Bab 12

Entah kenapa, hari itu perasaan Keenan mendadak menjadi tidak nyaman saat membaca akta cerai yang ada di tangannya. Sebelumnya, secara tidak sengaja dia membuka sebuah berkas dan ternyata itu adalah akta cerai yang dikirimkan oleh pihak kantor pengadilan padanya. Keenan menjadi emosional tanpa dia sadari setelah membaca dokumen penting tersebut, lalu meremasnya tanpa ampun.

Tak cukup sampai di sana, Keenan bahkan melembar akta cerainya tersebut ke tempat sampah yang ada di dekatnya.

Keenan meraup wajahnya kasar. Sejak dulu dia selalu ingin terbebas dari pernikahannya dengan Zetta yang amat sangat tak dia inginkan. Karena hal itu juga, selama ini dia selalu memperlakukan Zetta dengan dingin. Tapi saat sekarang semuanya telah terjadi seperti yang dirinya inginkan, Keenan malah tak merasa senang sedikit pun.

Keenan membuang nafas kasar dan berusaha menenangkan suasana hatinya yang kini terasa agak sulit dia pahami. Tak berselang lama, terdengar ponselnya berdering. Nama Jordan Fernandez langsung terlihat di layar ponselnya, ayah dari kekasihnya, Helia.

"Halo." Keenan menyapa calon mertuanya itu.

"Halo, Keenan. Apa kabar? Bagaimana Helia di

sana?" Jordan berbasa-basi.

"Baik, Paman. Kondisi Helia juga sudah semakin baik." Keenan menyahut. Dia yakin, Jordan menghubunginya bukan hanya sekedar untuk bertanya tentang keadaan Helia. Pasti ada hal lain yang ingin dibicarakan lelaki itu padanya.

"Baguslah. Maaf, Paman merepotkanmu dengan membiarkan Helia tinggal di sana. Mau bagaimana lagi, anak itu benar-benar sulit dicegah jika sudah ada keinginan," ujar Jordan berpura-pura tidak enak.

"Tidak apa-apa, Paman. Keluarga saya juga senang karena Helia ada di sini."

"Paman lega mendengarnya. Syukurlah kalau Helia bisa membawa diri dengan baik."

Jordan menjeda kalimatnya sebentar.

"Maaf kalau pertanyaan Paman kurang sopan, tapi Paman dengar, kamu sudah resmi bercerai. Bukan Helia yang bercerita, Paman baca dari berita di internet," ujar Jordan kemudian.

Keenan terdiam sejenak.

"Iya, benar. Saya dan Zetta memang sudah bercerai," sahut Keenan.

"Sekali lagi, Maaf. Bukannya Paman mau ikut campur. Tapi Paman hanya mau menanyakan padamu prihal hubungan kecelakaan yang menimpa Helia enam tahun yang lalu. Paman mendapatkan informasi jika itu berhubungan dengan mantan istrimu. Apa kamu sudah mengetahui hal itu, Keenan?" Suara Jordan terdengar lebih serius daripada sebelumnya.

Keenan sedikit menghela nafasnya.

"Iya, saya sudah tahu," sahut Keenan. Dia tidak mungkin berbohong dengan mengatakan tidak tahu apa-apa. Jordan pasti akan menyadarinya dengan mudah.

"Lalu bagaimana menurutmu?" tanya Jordan lagi. Tentu saja Keenan paham jika maksud pertanyaan itu adalah tindakan apa yang mesti dilakukan terhadap Zetta.

"Saya pastikan jika Zetta tidak akan pernah menyakiti Helia lagi. Saya melindungi Helia dengan sekuat tenaga saya, Paman." Keenan berusaha menyakinkan Jordan jika Zetta tak akan bisa melakukan apapun lagi pada Helia. Dia tidak ingin lelaki itu sampai meyakiti Zetta.

Jordan terdiam sejenak.

"Kamu yakin kalau mantan istrimu itu tidak akan menyakiti Helia lagi?" Jordan lagi. Dia terdengar meragukan kata-kata Keenan sebelumnya.

"Iya. Saya berjanji, tak akan ada yang bisa menyakiti Helia lagi. Paman tidak usah khawatir." Keenan kembali meyakinkan.

Jordan pun akhirnya mengiyakan, meski jelas dari nada bicaranya, sebenarnya dia tidak terlalu yakin dengan apa yang Keenan katakan. Setelah berbasa-basi sejenak, lelaki itu pun mengakhiri panggilannya.

"Gerry," panggil Keenan kemudian pada asistennya.

Sosok yang dipanggil itu pun segera datang ke

hadapan Keenan.

"Ada apa, Tuan?" tanya Gerry pada bosnya itu.

"Awasi Paman Jordan. Laporkan padaku jika dia melakukan sesuatu yang berkaitan dengan Zetta," titah Keenan pada sang asisten.

"Baik, Tuan," sahut Gery.

"Cari tahu juga seperti apa sebenarnya detail kecelakaan yang menimpa Helia enam tahun yang lalu. Apa memang Zetta yang menyebabkan kecelakaan itu, atau bukan," tambah Keenan lagi.

Gery kembali mengiyakan sambil sedikit membungkukkan tubuhnya dengan hormat.

Keenan meletakkan ponselnya dan membuang nafas kasar. Pikirannya saat ini semakin rumit. Meski marah dan kecewa terhadap apa yang dilakukan Zetta pada Helia menurut yang dia percaya, tapi Keenan juga tidak mau jika keluarga Helia melakukan sesuatu yang buruk terhadap Zetta untuk balas dendam. Dia beranggapan jika terjadi sesuatu pada Zetta, maka neneknya akan merasa sedih.

