5. Mencoba untuk setuju

...Rasa sakit adalah bagian terbesar di hidup kita....

...Sepanjang kamu membuka mata,...

...Rasa sakit senantiasa berdiri kokoh....

...Tapi diri selalu punya pilihan....

...Menjadi bahagia diatas segala luka...

...Menjadi tenang diatas segala gundah...

...Atau berkubang dalam resah....

...♡♡♡...

Agnia baru tiba dirumahnya, selepas mengajar ngaji dari mesjid. Ia pulang setelah shalat berjamaah isya seperti biasanya. Ini adalah rutinitas, menemani Anak anak tetangga yang menjadi muridnya.

Langkah yang sebelumnya ia tujukan ke kamar urung, saat dilihatnya Akbar duduk di sopa menghadap televisi dengan tatapan lurus ke layar ponsel di tangan.

Pemandangan itu membuat Agnia menggeleng takjub. Spontan menarik langkahnya menuju Akbar yang posisinya memunggungi arah pintu masuk.

Agnia mencebik, menilik apa yang sedang dibaca Akbar. "Menjadi generasi tak takut rugi." ujar Agnia, sungguhan membaca dengan keras apa yang terdapat di layar ponsel Akbar.

Akbar spontan menarik jauh ponselnya dari jangkauan mata Agnia, sebelum kemudian menatap tajam kakaknya itu. Baru tau dirinya, jika Agnia berada di belakangnya.

Senyuman lebar tanpa dosa ditunjukan Agnia, menanggapi tatapan delikan sang adik. Langkahnya kini ia arahkan menuju sopa sama yang diduduki Akbar, mengambil tempat di sebelah adiknya. matanya tertuju pada remot diatas meja, mengabaikan Akbar yang masih mencebik ke arahnya.

"Tv nontonin kamu inimah!" ujarnya Agnia seraya meraih remot dan menekan tombol off. "Ini baru bener."

"Iseng banget!" protes Akbar, menatap malas pada Agnia. Dan dalam hitungan detik, kembali memantau layar ponselnya. Membuat alis Agnia terangkat karena itu.

Selera nakal Akbar saat ini tampaknya hilang, Biasanya Akbar akan mendebat tidak jelas dengan humornya. Tapi kali ini, sorot matanya juga layu. persis dengan tanaman yang tak disirami berhari hari.

Sejenak Agnia berpikir selagi alisnya bertaut, menatap Akbar. "Akbar.." panggilnya, yang dibalas deheman malas.

"Mbak punya cara ampuh." ujar Agnia.

"Cara apa?" tanya Akbar, lebih malas dari sebelumnya. Tanpa menatap kearah yang bertanya.

"Supaya Asma tertarik sama kamu."

Akbar spontan mengangkat pandangan matanya. Tatapan bingung ia tunjukan. tiba tiba kakak perempuan satu satunya ini membahas Asma, kenapa?

"I know. Mbak tadi liat poster itu Hp kamu." jelas Agnia, menjawab tatapan tanya Akbar. Dengan wajah bangganya menjelaskan, seakan berusaha menyombongkan jika ia memiliki mata tajam bak elang, bisa melihat gambar detail dalam waktu singkat. Itu poster kajian yang beberapa hari lagi diadakan.

"Mc nya Asma, dan pematerinya mbak. Gak mungkinkan kamu liatin foto mbak, pasti Asma. dia yang buat kamu tertarik." tebak Agnia dengan percaya diri

Helaan napas berat yang bahkan lebih berat dari semua helaan napas andalan Akbar ketika akan curhat keluar, kini bocah itu menoleh Agnia lama. "Percuma, dia sukanya sama orang lain."

Agnia mencebik, benar ternyata tebakannya. Asma yang memang dirisaukan adiknya.

"Apa pentingnya rasa suka, kalo dia jodoh kamu ya akhirnya luluh juga." giliran Agnia yang kini menghela napas, menjeda ucapannya. "Kalo dia layak di perjuangkan ya perjuangkan! Gak usah nyerah sebelum berjuang.. itu pengecut."

Sepenuhnya Akbar setuju. Hanya saja banyak tapi yang terlintas di kepalanya. "Entahlah." Pada akhirnya hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Agnia mengendikkan bahunya, sudah mengatakan apa yang seharusnya ia katakan. Sisanya terserah Akbar untuk bersikap. "Harusnya kamu gak pesimis, kecuali.. kalo cowok yang dia suka juga suka sama dia." tandas Agnia seraya bangkit, beranjak menuju kamarnya.

