3. Anak gadis?

...♡♡♡...

...Manusia memiliki apa?...

...Saat hatinya saja Allah yang membolak balik....

...Manusia bisa apa?...

...Saat rencana saja hanya terwujud sesuai takdirNya....

...Manusia punya hak apa?...

...Saat rasa tertarik hingga penolakan kembali pada keputusanNya?...

...♡♡♡...

Akmal baru saja tiba di rumahnya. Wajah lelah tampak setelah ia membuka helm, turun dari kuda besinya.

"Assalamualaikum." Akmal mendorong pintu rumahnya yang belum dikunci. Tak ada jawaban, yang artinya kedua orang tuanya sudah beringsut dalam kamar.

Sejenak Akmal mendudukkan pantatnya di kursi, menghadap meja makan untuk sekedar minum. Baru setelah itu masuk ke kamarnya.

Deretan piala, piagam, serta foto foto yang tersusun cantik terlihat kala Akmal menekan saklar lampu kamarnya. Piagam dari lomba model anak, lomba mewarnai, siswa berprestasi, dan yang paling banyak lomba pidato anak, Itu semua tampak rapi menghiasi dinding kamar abu muda milik Akmal. Beberapa foto masa kecil Akmal, hingga foto foto bersama rekan organisasinya juga ada.

Jika dilihat dari tata letak semua benda di kamar ini, siapapun akan tau bahwa pemiliknya adalah orang yang disiplin.

...Benarlah jika penampilan, apa yang tampak oleh mata dapat menunjukan kepribadian seseorang....

Dan lihatlah jajaran buku yang tersusun rapih di atas meja belajarnya, belum lagi jika melihat baju bajunya di dalam lemari. sebagian tak akan menyangka, jarang sekali pria yang se-rapih dan sedetail itu.

Akmal langsung meraih handuk setelah menyimpan ponsel dan tasnya di atas kursi. Berjalan gontai menuju kamar mandi, hendak membuang rasa lelah berupa keringat dari tubuhnya.

Tak berselang lama Akmal kembali, kini telah berganti dengan setelan lebih santai. Kaos lengan pendek warna hitam serta jeans.

Dan seperti kebanyakan orang, hal pertama yang dicek adalah ponsel. Benda kecil yang meski ada atau tidak adapun seseorang yang hendak dihubungi, tetap saja jadi rutinitas untuk diperiksa setiap detiknya.

Sedang tangan kirinya sibuk mengusap layar ponsel, tangan kanannya memegang handuk dan menaik turunkan tangannya di atas kepala. Bergerak teratur mengeringkan rambut.

Ada pesan dari Akbar yang baru saja ia buka. Pesan itu mengatakan bahwa kakak Akbar menyanggupi untuk menjadi pemateri di kajian yang digawangi organisasi mereka pada pekan ini. Senyum lega muncul dari wajahnya, sama lega dengan Akbar dan pastinya anggota organisaai yang lain.

Apalagi Kaivan, yang bertugas membuat spanduk. Semangat melapor di grup whatsapp bahwa desain spanduk itu selesai dikerjakan, bahkan kurang dari lima belas menit setelah Akbar mengabari. Sebuah gambar mengiringi pesan dari Kaivan itu.

Kegiatan kering mengering rambut selesai, Akmal sudah menyimpan kembali handuk ke tempatnya. Kini ia tertarik dengan obrolan di grup whatsapp. Penasaran dengan gambar spanduk yang didesain Kaivan si ahli desain langsung, salah satu anggota MBI yang sejak masa sekolah menggilai multimedia.

Baru saja tangan Akmal hendak membuka gambar yang dikirim Kaivan itu, suara derit pintu terbuka mengurungkan niatnya. Kini menoleh ke arah pintu yang menampakan seorang pria paruh baya dengan senyum teduh, sekilas terlihat kemiripan antara pria itu dan Akmal.

"Ayah?" gumam Akmal sembari meletakkan ponselnya ke atas nakas samping tempat tidurnya.

Itulah Sidiq abdurrahman, pria yang baru saja genap empat puluh empat tahun usianya. Pengusaha kawakan, yang sejak muda ambisius sekali soal merintis bisnis. Hingga di usianya saat ini, berkat kerja kerasnya, Sidiq mengakbarkan dirinya sebagai salah satu pengusaha terkaya dengan banyak bidang bisnis.

