Mau Sehidup Sesurga

Mau Sehidup Sesurga

Prolog; Sudah bersuami?

Kita pasti memiliki luka,

yang hanya diri kita yang tau,

seberapa dalam luka itu terpatri.

♡♡♡♡

Nama panggilannya Agnia. yang adalah Zihan Agnia Nur Fauzan. anak kedua dari tiga bersaudara dan anak gadis satu satunya kesayangan semua orang di keluarga Fauzan Firdausi dan Khopipah Nuraini.

Agnia yang adalah sarjana ilmu sosial benar benar mendedikasikan hidupnya dalam sosial. Di pagi hari gadis berhijab itu mulai dengan mengajar kelas PAUD, Siang hari mengajar di madrasah diniyah, dan malam hari mengajar anak anak di mesjid dekat rumahnya.

Hampir tak ada hubungannya memang, kuliah yang ditempuh beberapa tahun dalam jurusan ilmu sosial dan akhirnya ia mengabdi mengajar. Kecintaanya pada anak anak dan rasa pedulinya terhadap pendidikan anak menggerakan hatinya untuk terus memperjuangkan kesadaran akan pendidikan di sekitarnya.

Gadis dengan semangat tinggi itu kini tengah berjalan keluar dari kamarnya dengan kantong besar di tangan, ini ke tiga kalinya ia mondar mandir. Tubuh mungilnya bergerak lincah tak lama kembali.

"Mbak!"

Seorang pria yang lebih tinggi sedagu dari Agnia itu menghadang, dengan tengilnya masih mengunyah permen karet di mulut. Sejenak menoleh ke arah luar. "Udah kaya setrika tau gak! Mindahin apa si?"

Agnia menatap pria itu sebentar. "Hari ini perpisahan anak anak PAUD. Ingat?"

Pria yang adalah adiknya itu mengangguk. "Masih banyak? Biar aku bantu."

"Boleh. Akbar tolong ambil yang di kotak ya. Mbak sisanya." Ucap Agnia, menunjuk dua kotak besar yang penuh dengan bingkisan kecil berwarna warni.

Akbar menilik sebentar dua kotak besar itu "Kecil inimah mbak. Tenang!." ucapnya dengan seringai menganggap enteng yang diikuti cebikan Agnia.

"Hati hati dek!" Agnia mengingatkan, mengingat kotak besar itu menutupi sebagian penglihatan Akbar dari jalan.

"Iya iya mbak. Bawel!" Keluh Akbar yang sama sekali tidak merasa kesulitan. "Loh!" Akbar spontan berhenti, ada yang pemandangan kurang mengenakan dihadapannya. Tak berlangsung lama aksi mematungnya, Akbar melanjutkan langkahnya dengan tatapan tak suka "Apaan nih!"

"Apa?" Tak kalah nyolot, Hafidz yang adalah kakak tertua dari tiga saudara itu memberi tatapan menantang pada adik bungsunya.

Akbar mendengus sebal "Giliran mbak Agni dijemput, giliran gue pinjem mobil gak boleh." Sindir Akbar, tanpa menengok musuh bebuyutannya itu.

Hafidz tak kalah angkuh, memasang ekspresi datar "Iyalah, Agni minta tumpangan untuk kegiatan penting. Tapi lo pinjem tumpangan buat pamer"

"Alah! Alesan. Pelit emang." Ledek Akbar "Dasar calon penghuni kuburan sempit"

"Terus nanti kuburan lo bakal luas gitu?"

Agnia menggeleng takjub, mulai lagi. Dua orang ini memang tak boleh bertemu, Hafidz yang sudah berumah tangga pun masih tidak mau mengalah dari Akbar yang umurnya selisih tiga tahun darinya dan lima tahun dari Hafidz. Satu hal yang membuat semua orang lega adalah mereka tidak satu rumah. Jangan pernah mencoba untuk membayangkan apa yang akan terjadi jika mereka tinggal satu atap. Bahkan sepagi ini mereka membawa kata 'kuburan' dalam perdebatan mereka.

"Mas.." Renggekan Agnia berhasil menghentikan cekcok antara Hafidz dan Akbar sejenak. "Udah dong! De! Satu lagi tolong ambilin ya.. cepet"

Akbar langsung menurut, melangkah cepat. Tak lama kembali. "Udah mbak!" Ucapnya, setelah menutup bagasi mobil hitam milik Hafidz.