Sementara itu, di tempat lain, Zetta sendiri saat ini baru saja keluar dari sebuah gedung bersama Theo dan Alex. Perempuan itu baru saja mendiskusikan beberapa hal pada kedua temannya tersebut dan mendapatkan masukan yang sangat bagus dari Alex. Dan akhirnya Zetta memutuskan untuk menggunakan cara Alex untuk mengungkap kasus pencurian dana di perusahaan ayahnya dulu.

Zetta juga akan segera menyelesaikan urusan kepemilikan saham terbesar yang saat ini sudah dipegang oleh dirinya. Dia tak akan menyia-nyiakan saham 51% yang diberikan oleh kakeknya dan akan menggunakan itu sebagai landasan yang kuat untuk membongkar semua rencana jahat yang menjerat ayahnya enam tahun yang lalu. Zetta bertekad untuk menemukan kebenaran secara menyeluruh, tanpa ada yang tertinggal sedikit pun serta mencari keadilan untuk ayahnya.

"Kita sudah berbicara dengan serius sejak tadi. Bagaimana kalau berbelanja dulu untuk mengurangi ketegangan supaya tidak stres." Theo tiba-tiba saja memberikan usul.

Zetta sedikit terkekeh mendengar.

"Aku pikir, perempuan saja yang mencegah stres dengan berbelanja," ujarnya.

"Maksudku memang untuk kamu."

"Aku tidak setegang itu sampai harus berbelanja untuk menenangkan diri." Zetta berkilah.

"Mulutmu bilang tidak, tapi muka berkerutmu itu bilang iya," sahut Theo lagi tak mau kalah.

Terang saja Zetta agak membeliak dan langsung melihat pantulan wajahnya melalui layar ponselnya.

"Masa mukaku berkerut, sih?" tanyanya setengah bergumam.

Berganti Theo yang terkekeh. Sejak kecil dulu, sahabatnya ini memang mudah sekali dikerjai.

"Aku cuma bercanda. Tapi kamu memang harus pergi berbelanja pakaian baru. Pemilik saham terbesar sebuah perusahaan besar harus punya penampilan yang mengesankan semua orang," ujar Theo lagi, yang langsung dibenarkan oleh Alex.

Zetta tampak berpikir sejenak. Sepertinya yang dikatakan Theo memang ada benarnya. Selama ini, dia memang jarang sekali berbelanja kebutuhan pribadinya, terutama sesuatu untuk menunjang penampilan. Sekarang memang sudah seharusnya Zetta lebih memperhatikan penampilannya.

Setelah mempertimbangkan selama beberapa saat, Zeta pun akhirnya setuju dengan ide Theo. Sahabat Zetta itu lalu membawa mereka semua ke sebuah toko pakaian brand ternama yang tak diragukan lagi kualitasnya di kalangan pergaulan kelas atas.

Namun sialnya, saat memasuki toko tersebut, Zetta harus bertemu dengan orang yang paling malas untuk dia lihat wajahnya saat ini. Siapa lagi kalau bukan Nyonya Brenda, mantan ibu mertuanya.

Zetta hendak langsung berbalik meninggalkan toko tersebut, namun Nyonya Brenda terlanjur melihatnya. Perempuan paruh baya itu langsung mendekati Zetta dengan raut wajah yang sangat tak enak dilihat.

"Astaga, lihatlah siapa yang ada di hadapanku sekarang, seorang perempuan tak tahu malu yang dulu mengejar-ngejar putraku dan memaksa minta dinikahi." Tanpa basa-basi, Nyonya Brenda langsung mengejek Zetta.

Zetta tak menghiraukan kata-kata mantan ibu mertuanya itu dan meneruskan langkahnya dengan santai.

"Dasar tak punya harga diri. Sudah dinikahi, malah selingkuh. Anakku sudah sangat berbaik hati padamu, tapi kau malah berkhianat dengan tak tahu malunya. Perempuan murahan!" hujat Nyonya Brenda lagi.

Dengan sangat terpaksa Zetta menoleh ke arah mantan ibu mertuanya itu. Sungguh, ibu Keenan ini benar-benar perempuan yang menyebalkan dan sangat tak masuk akal.

"Bukannya menyadari kesalahanmu, sekarang malah berani membawa selingkuhanmu ke tempat ramai seperti ini. Katakan saja sejujurnya, kau ke sini mau membelikan kedua peliharaanmu sesuatu dengan mennggunakan uang anakku, kan?"

Pertanyaan yang dilontarkan Nyonya Brenda sukses membuat mulut Zetta ternganga karena takjub. Dia sungguh salut dengan pemikiran ajaib sang mantan ibu mertua. Entah perempuan paruh baya di hadapannya ini lupa menggunakan otaknya saat berbicara atau memang tak tahu caranya menggunakan otak, yang jelas kata-katanya terdengar sangat ngawur. Benar-benar tak masuk akal.

Terpopuler

Comments

supriana new

supriana new

keluarga aneh,duit,duit dan duit

2023-03-29

0

Paijo 2018

Paijo 2018

serius pengen banget rasanya nyuapin mulut mantan mertuamu itu pake ulekan cabe, Zetta 🙄😤

2023-02-10

0

Bzaa

Bzaa

waduhhhh nyonya Brenda lambey mu ..

2023-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!