan - James dan Sammy

“Kau sudah siap, James?” Sammy berteriak dari bilik sebelah. Mereka hari ini akan melakukan perjalanan ke kota Densville, kota masa kecil James yang sudah merenggut nyawa kedua orang tuanya dan menculik adiknya.

“Tentu, aku sangat siap,” kata James pasti sambil menutup ritsleting ranselnya. James tidak banyak bicara dan juga tidak punya banyak teman di desa ini. Sammy adalah sahabat pertamanya di kota ini sejak Tuan Murphy membawanya kabur dari kota Densville di peristiwa sejarah 8 tahun lalu. James juga yakin, Frelly, saudara kembarnya, pasti masih berada di Densville. Namun, ia yakin kali ini ia bisa kembali menemukan Frelly. Mereka mengatakan bahwa Frelly juga ikut dibunuh. Tetapi ikatan yang cukup kuat antara James dan Frelly membuat dirinya merasa Frelly masih hidup.

Sammy yang tak sabar menunggu di depan pintu membuka kamar James. ”Woooww, man ... seperti biasa, kamarmu sangat rapi. Baiklah kawan, kau tentu sudah siap. Ayo, kita segera bertemu Tuan Murphy terlebih dahulu. Ia akan berbicara pada kita sebelum kita berangkat ke Densville.”

James tidak menyahut, ia hanya membawa tas ranselnya dan beberapa buku yang sudah ia siapkan. Ia sudah merencanakan apa yang akan dilakukannya. Ia bersiap karena Tuan Murphy ingin berbicara dengannya terlebih dahulu. James mengikuti Sammy turun ke bawah, ke ruangan Tuan Murphy. Sammy membuka pintu ruangan Tuan Murphy, mengedikkan kepalanya meminta James masuk terlebih dahulu. James masuk, memberi tatapan tajam dan menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat ke Tuan Murphy. Sammy menyusul di belakangnya.

Tuan Murphy yang sedang membaca koran, memperhatikan James dan Sammy sambil tersenyum yang selalu tidak terlihat tulus. “Selamat datang, James dan Sammy, Kalian sudah siap rupanya.” Ia berdiri dan mempersilakan James dan Samy duduk di sofa ruang bacanya.

“Baiklah, kalian akan berangkat ke Densville sebentar lagi. Kalian ingat, kan, apa yang harus kalian lakukan di sana? Dan jangan bertindak ceroboh James,” ia menambahkan sambil menatap James. “Aku tahu kau sangat menginginkan untuk mendatangi kembali kotamu setelah sekian lama. Kuperingatkan sekali lagi, kau harus berhati-hati. Kalian akan bertemu orang-orang penting, jadi …” Tuan Murphy berdiri dan mengitari mejanya. “Jagalah sikap kalian. Dan juga, misi yang kalian lakukan. Kalian bisa melihat tandanya, kan? Tanda pada setiap orang, bahwa mereka adalah orang kita.” Tuan Murphy memegang tongkatnya erat-erat. James memperbaiki posisi duduknya, Sammy memutar-mutar gantungan kunci bertuliskan peace di tas ranselnya. Ia terlihat agak khawatir.

“Tenanglah, Sammy. Semua akan berjalan lancar. Pasukan lain akan siap membantu kalian. Tetaplah dengan rencana. Percayalah, kalian yang terbaik dan kalian akan membawa mereka kembali. Bukan begitu, James? Saudara kembarmu, mereka pasti menginginkannya. Kau bisa membawanya kembali ke sini dan kalian bisa hidup bersama seperti dulu.”

Tuan Murphy mengambil sesuatu di balik mantel tidurnya dan memberikan sebuah foto ke James. “Ambil ini. Lihatlah baik-baik dan berhati-hatilah dengannya. Dia orang yang berbahaya. Jangan sampai kau terpukau dengan apa pun yang dikatakannya. Kau tahu? Dia adalah orang di balik ini semua.” James mengambil foto dari Tuan Murphy. Seorang bapak yang berpose di bawah pohon rindang, di sebelahnya adalah Tuan Murphy yang juga memegang buku.

“Dia berpose bersama Anda.” James berkomentar datar, Sammy melirik ke foto yang ada di tangan James.