"Makasih." Ucap Agnia riang, dari dalam mobil. Dari sisi ini tak banyak yang menyangka jika ia lebih tua dari Akbar.

"Hati hati ya mbak!" Akbar berucap lebih keras, dibalas anggukan oleh Agnia "Hati hati ketularan bego maksudnya." Tambahnya lagi, yang sukses membuat Hafidz kesal.

"Kurang ajar!"

Agnia langsung meredam ego Hafidz yang ingin sekali turun dan menarik telinga Akbar "Udah ya Mas.. gak usah didengerin"

Sementara Hafidz yang mengurungkan niatnya dari memberi pelajaran, Akbar justru tersenyum menang. Ia puas, mendapat tatapan tajam dari kakak sulungnya itu tak membuatnya takut, selama Agni berada di pihaknya.

...

"Mbak mu sudah berangkat?" Tanya Khopipah lembut, tangannya bergerak memindahkan nasi ke piring. Melayani sang suami yang sudah duduk di meja makan bersama Akbar.

"Sudah bu. Baru aja, di jemput Mas Hafidz." Jawab Akbar, kali ini ia mencari aman dengan tidak mengatakan hal buruk dan tidak memberi panggilan buruk pada kakak sulungnya dihadapan Khopipah dan Fauzan. Ia bisa kena marah jika ketahuan tidak menghormati kakaknya itu.

Sepasang suami istri di hadapan Akbar mengangguk samar. Keduanya kemudian fokus pada makanan di piring masing masing.

Lenggang sejenak, hanya suara sendok yang beradu dengan piring sesekali terdengar. Khopipah jadi ingat akan sesuatu, mengatakan sesuatu setelah terlebih dahulu menelan makanan yang dikunyah. "Oiya.. Pak, ingat teman ibu di pesantren dulu yang namanya Retno?"

"Yang mana bu, teman ibu kan banyak." jawab Fauzan santai, menoleh sekilas.

"Yang itu lah, pokoknya. Kalo dia main kesini Bapak pasti ingat."

Fauzan mengangguk, masih mendengarkan.

"Dia punya anak laki laki, masih mahasiswa. Tapi hebat loh pak anaknya, nyantri. Ibu pernah sekali ketemu anaknya, dia santun. Bukan hafidz tapi ngajinya bagus, ngerti agama lah pokoknya." Jelas Khopipah, berusaha merincikan apa yang ia senangi dari anak sahabatnya itu. Melupakan nasi yang sebenarnya sudah ia sendok sejak tadi. "Dan nilai plusnya, Ganteng." Tambahnya lagi, tersenyum diakhir kalimat.

Baik Fauzan dan Akbar masih mendengarkan. Keduanya saling tatap, penasaran dengan apa yang berusaha dikatakan Khopipah.

"Ibu mau deh punya mantu kaya gitu." Tandas Khopipah.

Dan itulah intinya, jodoh untuk mbak Agni. Gelengan kepala ditunjukan Akbar samar, ia jadi bingung kenapa perempuan selalu berbelit dulu sebelum mengatakan apa yang mereka maksud. Perempuan memang RUMIT. Pikir Akbar.

"Ibu itu, kemarin anaknya ustadz Habib. Sekarang anak sahabat ibu.. jadi Ibu mau mantunya siapa? Yang mana? " Tanya Fauzan yang berhasil membuat Akbar nyengir, Ia juga.

Khopipah kembali menghentikan gerakan makannya. Menatap sang suami, siap berbicara panjang lebar. "Tapi yang ini beda Pak! Ibu lebih srek. Kita coba kenalin sama Agni ya.."

Fauzan melirik Akbar, seakan meminta pendapat. Urusan Agni, kakak dan adiknya lah yang lebih mengerti, itu sebabnya. Akbar mengangguk samar. "Siapa namanya bu?"

"Akmal." Jawab Khopipah yakin, sorot matanya menunjukan harapan yang besar.

"Hah?! Akmal bu?"

"Kenapa? Akbar kenal?"

Akbar mengernyit sejenak, kemudian menggeleng. "Enggak bu." Nama itu sama dengan nama seseorang yang ia kenal. Tapi yang ia kenal adalah Akmal yang seusianya. Maka itu tidak mungkin orang yang sama pikir Akbar, Tidak mungkin.

...

"Setelah selesai jemput lagi gak?" Tanya Hafidz, setelah memindahkan properti Agnia kedalam ruangan kelas.

"Gak usah, aku pulang sendiri." Jawab Agnia langsung.