Agnia tak sempat melihat reaksi Akbar yang seakan mendapat angin segar, Sumringah sekali. Kini bocah itu merasa lebih baik.

"Iya juga, ya.."

Saat itu Khopipah yang masih bermukena keluar dari kamarnya, berniat ke kamar Agnia. berhenti sejenak ketika melihat Akbar. "De, mbakmu udah pulang?"

Akbar menoleh. "Baru aja, Bu." jawabnya riang. "Baru aja masuk kamar."

Khopipah mengangguk, meneruskan langkah menuju kamar Agnia. Abai melihat wajah ceria anak bungsunya.

...

Tok..tok..tok..

"Agnia.."

Agnia menghentikan sejenak tangannya dari laptop, mengenali suara dibalik pintu kamarnya. "Masuk, Bu!"

Ceklek

"Sedang sibuk kah?" tanya Khopipah, beranjak duduk di bibir ranjang empuk milik Agnia.

"Sebentar, Bu." ucap Agnia, segera menyimpan draft tulisannya terlebih dulu, Baru kemudian membalikan tubuhnya ke arah sang ibu.

"Gimana, Bu?" tanya Agnia dengan perhatian penuh. Siap mendengarkan. "Ada apa?"

"Kamu sedang sibuk?" ulang Khopipah.

Agnia langsung menggeleng. "Enggak. Cuma lanjutin tulisan aja. Kenapa emangnya, Bu. Ada yang penting?" Agnia jadi curiga, jika ibunya sudah berbelit seperti ini.

Khopipah ragu ragu membuka mulutnya. "Ibu sama bapak kepikiran, Cah ayu!" tuturnya kemudian. kini menjeda.

Di situasi ini Agnia sebenarnya sudah tau apa yang akan dibahas saat ini, tak kan meleset. Bocoran dari Akbar seakan peringatan baginya. Saat ini, Agnia ingin tahu akan dengan cara apa ibunya membujuk.

Dan demi melihat ibunya ragu-ragu, Agnia tersenyum. Pada akhirnya pertanyaan yang kali ini akan dilontarkan ibunya memang harus terjawab. Dan ia harus siap, dengan jawaban apapun itu.

"Kepikiran apa, Bu?" tanya Agnia tenang.

"Untuk cariin kamu suami." tandas Khopipah yang langsung menilik reaksi anak gadis satu satunya ini.

Tak ada jawaban dari Agnia, menyisakan lenggang beberapa saat. pandangannya langsung beralih ke lantai. Masih ada perasaan tak menyenangkan di hati Agnia kala mendengar pertanyaan semacam itu.

"Ibu sama bapak pengen cepet cepet liat kamu nikah."

Helaan napas keluar dari mulut Agnia, dengan susah payah menatap mata ibunya. "Aku masih gak yakin, Bu."

"Ibu ngerti." sepenuhnya Khopipah memahami perasaan anaknya ini, apa yang terjadi tiga tahun lalu tidak mudah jika dialami siapapun. Bahkan seluruh keluarga terluka akan itu, termasuk dirinya. Hanya saja...

"Tapi sampai kapan?"

Agnia menggeleng samar, entahlah sampai kapan. Sejak hari dirinya patah hati, ia tak pernah memikirkan bagaimana masa depannya nanti.

Dan hari ini, saat ia sudah sangat menutup dirinya dari laki-laki.. pertanyaan lain muncul, bagaimana ia membiasakan dirinya pada suatu hubungan saat ia bahkan sudah terbiasa sendiri.

"Sampai kapan kamu menghukum diri kamu karena kesalahan orang lain?" Khopipah bertanya lembut, setelah Agnia lama menunduk tak berucap apapun.

Dalam hati Agnia menyadari itu, bukan hanya dirinya tapi ia juga telah menghukum seluruh keluarganya atas kesalahan yang tidak mereka lakukan. Ia sangat sadar akan itu. Tapi..

"Al.."

"Bu!" Agnia segera memotong ucapan sang ibu, menatap ibunya dengan penuh harap, menggeleng. Tak ingin mendengar apa yang seterusnya akan dikatakan. Seakan kalimat selanjutnya akan sangat menyakitkan.