“Well ... Yeah ... dia adalah teman lama. Tetapi kau perlu tahu, sedikit perbedaan pendapat bisa memecah sebuah persahabatan. Lupakan James dengan siapa pria itu berpose. Kau harus bisa menjalankan misimu. Kau ingin mengembalikan adikmu, kan? Bertahun-tahun aku mencoba menunjukkan padamu tentang faktanya.” Tuan Murphy terdengar sedikit kesal. “Kau banyak bertanya, James. Tapi aku yakin kau cukup cerdas untuk menganalisis apa yang sedang terjadi.” Tuan Murphy menatap James dengan tatapan tajam. “Dan bawalah ini.” Tuan Murphy memberikan selembar kertas.

“Mereka akan membolehkanmu lewat di perbatasan kota dengan surat ini.” James mengambil surat dan memberikannya pada Sammy.

“Kami akan berangkat. Jaga dirimu baik-baik, Tuan Murphy.” James menjabat tangan Tuan Murphy, begitu pula Sammy. Sammy ingin mengucapkan sesuatu namun mengurungkannya. Ia mengikuti James yang menuju pintu. Tuan Murphy memegang bahu Sammy, menahannya, dan sedikit berbisik. “Aku mengandalkanmu, Sammy, jika James mulai bertindak konyol.” Tanpa menoleh ataupun mengangguk, Sammy mengikuti James ke ruang depan, menuju mobil yang sudah disiapkan untuk mereka. Menuju kota Densville, Menuju pertemuan warga dan pemerintah di balai kota yang dilaksanakan sebentar lagi.

Sammy dan James berada di sebuah pedesaan yang tidak begitu ramai. Karena, Tuan Murphy yang menguasai pedesaan ini. Tuan Murphy yang punya kuasa untuk bisa membolehkan orang masuk dan keluar dari desa ini, dengan jarak puluhan ribu mil dari kota.

Boleh dikatakan, Tuan Murphy punya pengaruh besar di desa ini. Desa ini sejauh yang James tahu tidak memiliki nama resmi, tapi James, Sammy dan teman-teman lainnya yang sudah tinggal di desa ini selama bertahun-tahun memberikan nama “Desa Mount” dari kata Mountain karena jalanannya yang terlihat berbukit-bukit. Desa ini tidak begitu gersang, tapi juga tidak begitu sejuk. James dan Sammy tidak mudah untuk keluar dari perbatasan di desa ini, tanpa Tuan Murphy, tanpa misi yang harus dijalankan oleh mereka.

James dan Sammy diantarkan oleh orang suruhan Tuan Murphy untuk menjauh dari desa menuju area perkotaan. Perjalanan yang cukup jauh memakan waktu hampir 3 jam. James dan Sammy turun dari mobil tanpa bicara dan mengambil barang-barang mereka, yang tidak terlalu banyak, hanya membawa ransel.

James memperhatikan pagar tanah yang menjulang tinggi di hadapannya. Kalau saja tidak ditumbuhi rumput liar dan semak belukar, dari luar tidak akan ada yang mengetahui bahwa di dalam semak belukar itu ada sebuah desa yang indah namun punya banyak rahasia tersembunyi. Semak liar tersebut harus dipindahkan agar James dan Sammy bisa keluar dari celah pagar tanah tersebut. Mereka harus merunduk, karena celah tersebut tidak begitu besar untuk dilewati. Sampai di luar semak-semak, mereka akan bisa terakses ke jalan raya. Mereka pun harus menyamar menjadi warga kota yang melakukan penelitian. Tugas selanjutnya adalah harus menunggu mobil truk lewat menuju kota.

Sammy dan James tiba sekitar senja hari dan melihat truk lewat dengan sinar lampunya yang kelewat menyilaukan. James dan Sammy bersemangat dan menghadang truk tersebut sambil memperlihatkan lampu senter mereka. Truk berhenti. Seorang pria setengah baya, berwajah bulat, menggunakan topi bisbol menghentikan truknya. James dan Sammy berlari kecil mendekati truk di bagian sopir.