Hafidz mengangguk. Menepuk bahu Agnia pelan "Kalo gitu Mas pamit"

"Iya. Makasih Mas."

"Sama sama. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalaam warahmatullah" jawab Agnia, sambil memperhatikan Hafidz yang berjalan semakin jauh menuju mobilnya.

Ponsel di saku Hafidz bergetar, pria itu tak langsung masuk kedalam mobilnya. Terlebih dulu menjawab panggilan "Halo.. Kenapa bangsat?" Tanyanya dengan ekspresi datar. Siapapun bisa menebak jika itu Akbar hanya dari gaya bahasa Hafidz kepada lawan bicaranya. Untuk sejenak Hafidz menjauhkan ponselnya dari telinga, dipastikan Akbar akan berteriak tak terima.

"Ada apa, gue buru buru. Gue kasih waktu lima detik. 1 2" Hafidz tak melanjutkan aksi berhitungnya, langsung menyimak. Alisnya terangkat. "Ok. Gue ke rumah sekarang."

.

.

.

.

Acara pembagian hadiah, juga sesi foto selesai. Tak ada hiburan di perpisahan PAUD dimana Agnia menjadi salah satu pengajar disana. Semua selesai dengan kepuasan anak anak yang tampak dari senyum merekah mereka. Dan itu memberikan kepuasan tersendiri bagi Agnia.

"Bu Agni.."

Agnia tengah bersiap untuk pulang, menunggu ojeg yang ia pesan sambil membantu merapihkan beberapa meja bersama dua guru lainnya. Agnia menoleh, dan mendapati beberapa wali murid yang masih belum pulang menemuinya.

Agnia tersenyum ramah, menatap anak dan wali murid bergantian "Ada yang perlu saya bantu bu?"

"Saya wali murid Afifah Bu."

Agnia kembali tersenyum "Saya tau bu. Saya mengenal semua wali murid anak didik saya."

"Saya mau berterima kasih. Afifah sangat bersemangat untuk belajar." ucapnya antusias

Agnia mengangguk "Alhamdulillah"

"Dia sangat menyukai ibu, dan sering membicarakan ibu. Kalo berangkat sekolah harus cium tangan orang tua dulu, disuruh ibu Agni katanya. Mau makan bismillah dulu, disuruh bu Agni katanya.."

Agnia kembali mengangguk, diselingi kekehan.

"Memang begitu bu, saya dan staff pengajar lainnya selalu berusaha menguatkan anak dengan membiasakan hal hak yang baik. Jadi mohon Ibu semua untuk selalu membimbing si kecil, ya. Karena kebiasaan yang dimulai dari kecil sangat luar biasa dampaknya. Dan itu saya rasakan secara pribadi" jelas Agnia, yang selalu diselingi senyum.

Tanya jawab pendapat antara Agnia dan beberapa wali murid itu terjadi normal hingga salah satu wali murid melayangkan pertanyaan yang paling dihindari Agnia.

"Maaf bu sebelumnya, apa Ibu sudah menikah?"

Agnia mengerjap, tidak menyangka pertanyaan itu bisa muncul dalam obrolan yang serius. Gelengan kepala menjadi jawaban. Senyum canggungnya terbit.

"Alhamdulillah." Ucap wali murid itu, masih terus akan berbicara tanpa menyadari ketidaknyamanan dari senyum Agnia. "Saya punya kenalan bu, pengusaha muda yang sedang mencari istri. Jika ibu tertarik saya bisa kenalkan"

Wali murid lain yang bisa melihat kerisihan Agnia segera menyikut pelan kawan sebelahnya. Memberi isyarat dengan pelototan. ITU TIDAK SOPAN begitu jika bisa diartikan.

"Jangan sembarangan bunda. Bu Agni pasti sudah punya calon, ya kan Bu?" timpal wali murid yang menyikut kawannya tadi, berusaha menetralkan situasi.

Agnia tersenyum lebih lepas, yang sebenarnya adalah baginya kalimat itu bahkan lebih tidak mengenakan dari pertanyaan sebelumnya. Kenapa orang orang begitu tertarik dengan status orang lain? Padahal pernikahan juga sesuatu yang bersifat pilihan.

Dan bukankah tak benar mempertanyakan pilihan orang lain? Pikir Agnia. Tanpa disadari yang lain, tangannya memilin bagian bawah bajunya. Ia gugup. Segala sesuatu tentang pernikahan beberapa tahun ini menjadi momok menakutkan untuknya.