Helaan napas Agnia kembali terdengar, kali ini helaan gusar. tak mau mendengar kelanjutan kalimat ibunya yang sudah bisa ia ditebak, akan menyesakkan.

Setelah sempat ragu berbicara, Agnia kini menelan salivanya susah payah. mendongak dengan bibirnya yang terlihat bergetar.

Agnia menatap mata Khopipah yang penuh harap itu, kembali menghela napas dalam untuk kemudian berucap pelan. "Okay, Bu. Aku setuju. aku setuju dengan siapapun yang mau ibu kenalkan."

Demi mendengar apa yang sejak lama ia harapkan, Khopipah membulatkan matanya. antara senang dan terkejut "Coba ulang lagi." pintanya.

Khopipah seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar, meski memang menginginkan jawaban itu.

Bahkan sebelum masuk dan bertanya pada Agnia, Khopipah sudah bersiap dengan penolakan Agnia.

Namun kali ini justru sebaliknya, Agnia setuju?

"Aku gak mau ngulang." cicit Agnia, wajahnya masam. Kontras dengan tatapan lembut dan pengertiannya tadi.

Khopipah tersenyum haru, tak perlu jawaban ulang dari Agnia, kini Khopipah langsung menghambur memeluk Anak gadinya. Mencium puncak kepala Agnia lama.

"Ibu jamin, kali ini pria yang ibu carikan pasti sesuai dengan harapan kamu."

"Harapan? sejak kapan aku punya harapan tentang pasangan?"

Khopipah menghela. "Begini, ibu akan carikan seseorang yang cocok buat kamu."

"Terserah.. tapi satu hal.. aku gak mau kenalan sama dia."

"Hah?!" Khopipah menatap bingung, mematung sesaat.

"Kali ini ibu yang harus pilihkan." jelas Agnia. "Aku gak perlu kenal sama dia.. sebab pilihan aku sebelumnya ternyata kesalahan besar, jadi kali ini terserah ibu. Selama ibu sama ayah setuju, aku coba setuju."

...

Tak terbilang buncahan bahagia di hati Khopipah. Senyumnya tak hilang saat menceritakan obrolannya bersama Agnia pada sang suami. Tak satupun kata yang kurang, persis apa yang ia katakan dan dengar dari Agnia.

"Alhamdulillah, Bu." seperti biasa Fauzan menjawab santai tak seperti istrinya yang tak bisa menyembunyikan kebahagiaan.

"Tapi, memangnya siapa yang mau ibu kenalkan sama Agnia?"

"Yang waktu itu ibu bahas di meja makan, Yah."

Fauzan mengernyit, mengingat. "Tapi ibu bilang dia mahasiswa, apa ibu yakin?"

"Memangnya kenapa kalo dia mahasiswa, Yah?"

Fauzan menggeleng. "Entahlah, apa jangan jangan dia lebih muda dari Agnia?"

Khopipah sejenak diam. Ia baru terpikirkan, belum sempat memberitahu suami dan belum meminta persetujuan Agnia. Akmal memang lebih muda dari Agnia.

Tapi tak lama mengendik samar, apa pentingnya? tak seorang pun akan sadar perbedaan itu ketika melihat Akmal dan Agnia bersama. "Usia gak jadi masalah, Yah. Kita coba deketin mereka dulu, Ya?"

Fauzan tak bisa menolak,hanya bisa mengangguk meski dalam hati sedikit khawatir. Tentang apakah Agnia setuju, juga tentang apakah pria itu mau?

...Menikah bukan kompromi, namun lebih rumit dari bisnis. Menyatukan dua kepala yang saling mengenal saja sulit. Apalagi menyatukan dua kepala yang baru saja bertemu....

Tapi Allah maha baik, semua tak sadar akan jalan seperti apa yang akan dihadapi Agnia. Kisah baru akan dimulai, kisah yang mungkin saja mengobati tiga tahun kesakitan yang menghantui Agnia.

Manusia hidup bersama pilihan. Dan Agnia yang sebelumnya memilih jalan terjal dengan tidak memaafkan dirinya sendiri kini mencoba memilih jalan lain. Jalan lain yang tampak menyakitkan untuk dijalani namun sebenarnya terbaik.

Agnia kini telah berada pada langkah awal. Memilih melanjutkan hidup dibanding berkubang dalam rasa sakit yang tidak akan ada habisnya.

Rasa sakit itu, biar ia kubur jauh jauh. Biar bangkainya tak tercium. Meski kenangannya akan selalu ada.