Sudah tampak beberapa uban di kepalanya, apalagi kali ini tanpa peci yang biasanya selalu ia kenakan. Uban itu sebenarnya kontras dengan wajah Sidiq yang terlihat jauh lebih muda dari usianya. Beberapa orang bahkan berkata rahasia awet mudanya itu hasil dari senyum teduh yang selalu ia tebar.

Sidiq melangkah masuk, duduk di kursi yang terlebih dulu ia hadapkan ke arah Akmal.

"Gimana tadi di toko?"

"Aman, Yah." singkat Akmal, tersenyum meyakinkan.

Anggukan samar ditunjukan Sidiq, pertanyaan itu sebenarnya hanya kalimat basa-basi darinya untuk Akmal. Dan Akmal, Sudah paham dan terbiasa jadi menjawab demikian.

"Begini, ayah kesini untuk minta tolong. Besok sebelum kamu pergi ke toko, tolong anter Bunda lebih dulu."

"Boleh. kemana memangnya, Yah?"

"Kemananya ayah juga gak tau. Cuman katanya ke rumah temen Bunda mu. Pokoknya anterin aja! Deket kok."

Akmal mengangguk. Jangankan mengantar sang bunda, disuruh libur menemani bundanya seharian pun ia siap.

Sidiq mengangguk, kemudian bangkit. Sudah selesai dengan tujuannya ke kamar anaknya. "Dan.." Sidiq mengurungkan langkahnya, kembali menatap Akmal. "Yang ayah tau, temen bunda kamu itu punya anak gadis.. sepertinya seumuran kamu. Ayah pernah sekali bertemu." papar Sidiq, yang membuat alis Akmal refleks terangkat.

Akmal sedikit aneh mendengar sang ayah membahas 'anak gadis'. Ini jelas pertama kalinya, ayahnya membahas perihal itu.

"Besok kalo ketemu dia, coba ajak ngobrol! Siapa tau cocok." ucap Sidiq yang lagi dan lagi membuat Akmal tak bisa berkata kata.

Ia sedang mencerna, apa semua obrolan ini bermuara pada anak gadis?

.

.

.

.

Minggu pagi, Agnia tak kalah cerah dari mentari pagi ini. Bak bunga disirami air, mekar dengan cantiknya. Namun pagi ini, Agnia masih dengan piyamanya. Melangkah cepat ke kamar Akbar.

Akbar langsung mendongak saat seseorang muncul dari balik pintu kamarnya yang terbuka. Saat tau itu Agnia, Akbar spontan merotasikan bola matanya.

Menoleh sesaat, kemudian kembali ke layar ponselnya.

"Akbar! Cepet mandi!" perintah Agnia, tetap membuka mulut meski disuguhkan perangai seperti itu.

"Iya! Bawel banget!" Respon Akbar sebaI, matanya membulat. ia jengah, pasalnya ini ketiga kalinya Agnia datang dan memerintahnya mandi.

Yang padahal Agnia sendiri masih kusut dengan setelan tidurnya. baru selesai mengurus urusan dapur.

"Mbak sendirinya juga belum mandi!" protes Akbar, tersungut tanpa menoleh yang diajak bicara

Agnia nyengir, bukan apa-apa. ia hanya antusias untuk hari ini, bagaimana lagi? Itu reaksi alaminya.

"Iya maaf, mbak cuman ngingetin. Tau sendiri, kamu kayak gimana." sindirnya. "Yasudah, mbak sekarang siap-siap. Tapi kamu juga ya.. Awas!"

"Jangan sampe Mbak kesini, dan kamu belum siap.."

"Iya, Ah!" Akbar mendesah pelan, jengkel juga dirinya lama-lama.

Agnia sudah berlalu, suaranya tak lagi terdengar. Membuat Akbar menghela lega, dilain sisi heran. Heran kenapa kakaknya bisa se-skeptis itu, padahal ia sudah berjanji. Entah apa yang masih membuatnya takut dibohongi, mereka hanya akan pergi belanja!! ingin sekali Akbar berteriak demikian.

...

"Kamu jadi pergi?" tanya Khopipah lembut. Mendatangi Agnia yang duduk menunggu di teras rumah. "Padahal temen Ibu mau main kesini loh.." ujar Khopipah kecewa, tak menunggu hingga Agnia mengangguk atau mengiyakan.

Agnia mendongak, berdiri dari duduknya lantas mengangguk. "Udah janji soalnya, Bu."