“Hey, nak, kalian mau kemana?” tanyanya sambil setengah tersenyum. James memberikan secarik kertas, kertas tersebut berisi tentang keterangan bahwa James dan Sammy mahasiswa resmi dari universitas di kota, dengan stempel pemerintahan yang menguatkan bahwa mereka adalah benar mahasiswa di sana, meski itu palsu. Pria tersebut tanpa banyak bicara mengedikkan kepalanya, ia minta James dan Sammy untuk duduk di bagian belakang karena di sebelahnya ada pria muda yang sedang tidur. James mengambil kembali kertasnya, dan mengucapkan terima kasih. Bagian belakang truk terlalu banyak barang. Bahkan, truk tersebut sedang dalam keadaan tertutup yang ditutupi oleh kain tebal. James dan Sammy dengan sigap menyelinap di bagian belakang. Mereka mengintip ke bagian kursi driver. Ada sedikit lubang kecil yang tertutup. Brak! Sammy dan James kaget saat lubang kecil tersebut terbuka tiba-tiba. 2 botol air dan roti dilempar oleh pemuda yang tadi tertidur. Ia memberikan roti tersebut untuk dimakan oleh Sammy dan James. Sammy mengambil kue tersebut.

“Wow, kita beruntung sobat. Ini adalah hariku yang paling bahagia,” ucap Sammy berlebihan lalu meminum airnya. “Stroberi ... dan ini …,” ia mencium aroma dari tutup botol, “ini rasa vanila. Ambillah, James!” Sammy melemparkan roti dan botol minuman tersebut. James mengambil dan memakan rotinya. Tadi ia tidak begitu selera menghabiskan sarapannya, ia benar-benar tidak sabar untuk bisa sampai di kota.

James dan Sammy sudah setengah perjalanan. Cukup melelahkan bagi James dan Sammy. “Hey man, coba tersenyum. Kita akan datang ke kota kelahiranmu, tunjukkan rasa senang sedikit, kawan.” Sammy terdengar bersemangat. Ia meloncat mengintip ke luar jendela. James tidak peduli, sedari tadi ia sibuk menatap surat untuk diserahkan ke perbatasan. James sedang menganalisis kenapa ia harus menyerahkan surat itu.

Sammy yang tadinya tenang saat memandang pemandangan diluar trus sekaran terdengar berteriak dan menarik baju James. “James, James, James, berkemaslah, cepat.” Sammy langsung turun dari panjatannya. James refleks mengambil ranselnya.

“Ada apa, Sam?” tanya James. Mata Sammy terlihat melebar dan terbelalak ketakutan. “Truk ini mengarah ke tempat itu.” James tersedak roti yang masih dikunyahnya. Ia dengan cepat berdiri dan mengintip ke jendela. James mengepalkan kedua tangannya. Dengan cepat James dan Sammy mengemas barang-barang mereka. James dan Sammy membuka pintu truk kontainer yang tengah melaju kencang.

“Oh, tidak,” kata Sammy terdengar mendesah pelan. James mengerti kenapa Sammy terdengar putus asa.

“Tidak ada pilihan lain,” kata James. Napasnya terengah-engah, perutnya terasa sakit. Ia melihat mereka sudah sedikit melewati perbatasan di mana harusnya mereka turun. James merasa kesal dengan supir truk yang berjanji akan menurunkan mereka di perbatasan.

“Ayo kita melompat!” teriak James di tengah deru angin akibat truk yang melaju kencang.

“Kau gila?” Sammy balas teriak.

“Sedikit, Sammy!” Tanpa berpikir, James meloncat dari truk, diikuti Sammy yang terdengar berteriak kencang ketika melompat.

Gedebug!

Sammy beruntung ia melompat di tengah jalan dan melempar dirinya ke samping kiri, di mana ada rerumputan basah yang masih terkena embun pagi. Sedangkan, James jatuh ke jalanan kasar, terlihat sedikit terluka di sikunya.

“James!” Rambut oranye Sammy terlihat semakin mengkilap dan James merasa matanya sedikit silau. “James, James, kau oke?” tanya Sammy terdengar cemas melihat tubuh James seketika melemah. “Ayo, James. Paksa dirimu. Kita harus sedikit menepi!” James merasa perutnya semakin sakit. Ia merasa tubuhnya kaku. Sammy mencoba menarik lengan James, menaruh lengan kiri James di bahunya, mengangkat tas James, dan berusaha menyeret James ke tepi pohon.