23 Juli 2022

Episodes
1 Prolog; Sudah bersuami?
2 2.
3 3. Anak gadis?
4 4. Gugup atau takut?
5 5. Mencoba untuk setuju
6 6. Seseorang dari masa depan
7 7. Mereka lagi?
8 8.
9 9 Cinta sepihak Akbar
10 Sepuluh
11 Jika harus kembali bertemu
12 Kecewa sebanyak rasa percaya
13 Akbar dan Akmal
14 14
15 Keresahan akbar
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21 Adi dan Alisya ; Masa lalu Agnia
22 22. Anggota badan satu tubuh
23 23
24 24 Romansa orang tua Zain
25 25. Kalimat menyihir Agnia
26 26 Cinta kucing-kucingan
27 26. Luka itu belum sembuh
28 28. Bisa membonceng Agnia?!
29 29: Sesaat sebelum semua kembali ke awal
30 30. Alisya & Adi ; Pemantik masalah?
31 31 Lampu hijau sesungguhnya
32 32 Suka ialah suka, Cinta ialah cinta.
33 33. Jangan jatuh hati
34 34. Tentang jatuh hati.
35 35. Terjebak masa lalu
36 36. Dua romansa?
37 37. Agnia dan Akbar
38 38. Adi & Alisya; Bertemu Raina
39 39. Harus terbiasa!
40 40. Hanya aku yang masih terjebak?
41 41. Ragam bentuk kasih sayang
42 42. Mereka kembali?
43 43. Lamaran kurang ajar
44 44. Semua luka itu, berharga
45 45. Sejenis Akbar saja sudah cukup!?!
46 46. Sudah mau cucu?
47 47. Mau punya cucu juga?
48 48. Calon suami?
49 49. King of bulshit
50 50. Pertanyaan Alisya?
51 51. klise?
52 52. Ketulusan Akmal
53 53. Arti mimpi Akmal?
54 54. Masa lalu Akmal?
55 55. Kisah lama
56 56. si Syawal
57 57
58 58. bertemu Giska
59 59
60 60
61 61. Fiki si pembawa gosip
62 62. Pertanyaan yang sama
63 63. Antara yang disayang dan yang melukai
64 64.
65 65. seseorang istimewa?
66 66. seratus persen
67 67. Cincin pemberian Akmal
68 68. Sama dengan Adi?
69 69. yang lebih rumit dari hilangnya cincin
70 70. Nasihat Agnia
71 71. Sebab kemarahan Akbar
72 72. kemarahan Akmal
73 73. Mencari jalan keluar
74 74. pelipur lara
75 75.
76 76. Dentuman aneh
77 77. Ada kemajuan?
78 78. Belum saatnya
79 79. Janji Akmal
80 80. Gian.
81 81. Wiryo dan anak sulungnya
82 82
83 83. Ada apa dengan Akmal?
84 84.
85 85. Antara Agnia dan Gian
86 86. jangan membuat bingung!!
87 87. Teka-teki cincin itu
88 88. Dendam Wildan?
89 89.
90 90. Teka-teki Wildan
91 91. Penyekapan Agnia
92 92. Upaya penyelamatan Agnia
93 94. Misi berhasil?
94 95. Persoalan bubur
95 95
96 96. Rasa bersalah Gian
97 97. Romance tipis-tipis?
98 98. Apa aku benar-benar bahagia?
99 99. Pulang?
100 100.
101 101
102 102. syukuran?