Setiap saat membuka mata ia berharap tak seorang pun mengungkit tentang itu dihadapannya.

Setelah peristiwa tersulit di hidupnya, Agnia tak lagi melihat pernikahan sebagai hubungan yang luar biasa yang ia dambakan.

Satu hal yang pasti, ia takut untuk menikah. ia tak siap mengenal siapapun lagi di hidupnya.

...

Episodes
1 Prolog; Sudah bersuami?
2 2.
3 3. Anak gadis?
4 4. Gugup atau takut?
5 5. Mencoba untuk setuju
6 6. Seseorang dari masa depan
7 7. Mereka lagi?
8 8.
9 9 Cinta sepihak Akbar
10 Sepuluh
11 Jika harus kembali bertemu
12 Kecewa sebanyak rasa percaya
13 Akbar dan Akmal
14 14
15 Keresahan akbar
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21 Adi dan Alisya ; Masa lalu Agnia
22 22. Anggota badan satu tubuh
23 23
24 24 Romansa orang tua Zain
25 25. Kalimat menyihir Agnia
26 26 Cinta kucing-kucingan
27 26. Luka itu belum sembuh
28 28. Bisa membonceng Agnia?!
29 29: Sesaat sebelum semua kembali ke awal
30 30. Alisya & Adi ; Pemantik masalah?
31 31 Lampu hijau sesungguhnya
32 32 Suka ialah suka, Cinta ialah cinta.
33 33. Jangan jatuh hati
34 34. Tentang jatuh hati.
35 35. Terjebak masa lalu
36 36. Dua romansa?
37 37. Agnia dan Akbar
38 38. Adi & Alisya; Bertemu Raina
39 39. Harus terbiasa!
40 40. Hanya aku yang masih terjebak?
41 41. Ragam bentuk kasih sayang
42 42. Mereka kembali?
43 43. Lamaran kurang ajar
44 44. Semua luka itu, berharga
45 45. Sejenis Akbar saja sudah cukup!?!
46 46. Sudah mau cucu?
47 47. Mau punya cucu juga?
48 48. Calon suami?
49 49. King of bulshit
50 50. Pertanyaan Alisya?
51 51. klise?
52 52. Ketulusan Akmal
53 53. Arti mimpi Akmal?
54 54. Masa lalu Akmal?
55 55. Kisah lama
56 56. si Syawal
57 57
58 58. bertemu Giska
59 59
60 60
61 61. Fiki si pembawa gosip
62 62. Pertanyaan yang sama
63 63. Antara yang disayang dan yang melukai
64 64.
65 65. seseorang istimewa?
66 66. seratus persen
67 67. Cincin pemberian Akmal
68 68. Sama dengan Adi?
69 69. yang lebih rumit dari hilangnya cincin
70 70. Nasihat Agnia
71 71. Sebab kemarahan Akbar
72 72. kemarahan Akmal
73 73. Mencari jalan keluar
74 74. pelipur lara
75 75.
76 76. Dentuman aneh
77 77. Ada kemajuan?
78 78. Belum saatnya
79 79. Janji Akmal
80 80. Gian.
81 81. Wiryo dan anak sulungnya
82 82
83 83. Ada apa dengan Akmal?
84 84.
85 85. Antara Agnia dan Gian
86 86. jangan membuat bingung!!
87 87. Teka-teki cincin itu
88 88. Dendam Wildan?
89 89.
90 90. Teka-teki Wildan
91 91. Penyekapan Agnia
92 92. Upaya penyelamatan Agnia
93 94. Misi berhasil?
94 95. Persoalan bubur