"Janji sama siapa emangnya?" tanya Khopipah, matanya tiba-tiba antusias. Berharap jika janji itu dibuat bersama seseorang spesial, seorang pria maksudnya.

"Nah! Sama dia, Bu." ujar Agnia, tepat saat Akbar keluar dari rumah dan berdiri dihadapan keduanya.

Khopipah spontan mendengus pelan, namun tak sempat diperhatikan kedua anaknya. Harapannya terlalu tinggi, hingga berharap lebih.

Agnia memang membuat janji dengan seorang pria, dan pria itu adiknya sendiri.

"Pasti tante yang waktu itu kan?" tanya Agnia, saat ibunya diam untuk waktu cukup lama. Entah memikirkan apa.

Khopipah langsung mengangguk. "Iya, namanya Tante Retno."

Agnia mengangguk, tau. Pernah bertemu sekali saat makan bersama di rumah teman ibunya yang lain. "Emh.. titip Assalamualaikum aja ya, Bu?"

"Iya." Khopipah kembali mengangguk, sedikit kecewa namun berusaha tak menunjukkannya. Tak mau Agnia curiga akan sesuatu.

Tadinya ia berharap gadis satu-satunya ini akan bertemu dengan Akmal, anak sahabatnya. Tapi rencana hanyalah rencana, Allah lah yang mutlak menjalankan takdir terbaiknya.

"Ayo!" Akbar bersikap siap kali ini, tak sadar wajah kecewa sang ibu. Kecewa yang dihasilkan dari keinginannya yang teramat sangat.

Akbar siap dengan kunci mobil di tangan, untuk hari ini ia siap untuk menjadi asisten Agnia. atau lebih tepatnya, suruhan Agnia. Apapun itu, asalkan kakaknya berhenti merecokinya.

...

Sebuah mobil hitam masuk ke halaman besar kediaman Fauzan. Setengah jam setelah mobil yang dikendarai Akbar dan ditumpangi Agnia melesat.

Dua orang turun dari mobil itu. Itulah Akmal dan sang ibu, Retno. Keduanya berjalan beriringan, Akmal sibuk menilik lingkungan yang baru sekali ia kunjungi itu.

Ibu dan anak yang baru saja turun dari mobil itu disambut hangat oleh Khopipah, aura bahagia ditularkan Khopipah pada sahabatnya dengan pelukan. Matanya semakin berbinar tatkala menyalami Akmal. Pemuda yang ia bidik sebagai 'calon menantu'.

"Ayo, silahkan masuk!"

Retno dengan senang hati melangkah ke rumah sahabatnya. Melupakan Akmal yang justru mendapatkan panggilan, sesaat menghentikan langkahnya untuk menjawab panggilan itu.

"Anak-anak Mbak kemana?" tanya Retno, saat tak satupun Akbar maupun Agnia terlihat muncul. Sepi sekali rumah luas itu, pun tak terlihat kendaraan di halaman rumahnya.

Khopipah beranjak duduk setelah terlebih dahulu menyuguhkan teh hangat dan kudapan di meja. "Mereka pergi berdua, gak tau kemana."

Retno mengangguk. "Sibling time." ucapnya, untuk kemudian satu frekuensi dengan sahabatnya. Berucap kecewa. "Sayang sekali.."

"Gak papa. Lain kali ketemu. Tapi Agnia nitip Assalamualaikum tadi."

"Alaika wa'alaikumussalam warahmatullah.." jawab Retno, yang artinya 'semoga keselamatan dan rahmat Allah bagimu serta baginya'.

Ketukan terdengar, Akmal muncul dari arah pintu. Baru selesai menjawab panggilan telpon.

"Ayo masuk, Mal!"

Akmal ikut duduk di kursi empuk di sebelah kursi yang ibunya duduki. "Tante, Bunda saya mohon ijin. Harus pergi duluan. Ada telpon dari toko."

"Begitu ya? Sayang sekali." Khopipah berujar kecewa lagi, bukan saja anak anaknya yang tak bisa diajak kompromi, Akmal juga. "Tapi gak papa. Lain kali main kesini lagi ya!"

"Insya Allah tante." Akmal mengangguk, tersenyum.

"Ini bukan permintaan ya, tapi perintah." ujar Khopipah, terdengar tegas.

Akmal kembali mengangguk, tersemyum. Lagipun ia belum melihat 'anak gadis' yang dimaksud ayahnya. Melihat sosok Khopipah yang adalah ibunya, juga lingkungan dimana gadis itu tinggal saja sudah membuatnya penasaran. Dan kemungkinan rasa penasaran itulah yang akan menariknya kembali ke tempat ini.