103 103. pengajian?
104 104. Pengumuman mengejutkan?
105 105
106 106. dia tidak istimewa
107 107. Gian: Adik
108 108. Kakaknya Agnia
109 109
110 110. Gian suka Agnia?
111 111. Akhir pengharapan Gian
112 112. pertama kali pergi bersama
113 113. Yang menggunung di hati Indri
114 114. Maaf sebab terlahir lebih muda.
115 115. Gian: satu hal lagi
116 116. Lamarkan dia untukku, Ayah..
117 117. Sesal Alisya
118 118. Lamaran
119 119. Fiki: Dilamar siapa?
120 120. Apa salahnya sama berondong?
121 121. Marriage Syndrome?
122 122. Dua malam singkat bersama keluarga
123 123. Akmal; Berdua lebih baik
124 124
125 125. Nasib hati Akbar
126 126. Ingin segera bersama
127 127. saran Akmal?
128 128
129 129. Tentang perbedaan umur?
130 130. Aku kamu
131 131. Bude Maryam
132 132. Usia dan kedewasaan
133 132. Usia dan kedewasaan
134 133.
135 134. Yang terus tumbuh dan berkembang
136 135. pejuang restu?
137 136. pelet Akmal
138 137. menangani ngidamnya Silmi
139 138. the day
140 139. Gugup
141 140. Ijab Qabul
142 141. ijab Qabul part2
143 142. Terlalu dini untuk malam pertama.
144 143. Terlalu dini untuk malam pertama part2
145 144. ciuman pertama?
146 145. Ciuman pertama part 2
147 146. tumbuhnya keraguan
148 147. Tumbuhnya keraguan part2
149 148. Perjalanan halal
150 149. Perjalanan halal part2
151 150. Penerimaan Agnia
152 151. Muncul kembali
153 152. Yang kembali ke permukaan
154 153
155 154. Merekahnya bunga
156 155. Maaf dan Terimakasih
157 156
158 157. Rumah baru untuk rumah tangga baru
159 158. Sakinah
160 15. Mawaddah
161 160. Kebelet punya anak
162 161. Kehidupan baru
163 162. Mual-mual nya ibu hamil?!
164 163. Siapa yang ngidam?
165 164.
166 165. bau-bau masa lalu
167 166. Govin
168 167.
169 168.
170 169. Mau memahami?
171 170. Baby moon?
172 171. Baby moon part 2
173 172. Baby moon part3
174 173. Uluran tangan.
175 174. Bucin?
176 175. Govin lagi!
177 176. Rahasia setelah rahasia
178 177. Apapun selama bersama
179 17i. Apapun selama bersama part2
180 179.
181 180. Salah paham?
182 181. Pengap
183 182. Selepas salah paham
184 183
185 184. Tidak papa, Aku disini
186 185
187 186
188 187. Cemburu?
189 188
190 189
191 190
192 191. Ketakutan Retno
193 192. Rasa kehilangan.
194 193. Seakan awal yang baru
195 194.
196 195. Kehilangan setelah kehilangan.
197 196
198 197
199 198
200 199
201 200
202 201
203 202. End--
Episodes