95 95
96 96. Rasa bersalah Gian
97 97. Romance tipis-tipis?
98 98. Apa aku benar-benar bahagia?
99 99. Pulang?
100 100.
101 101
102 102. syukuran?
103 103. pengajian?
104 104. Pengumuman mengejutkan?
105 105
106 106. dia tidak istimewa
107 107. Gian: Adik
108 108. Kakaknya Agnia
109 109
110 110. Gian suka Agnia?
111 111. Akhir pengharapan Gian
112 112. pertama kali pergi bersama
113 113. Yang menggunung di hati Indri
114 114. Maaf sebab terlahir lebih muda.
115 115. Gian: satu hal lagi
116 116. Lamarkan dia untukku, Ayah..
117 117. Sesal Alisya
118 118. Lamaran
119 119. Fiki: Dilamar siapa?
120 120. Apa salahnya sama berondong?
121 121. Marriage Syndrome?
122 122. Dua malam singkat bersama keluarga
123 123. Akmal; Berdua lebih baik
124 124
125 125. Nasib hati Akbar
126 126. Ingin segera bersama
127 127. saran Akmal?
128 128
129 129. Tentang perbedaan umur?
130 130. Aku kamu
131 131. Bude Maryam
132 132. Usia dan kedewasaan
133 132. Usia dan kedewasaan
134 133.
135 134. Yang terus tumbuh dan berkembang
136 135. pejuang restu?
137 136. pelet Akmal
138 137. menangani ngidamnya Silmi
139 138. the day
140 139. Gugup
141 140. Ijab Qabul
142 141. ijab Qabul part2
143 142. Terlalu dini untuk malam pertama.
144 143. Terlalu dini untuk malam pertama part2
145 144. ciuman pertama?
146 145. Ciuman pertama part 2
147 146. tumbuhnya keraguan
148 147. Tumbuhnya keraguan part2
149 148. Perjalanan halal
150 149. Perjalanan halal part2
151 150. Penerimaan Agnia
152 151. Muncul kembali
153 152. Yang kembali ke permukaan
154 153
155 154. Merekahnya bunga
156 155. Maaf dan Terimakasih
157 156
158 157. Rumah baru untuk rumah tangga baru
159 158. Sakinah
160 15. Mawaddah
161 160. Kebelet punya anak
162 161. Kehidupan baru
163 162. Mual-mual nya ibu hamil?!
164 163. Siapa yang ngidam?
165 164.
166 165. bau-bau masa lalu
167 166. Govin
168 167.
169 168.
170 169. Mau memahami?
171 170. Baby moon?
172 171. Baby moon part 2
173 172. Baby moon part3
174 173. Uluran tangan.
175 174. Bucin?
176 175. Govin lagi!
177 176. Rahasia setelah rahasia
178 177. Apapun selama bersama
179 17i. Apapun selama bersama part2
180 179.
181 180. Salah paham?
182 181. Pengap
183 182. Selepas salah paham
184 183
185 184. Tidak papa, Aku disini
186 185
187 186
188 187. Cemburu?
189 188
190 189
191 190
192 191. Ketakutan Retno
193 192. Rasa kehilangan.
194 193. Seakan awal yang baru
195 194.
196 195. Kehilangan setelah kehilangan.
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202. End--
Episodes