...Lingkungan sangat besar andilnya bagi seseorang, ia tak kalah menentukan tentang bagaimana karakter seseorang. karena disanalah seseorang terbentuk...

14 Juli 2022

Episodes
1 Prolog; Sudah bersuami?
2 2.
3 3. Anak gadis?
4 4. Gugup atau takut?
5 5. Mencoba untuk setuju
6 6. Seseorang dari masa depan
7 7. Mereka lagi?
8 8.
9 9 Cinta sepihak Akbar
10 Sepuluh
11 Jika harus kembali bertemu
12 Kecewa sebanyak rasa percaya
13 Akbar dan Akmal
14 14
15 Keresahan akbar
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21 Adi dan Alisya ; Masa lalu Agnia
22 22. Anggota badan satu tubuh
23 23
24 24 Romansa orang tua Zain
25 25. Kalimat menyihir Agnia
26 26 Cinta kucing-kucingan
27 26. Luka itu belum sembuh
28 28. Bisa membonceng Agnia?!
29 29: Sesaat sebelum semua kembali ke awal
30 30. Alisya & Adi ; Pemantik masalah?
31 31 Lampu hijau sesungguhnya
32 32 Suka ialah suka, Cinta ialah cinta.
33 33. Jangan jatuh hati
34 34. Tentang jatuh hati.
35 35. Terjebak masa lalu
36 36. Dua romansa?
37 37. Agnia dan Akbar
38 38. Adi & Alisya; Bertemu Raina
39 39. Harus terbiasa!
40 40. Hanya aku yang masih terjebak?
41 41. Ragam bentuk kasih sayang
42 42. Mereka kembali?
43 43. Lamaran kurang ajar
44 44. Semua luka itu, berharga
45 45. Sejenis Akbar saja sudah cukup!?!
46 46. Sudah mau cucu?
47 47. Mau punya cucu juga?
48 48. Calon suami?
49 49. King of bulshit
50 50. Pertanyaan Alisya?
51 51. klise?
52 52. Ketulusan Akmal
53 53. Arti mimpi Akmal?
54 54. Masa lalu Akmal?
55 55. Kisah lama
56 56. si Syawal
57 57
58 58. bertemu Giska
59 59
60 60
61 61. Fiki si pembawa gosip
62 62. Pertanyaan yang sama
63 63. Antara yang disayang dan yang melukai
64 64.
65 65. seseorang istimewa?
66 66. seratus persen
67 67. Cincin pemberian Akmal
68 68. Sama dengan Adi?
69 69. yang lebih rumit dari hilangnya cincin
70 70. Nasihat Agnia
71 71. Sebab kemarahan Akbar
72 72. kemarahan Akmal
73 73. Mencari jalan keluar
74 74. pelipur lara
75 75.
76 76. Dentuman aneh
77 77. Ada kemajuan?
78 78. Belum saatnya
79 79. Janji Akmal
80 80. Gian.
81 81. Wiryo dan anak sulungnya
82 82
83 83. Ada apa dengan Akmal?
84 84.
85 85. Antara Agnia dan Gian
86 86. jangan membuat bingung!!
87 87. Teka-teki cincin itu
88 88. Dendam Wildan?
89 89.
90 90. Teka-teki Wildan
91 91. Penyekapan Agnia
92 92. Upaya penyelamatan Agnia
93 94. Misi berhasil?
94 95. Persoalan bubur
95 95
96 96. Rasa bersalah Gian
97 97. Romance tipis-tipis?