Updated 203 Episodes

1
Prolog; Sudah bersuami?
2
2.
3
3. Anak gadis?
4
4. Gugup atau takut?
5
5. Mencoba untuk setuju
6
6. Seseorang dari masa depan
7
7. Mereka lagi?
8
8.
9
9 Cinta sepihak Akbar
10
Sepuluh
11
Jika harus kembali bertemu
12
Kecewa sebanyak rasa percaya
13
Akbar dan Akmal
14
14
15
Keresahan akbar
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21 Adi dan Alisya ; Masa lalu Agnia
22
22. Anggota badan satu tubuh
23
23
24
24 Romansa orang tua Zain
25
25. Kalimat menyihir Agnia
26
26 Cinta kucing-kucingan
27
26. Luka itu belum sembuh
28
28. Bisa membonceng Agnia?!
29
29: Sesaat sebelum semua kembali ke awal
30
30. Alisya & Adi ; Pemantik masalah?
31
31 Lampu hijau sesungguhnya
32
32 Suka ialah suka, Cinta ialah cinta.
33
33. Jangan jatuh hati
34
34. Tentang jatuh hati.
35
35. Terjebak masa lalu
36
36. Dua romansa?
37
37. Agnia dan Akbar
38
38. Adi & Alisya; Bertemu Raina
39
39. Harus terbiasa!
40
40. Hanya aku yang masih terjebak?
41
41. Ragam bentuk kasih sayang
42
42. Mereka kembali?
43
43. Lamaran kurang ajar
44
44. Semua luka itu, berharga
45
45. Sejenis Akbar saja sudah cukup!?!
46
46. Sudah mau cucu?
47
47. Mau punya cucu juga?
48
48. Calon suami?
49
49. King of bulshit
50
50. Pertanyaan Alisya?
51
51. klise?
52
52. Ketulusan Akmal
53
53. Arti mimpi Akmal?
54
54. Masa lalu Akmal?
55
55. Kisah lama
56
56. si Syawal
57
57
58
58. bertemu Giska
59
59
60
60
61
61. Fiki si pembawa gosip
62
62. Pertanyaan yang sama
63
63. Antara yang disayang dan yang melukai
64
64.
65
65. seseorang istimewa?
66
66. seratus persen
67
67. Cincin pemberian Akmal
68
68. Sama dengan Adi?
69
69. yang lebih rumit dari hilangnya cincin
70
70. Nasihat Agnia
71
71. Sebab kemarahan Akbar
72
72. kemarahan Akmal
73
73. Mencari jalan keluar
74
74. pelipur lara
75
75.
76
76. Dentuman aneh
77
77. Ada kemajuan?
78
78. Belum saatnya
79
79. Janji Akmal
80
80. Gian.
81
81. Wiryo dan anak sulungnya
82
82
83
83. Ada apa dengan Akmal?
84
84.
85
85. Antara Agnia dan Gian
86
86. jangan membuat bingung!!
87
87. Teka-teki cincin itu
88
88. Dendam Wildan?
89
89.
90
90. Teka-teki Wildan
91
91. Penyekapan Agnia
92
92. Upaya penyelamatan Agnia
93
94. Misi berhasil?
94
95. Persoalan bubur
95
95
96
96. Rasa bersalah Gian
97
97. Romance tipis-tipis?
98
98. Apa aku benar-benar bahagia?
99
99. Pulang?
100
100.
101
101
102
102. syukuran?
103
103. pengajian?
104
104. Pengumuman mengejutkan?
105
105
106
106. dia tidak istimewa
107
107. Gian: Adik
108
108. Kakaknya Agnia
109
109
110
110. Gian suka Agnia?
111
111. Akhir pengharapan Gian
112
112. pertama kali pergi bersama
113
113. Yang menggunung di hati Indri
114
114. Maaf sebab terlahir lebih muda.
115
115. Gian: satu hal lagi
116
116. Lamarkan dia untukku, Ayah..
117
117. Sesal Alisya
118
118. Lamaran
119
119. Fiki: Dilamar siapa?
120
120. Apa salahnya sama berondong?
121
121. Marriage Syndrome?
122
122. Dua malam singkat bersama keluarga
123
123. Akmal; Berdua lebih baik
124
124
125
125. Nasib hati Akbar
126
126. Ingin segera bersama
127
127. saran Akmal?
128
128
129
129. Tentang perbedaan umur?
130
130. Aku kamu
131
131. Bude Maryam
132
132. Usia dan kedewasaan
133
132. Usia dan kedewasaan
134
133.
135
134. Yang terus tumbuh dan berkembang
136
135. pejuang restu?
137
136. pelet Akmal
138
137. menangani ngidamnya Silmi
139
138. the day
140
139. Gugup
141
140. Ijab Qabul
142
141. ijab Qabul part2
143
142. Terlalu dini untuk malam pertama.
144
143. Terlalu dini untuk malam pertama part2
145
144. ciuman pertama?
146
145. Ciuman pertama part 2
147
146. tumbuhnya keraguan
148
147. Tumbuhnya keraguan part2
149
148. Perjalanan halal
150
149. Perjalanan halal part2
151
150. Penerimaan Agnia
152
151. Muncul kembali
153
152. Yang kembali ke permukaan
154
153
155
154. Merekahnya bunga
156
155. Maaf dan Terimakasih
157
156
158
157. Rumah baru untuk rumah tangga baru
159
158. Sakinah
160
15. Mawaddah
161
160. Kebelet punya anak
162
161. Kehidupan baru
163
162. Mual-mual nya ibu hamil?!
164
163. Siapa yang ngidam?
165
164.
166
165. bau-bau masa lalu
167
166. Govin
168
167.
169
168.
170
169. Mau memahami?
171
170. Baby moon?
172
171. Baby moon part 2
173
172. Baby moon part3
174
173. Uluran tangan.
175
174. Bucin?
176
175. Govin lagi!
177
176. Rahasia setelah rahasia
178
177. Apapun selama bersama
179
17i. Apapun selama bersama part2
180
179.
181
180. Salah paham?
182
181. Pengap
183
182. Selepas salah paham
184
183
185
184. Tidak papa, Aku disini
186
185
187
186
188
187. Cemburu?
189
188
190
189
191
190
192
191. Ketakutan Retno
193
192. Rasa kehilangan.
194
193. Seakan awal yang baru
195
194.
196
195. Kehilangan setelah kehilangan.
197
196
198
197
199
198
200
199
201
200
202
201
203
202. End--

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!