“Sammy ...” James berkata lemah. Ia merasa pemandangan di depan jalan raya terlihat buram, terang, dan buram lagi.

“Tutuplah matamu, James!” pinta Sammy. Terdengar Sammy membongkar isi tasnya, mengambil air, dan ramuan hijau menjijikkan mulai tercium. Sammy kembali ke James. “Ini, hiruplah dahulu. Kemudian minumlah.” James memaksa dirinya bangun dan menghirup bau apek dari ramuan itu. James merasa perlahan pusingnya memudar dan penglihatannya tak lama kembali normal. James menarik kerah Sammy.

“Apa yang terjadi, Sam?”

Sammy terlihat makin pucat hingga James bisa melihat urat biru di dahi Sammy. “Kupikir kau keracunan.” kata Sammy sambil mengangkat bungkusan roti miliknya yang belum sempat ia makan. James memang terlebih dahulu memakan rotinya, sedangkan Sammy baru saja meminum minumannya.

Hening sesaat, James mencoba menelaah kembali apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Ia tersadar karena mendengar Sammy yang batuk. “James, kurasa ... mereka juga menaruh sesuatu di minuman ini ... aarrgh.” Sammy mengerang. James dengan cepat membuka tasnya dan mencari botol air bekal mereka. James merasa perlahan-lahan dirinya membaik setelah mencium bau ramuan itu. Dengan sigap ia memberikan minuman botol dan ramuan hijau tadi ke Sammy. Sammy perlahan-lahan membaik. Untunglah racun dalam minuman tidak bereaksi seperti reaksi racun dalam roti James.

“Sam … mereka mencoba meracuni kita.” Sammy tidak menjawab hanya memandang James sambal meneguk airnya hingga botolnya habis. “Apa menurutmu … menurutmu mereka ... kenal kita?” bisik Sammy, setelah menghabiskan sebotol air.

Sammy memandang sekelilingnya seolah pohon-pohon di sekitar mereka ikut mencuri dengar pembicaraan mereka. James berusaha menegakkan punggungnya, perutnya sudah tidak begitu sakit. “Kurasa tidak, Sammy, mereka hanya penculik yang dikenal dengan Slero. Well, Slero para penculik mahasiswa. Kurasa aku pernah mendengar modus mereka dengan memberikan roti dan minuman. Aku tak menyangka ternyata ini benar-benar nyata dan tidak terpikirkan ketika mereka memberikan kita makanan dan air.” James berusaha menjelaskan dengan nada biasa padahal pikirannya masih melayang-layang mencerna apa yang terjadi.

Sammy mendekati James, ia juga menyandarkan dirinya di pohon besar. Langit mulai makin gelap, bayangan mereka terpantul di jalanan dari cahaya senja.

“Kurasa kau benar ... pasti mereka akan melakukan lebih dari ini jika mengenal kita. Lalu, apa rencana kita sekarang?” Tanya Sammy lebih ke dirinya sendiri. “Kita kehilangan arah untuk ke kota, tapi kupikir …” James mengecek peta dan kompasnya, “kupikir kita tidak begitu jauh dari perbatasan, sekitar 30 kilo lagi. Apa kau siap berjalan?” James melirik Sammy. Sammy masih pucat. “Bukan sekarang. Bahaya jika kita berjalan karena hari mulai gelap. Ini terlalu berisiko melanjutkan perjalanan terutama ini di luar rencana. Well, misi kita belum selesai. Tuan Murphy akan menuntut. Mari beristrahat dulu, besok kita lanjutkan perjalanan,” kata James sambil berjalan ke sekitaran mempelajari situasi sekitar. Kegelapan malam semakin pekat. Sammy mengangguk setuju, ia berdiri.

“Yeah … Tuan Murphy akan membunuhku jika terjadi sesuatu padamu. Kalau begitu mari kita nikmati piknik kita di tepi pohon kesayangan ini.” Sammy mengedipkan matanya. Ia meloncat berdiri dengan bersemangat, pindah ke pohon satunya yang lebih masuk akal untuk ditempati sementara. James mencoba tersenyum menahan tawa. Ia mengambil tempat duduk di sebelah sahabatnya, berusaha memejamkan matanya agar bisa beristrahat sebelum perjalanan panjangnya besok dan entah apa yang akan menantinya di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!