98 98. Apa aku benar-benar bahagia?
99 99. Pulang?
100 100.
101 101
102 102. syukuran?
103 103. pengajian?
104 104. Pengumuman mengejutkan?
105 105
106 106. dia tidak istimewa
107 107. Gian: Adik
108 108. Kakaknya Agnia
109 109
110 110. Gian suka Agnia?
111 111. Akhir pengharapan Gian
112 112. pertama kali pergi bersama
113 113. Yang menggunung di hati Indri
114 114. Maaf sebab terlahir lebih muda.
115 115. Gian: satu hal lagi
116 116. Lamarkan dia untukku, Ayah..
117 117. Sesal Alisya
118 118. Lamaran
119 119. Fiki: Dilamar siapa?
120 120. Apa salahnya sama berondong?
121 121. Marriage Syndrome?
122 122. Dua malam singkat bersama keluarga
123 123. Akmal; Berdua lebih baik
124 124
125 125. Nasib hati Akbar
126 126. Ingin segera bersama
127 127. saran Akmal?
128 128
129 129. Tentang perbedaan umur?
130 130. Aku kamu
131 131. Bude Maryam
132 132. Usia dan kedewasaan
133 132. Usia dan kedewasaan
134 133.
135 134. Yang terus tumbuh dan berkembang
136 135. pejuang restu?
137 136. pelet Akmal
138 137. menangani ngidamnya Silmi
139 138. the day
140 139. Gugup
141 140. Ijab Qabul
142 141. ijab Qabul part2
143 142. Terlalu dini untuk malam pertama.
144 143. Terlalu dini untuk malam pertama part2
145 144. ciuman pertama?
146 145. Ciuman pertama part 2
147 146. tumbuhnya keraguan
148 147. Tumbuhnya keraguan part2
149 148. Perjalanan halal
150 149. Perjalanan halal part2
151 150. Penerimaan Agnia
152 151. Muncul kembali
153 152. Yang kembali ke permukaan
154 153
155 154. Merekahnya bunga
156 155. Maaf dan Terimakasih
157 156
158 157. Rumah baru untuk rumah tangga baru
159 158. Sakinah
160 15. Mawaddah
161 160. Kebelet punya anak
162 161. Kehidupan baru
163 162. Mual-mual nya ibu hamil?!
164 163. Siapa yang ngidam?
165 164.
166 165. bau-bau masa lalu
167 166. Govin
168 167.
169 168.
170 169. Mau memahami?
171 170. Baby moon?
172 171. Baby moon part 2
173 172. Baby moon part3
174 173. Uluran tangan.
175 174. Bucin?
176 175. Govin lagi!
177 176. Rahasia setelah rahasia
178 177. Apapun selama bersama
179 17i. Apapun selama bersama part2
180 179.
181 180. Salah paham?
182 181. Pengap
183 182. Selepas salah paham
184 183
185 184. Tidak papa, Aku disini
186 185
187 186
188 187. Cemburu?
189 188
190 189
191 190
192 191. Ketakutan Retno
193 192. Rasa kehilangan.
194 193. Seakan awal yang baru
195 194.
196 195. Kehilangan setelah kehilangan.
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202. End--
Episodes