Updated 203 Episodes

1
Prolog; Sudah bersuami?
2
2.
3
3. Anak gadis?
4
4. Gugup atau takut?
5
5. Mencoba untuk setuju
6
6. Seseorang dari masa depan
7
7. Mereka lagi?
8
8.
9
9 Cinta sepihak Akbar
10
Sepuluh
11
Jika harus kembali bertemu
12
Kecewa sebanyak rasa percaya
13
Akbar dan Akmal
14
14
15
Keresahan akbar
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21 Adi dan Alisya ; Masa lalu Agnia
22
22. Anggota badan satu tubuh
23
23
24
24 Romansa orang tua Zain
25
25. Kalimat menyihir Agnia
26
26 Cinta kucing-kucingan
27
26. Luka itu belum sembuh
28
28. Bisa membonceng Agnia?!
29
29: Sesaat sebelum semua kembali ke awal
30
30. Alisya & Adi ; Pemantik masalah?
31
31 Lampu hijau sesungguhnya
32
32 Suka ialah suka, Cinta ialah cinta.
33
33. Jangan jatuh hati
34
34. Tentang jatuh hati.
35
35. Terjebak masa lalu
36
36. Dua romansa?
37
37. Agnia dan Akbar
38
38. Adi & Alisya; Bertemu Raina
39
39. Harus terbiasa!
40
40. Hanya aku yang masih terjebak?
41
41. Ragam bentuk kasih sayang
42
42. Mereka kembali?
43
43. Lamaran kurang ajar
44
44. Semua luka itu, berharga
45
45. Sejenis Akbar saja sudah cukup!?!
46
46. Sudah mau cucu?
47
47. Mau punya cucu juga?
48
48. Calon suami?
49
49. King of bulshit
50
50. Pertanyaan Alisya?
51
51. klise?
52
52. Ketulusan Akmal
53
53. Arti mimpi Akmal?
54
54. Masa lalu Akmal?
55
55. Kisah lama
56
56. si Syawal
57
57
58
58. bertemu Giska
59
59
60
60
61
61. Fiki si pembawa gosip
62
62. Pertanyaan yang sama
63
63. Antara yang disayang dan yang melukai
64
64.
65
65. seseorang istimewa?
66
66. seratus persen
67
67. Cincin pemberian Akmal
68
68. Sama dengan Adi?
69
69. yang lebih rumit dari hilangnya cincin
70
70. Nasihat Agnia
71
71. Sebab kemarahan Akbar
72
72. kemarahan Akmal
73
73. Mencari jalan keluar
74
74. pelipur lara
75
75.
76
76. Dentuman aneh
77
77. Ada kemajuan?
78
78. Belum saatnya
79
79. Janji Akmal
80
80. Gian.
81
81. Wiryo dan anak sulungnya
82
82
83
83. Ada apa dengan Akmal?
84
84.
85
85. Antara Agnia dan Gian
86
86. jangan membuat bingung!!
87
87. Teka-teki cincin itu
88
88. Dendam Wildan?
89
89.
90
90. Teka-teki Wildan
91
91. Penyekapan Agnia
92
92. Upaya penyelamatan Agnia
93
94. Misi berhasil?
94
95. Persoalan bubur
95
95
96
96. Rasa bersalah Gian
97
97. Romance tipis-tipis?
98
98. Apa aku benar-benar bahagia?
99
99. Pulang?
100
100.
101
101
102
102. syukuran?
103
103. pengajian?
104
104. Pengumuman mengejutkan?
105
105
106
106. dia tidak istimewa
107
107. Gian: Adik
108
108. Kakaknya Agnia
109
109
110
110. Gian suka Agnia?
111
111. Akhir pengharapan Gian
112
112. pertama kali pergi bersama
113
113. Yang menggunung di hati Indri
114
114. Maaf sebab terlahir lebih muda.
115
115. Gian: satu hal lagi
116
116. Lamarkan dia untukku, Ayah..
117
117. Sesal Alisya
118
118. Lamaran
119
119. Fiki: Dilamar siapa?
120
120. Apa salahnya sama berondong?
121
121. Marriage Syndrome?
122
122. Dua malam singkat bersama keluarga
123
123. Akmal; Berdua lebih baik
124
124
125
125. Nasib hati Akbar
126
126. Ingin segera bersama
127
127. saran Akmal?
128
128
129
129. Tentang perbedaan umur?
130
130. Aku kamu
131
131. Bude Maryam
132
132. Usia dan kedewasaan
133
132. Usia dan kedewasaan
134
133.
135
134. Yang terus tumbuh dan berkembang
136
135. pejuang restu?
137
136. pelet Akmal
138
137. menangani ngidamnya Silmi
139
138. the day
140
139. Gugup
141
140. Ijab Qabul
142
141. ijab Qabul part2
143
142. Terlalu dini untuk malam pertama.
144
143. Terlalu dini untuk malam pertama part2
145
144. ciuman pertama?
146
145. Ciuman pertama part 2
147
146. tumbuhnya keraguan
148
147. Tumbuhnya keraguan part2
149
148. Perjalanan halal
150
149. Perjalanan halal part2
151
150. Penerimaan Agnia
152
151. Muncul kembali
153
152. Yang kembali ke permukaan
154
153
155
154. Merekahnya bunga
156
155. Maaf dan Terimakasih
157
156
158
157. Rumah baru untuk rumah tangga baru
159
158. Sakinah
160
15. Mawaddah
161
160. Kebelet punya anak
162
161. Kehidupan baru
163
162. Mual-mual nya ibu hamil?!
164
163. Siapa yang ngidam?
165
164.
166
165. bau-bau masa lalu
167
166. Govin
168
167.
169
168.
170
169. Mau memahami?
171
170. Baby moon?
172
171. Baby moon part 2
173
172. Baby moon part3
174
173. Uluran tangan.
175
174. Bucin?
176
175. Govin lagi!
177
176. Rahasia setelah rahasia
178
177. Apapun selama bersama
179
17i. Apapun selama bersama part2
180
179.
181
180. Salah paham?
182
181. Pengap
183
182. Selepas salah paham
184
183
185
184. Tidak papa, Aku disini
186
185
187
186
188
187. Cemburu?
189
188
190
189
191
190
192
191. Ketakutan Retno
193
192. Rasa kehilangan.
194
193. Seakan awal yang baru
195
194.
196
195. Kehilangan setelah kehilangan.
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202. End--

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!