Updated 203 Episodes

1
Prolog; Sudah bersuami?
2
2.
3
3. Anak gadis?
4
4. Gugup atau takut?
5
5. Mencoba untuk setuju
6
6. Seseorang dari masa depan
7
7. Mereka lagi?
8
8.
9
9 Cinta sepihak Akbar
10
Sepuluh
11
Jika harus kembali bertemu
12
Kecewa sebanyak rasa percaya
13
Akbar dan Akmal
14
14
15
Keresahan akbar
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21 Adi dan Alisya ; Masa lalu Agnia
22
22. Anggota badan satu tubuh
23
23
24
24 Romansa orang tua Zain
25
25. Kalimat menyihir Agnia
26
26 Cinta kucing-kucingan
27
26. Luka itu belum sembuh
28
28. Bisa membonceng Agnia?!
29
29: Sesaat sebelum semua kembali ke awal
30
30. Alisya & Adi ; Pemantik masalah?
31
31 Lampu hijau sesungguhnya
32
32 Suka ialah suka, Cinta ialah cinta.
33
33. Jangan jatuh hati
34
34. Tentang jatuh hati.
35
35. Terjebak masa lalu
36
36. Dua romansa?
37
37. Agnia dan Akbar
38
38. Adi & Alisya; Bertemu Raina
39
39. Harus terbiasa!
40
40. Hanya aku yang masih terjebak?
41
41. Ragam bentuk kasih sayang
42
42. Mereka kembali?
43
43. Lamaran kurang ajar
44
44. Semua luka itu, berharga
45
45. Sejenis Akbar saja sudah cukup!?!
46
46. Sudah mau cucu?
47
47. Mau punya cucu juga?
48
48. Calon suami?
49
49. King of bulshit
50
50. Pertanyaan Alisya?
51
51. klise?
52
52. Ketulusan Akmal
53
53. Arti mimpi Akmal?
54
54. Masa lalu Akmal?
55
55. Kisah lama
56
56. si Syawal
57
57
58
58. bertemu Giska
59
59
60
60
61
61. Fiki si pembawa gosip
62
62. Pertanyaan yang sama
63
63. Antara yang disayang dan yang melukai
64
64.
65
65. seseorang istimewa?
66
66. seratus persen
67
67. Cincin pemberian Akmal
68
68. Sama dengan Adi?
69
69. yang lebih rumit dari hilangnya cincin
70
70. Nasihat Agnia
71
71. Sebab kemarahan Akbar
72
72. kemarahan Akmal
73
73. Mencari jalan keluar
74
74. pelipur lara
75
75.
76
76. Dentuman aneh
77
77. Ada kemajuan?
78
78. Belum saatnya
79
79. Janji Akmal
80
80. Gian.
81
81. Wiryo dan anak sulungnya
82
82
83
83. Ada apa dengan Akmal?
84
84.
85
85. Antara Agnia dan Gian
86
86. jangan membuat bingung!!
87
87. Teka-teki cincin itu
88
88. Dendam Wildan?
89
89.
90
90. Teka-teki Wildan
91
91. Penyekapan Agnia
92
92. Upaya penyelamatan Agnia
93
94. Misi berhasil?
94
95. Persoalan bubur
95
95
96
96. Rasa bersalah Gian
97
97. Romance tipis-tipis?
98
98. Apa aku benar-benar bahagia?
99
99. Pulang?
100
100.
101
101
102
102. syukuran?
103
103. pengajian?
104
104. Pengumuman mengejutkan?
105
105
106
106. dia tidak istimewa
107
107. Gian: Adik
108
108. Kakaknya Agnia
109
109
110
110. Gian suka Agnia?
111
111. Akhir pengharapan Gian
112
112. pertama kali pergi bersama
113
113. Yang menggunung di hati Indri
114
114. Maaf sebab terlahir lebih muda.
115
115. Gian: satu hal lagi
116
116. Lamarkan dia untukku, Ayah..
117
117. Sesal Alisya
118
118. Lamaran
119
119. Fiki: Dilamar siapa?
120
120. Apa salahnya sama berondong?
121
121. Marriage Syndrome?
122
122. Dua malam singkat bersama keluarga
123
123. Akmal; Berdua lebih baik
124
124
125
125. Nasib hati Akbar
126
126. Ingin segera bersama
127
127. saran Akmal?
128
128
129
129. Tentang perbedaan umur?
130
130. Aku kamu
131
131. Bude Maryam
132
132. Usia dan kedewasaan
133
132. Usia dan kedewasaan
134
133.
135
134. Yang terus tumbuh dan berkembang
136
135. pejuang restu?
137
136. pelet Akmal
138
137. menangani ngidamnya Silmi
139
138. the day
140
139. Gugup
141
140. Ijab Qabul
142
141. ijab Qabul part2
143
142. Terlalu dini untuk malam pertama.
144
143. Terlalu dini untuk malam pertama part2
145
144. ciuman pertama?
146
145. Ciuman pertama part 2
147
146. tumbuhnya keraguan
148
147. Tumbuhnya keraguan part2
149
148. Perjalanan halal
150
149. Perjalanan halal part2
151
150. Penerimaan Agnia
152
151. Muncul kembali
153
152. Yang kembali ke permukaan
154
153
155
154. Merekahnya bunga
156
155. Maaf dan Terimakasih
157
156
158
157. Rumah baru untuk rumah tangga baru
159
158. Sakinah
160
15. Mawaddah
161
160. Kebelet punya anak
162
161. Kehidupan baru
163
162. Mual-mual nya ibu hamil?!
164
163. Siapa yang ngidam?
165
164.
166
165. bau-bau masa lalu
167
166. Govin
168
167.
169
168.
170
169. Mau memahami?
171
170. Baby moon?
172
171. Baby moon part 2
173
172. Baby moon part3
174
173. Uluran tangan.
175
174. Bucin?
176
175. Govin lagi!
177
176. Rahasia setelah rahasia
178
177. Apapun selama bersama
179
17i. Apapun selama bersama part2
180
179.
181
180. Salah paham?
182
181. Pengap
183
182. Selepas salah paham
184
183
185
184. Tidak papa, Aku disini
186
185
187
186
188
187. Cemburu?
189
188
190
189
191
190
192
191. Ketakutan Retno
193
192. Rasa kehilangan.
194
193. Seakan awal yang baru
195
194.
196
195. Kehilangan setelah kehilangan.
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202. End--

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!