Lia menatap datar pada Kelva yang memasang senyum lima jari kearahnya. Bukan senyum itu yang jadi permasalahan, tapi seragam yang dikenakan oleh pemuda itulah yang menjadi masalah. Seragam OSIS dan name tag dengan tulisan Wakil OSIS membuat Lia rasanya ingin mundur saja dari OSIS.
"Aduh jangan masang wajah bahagia gitu dong" ucap Kelva.
"Pssstt Lia itu marah bukan bahagia" bisik Siska kepada Kelva.
"Dia bahagia Sis, liat dia ngeliatin gue nggak pakek kedip" ucap Kelva.
"Loh Lia mau kemana?" tanya Siska melihat Lia berjalan menuju pintu.
"Mau ngasih laporan gue ngundurin diri dari OSIS" ucap Lia.
"Eits nggak boleh" Kelva menahan Lia yang hendak keluar.
"Lo bikin gue eneg" ucap Lia.
"Muka ganteng kayak gini nggak mungkin bikin lo eneg" ucap Kelva sambil memasang wajah sok tampan.
"Minggir, gue mau ngadep bu Erna" ucap Lia menggeser tubuh Kelva.
"Iiiih makin gemesin deh kalau mukanya jutek gitu" Kelva mencubit pipi Lia gemas.
Krauk
"Au Sakit" Kelva menjauhakan tangannya dari Lia saat satu gigitan ia dapati di tangan kanannya. Lia mengabaikan ringisan Kelva dan mulai melangkah menuju ke Kantor guru.
"Rasain" Siska mengikuti Lia setelah menertawakan Kelva yang kesakitan. Kelva mengabaikan rasa sakit di tangannya dan mulai menyusul Lia. Oh ayolah, dia sudah berusaha membujuk bu Erna yang merupakan guru pembina OSIS untuk membiarkannya bergabung ke OSIS.
"Permisi bu, saya mau mengajukan protes" Lia segera mendekati bu Erna saat mendapati Wanita itu sedang duduk di kursi kebanggaannya.
"Protes apa nak?" tanya bu Erna.
"Kenapa Ibu mengizinkan si brandalan menjadi wakil OSIS?" tanya Lia.
"Ah? soal itu, ibu rasa kamu perlu wakil buat bantu tugas kamu" ucap Bu Erna dengan senyum di bibirnya.
"Tapi Bu kenapa harus dia?" tanya Lia.
"Oh itu, cuman dia yang mengajukan diri" ucap Bu Erna santai.
"Udah sana, Ibu masih banyak pekerjaan" usir Bu Erna. Lia memasang wajah kesal, dia pastikan hari-hari disekolahnya tidak akan tenang seperti dulu.
"Gimana Lia?" tanya Siska berjalan disamping Lia.
"Dia jadi wakil sekarang" ucap Lia menatap Kelva malas. Matanya melirik ke arah tangan Kelva yang ia gigit, sedikit memerah dan ada bekas cap gigi.
"Obatin tuh tangan pakek salep" ucap Lia ketus, dia melangkah menuju ruang OSIS diikuti Siska. Meninggalkan Kelva yang mematung dengan senyum bahagia.
"Aaaa si jutek khawatir sama gue" Ah sepertinya Kelva menyalah artikan perkataan Lia yang menyuruhnya mengobati bekas gigitan itu.
"Dasar gila" dengus seseorang yang memperhatikan dari balik dinding.
~
Kelva senang bukan main, ia dan Lia mendapat tugas untuk menyiapkan perayaan ulang tahun sekolah. Kenapa dia senang? tentu saja karena ia akan bersama Lia untuk membahas masalah persiapan. Sekarang, para anggota OSIS sedang melakukan rapat menentukan tema untuk acara. Dan tentunya Kelva duduk di samping Lia dengan alasannya kalau dia wakil Osis.
"Untuk kali ini kita akan menggunakan tema Black and White, sesuai artinya hitam dan putih. Kita akan mendekorasi Aula sekolah dengan pernak-pernik berwarna hitam dan putih, kita juga akan mengadakan beberapa pertunjukan di hari pembukaan dan melakukan pesta promnight di hari penutupan acara. Acara akan dilangsungkan selama seminggu, selama acara berlangsung kegiatan belajar mengajar di tiadakan tetapi tetap diabsen" Lia menjelaskan dengan detail.
"Bagi yang tidak masuk tanpa keterangan yang tidak jelas akan di beri sangsi, beberapa lomba olahraga juga kita laksanakan. Nanti saya akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok untuk mengurus persiapan ini. Ada pertanyaan?" tanya Lia. Salah satu anggota OSIS yang merupakan adik kelas Lia mengangkat tangannya. Lia mengangguk sebagai tanda dibolehkan berbicara.
"Bagaimana dengan hadiahnya? dan apa sekolah lain juga di perbolehkan mengikuti lomba?"
"Untuk hadiah, nanti akan diurus oleh pihak sekolah dan acara ini terbuka untuk umum jadi sekolah lain diperbolehkan ikut nanti akan dibuat undangan" jelas Lia.
"Ada lagi?" tanya Lia. Keadaan hening, tidak ada yang ingin bertanya lagi.
"Baiklah, rapat berakhir kalian bisa kembali ke kelas masing-masing nanti tugas kalian akan saya kirim di grup" ucap Lia.
Kelva membantu Lia membersihkan ruang OSIS bekas rapat, mereka hanya berdua karena Siska sedang ada tugas lain.
"Nanti pulang sekolah temenin gue beli perlengkapan dekor" ucap Lia mendorong kursi agar tertata rapi.
"Siap bu Ketos" Kelva menjawab dengan semangat membuat Lia mendengus.
Drrt Drrt
Lia meraih ponselnya di dalam saku rok saat merasakan adanya getaran. Ternyata panggilang masuk dari seseorang, Lia tersenyum kecil dan menerima panggilan itu.
"Kenapa?" tanya Lia masih melanjutkan pekerjaannya
"..."
"Pulang aja duluan, aku masih ada kegiatan" ucap Lia.
"..."
"Iya nggak akan lama kok"
"..."
"Bawel banget sih"
"..."
"Iya iya bye" Lia memutuskan panggilan sepihak, Kelva menatap Lia dalam diam. Siapa yang menelpon gadis itu? kenapa terdengar mereka sangat akrab?.
"udah belom?" tanya Lia. Kelva mengangguk, merekapun keluar dari ruangan OSIS.
"Siapa?" tanya Kelva. Lia menyerngitkan dahinya mendengar pertanyaan ambigu Kelva.
"Tadi yang nelpon?" tanya Kelva.
"Nggak usah kepo" ketus Lia.
"Pacar ya?" tanya Kelva memastikan.
"Kepo" ucap Lia.
"..." Kelva diam, jika benar yang menelpon tadi adalah kekasih Lia apa dia harus menyerah?. Kelva menggeleng dia tidak peduli Lia sudah memiliki pasangan atau belum, selama janur kuning belum melengkung dan masih banyaknya tikungan maka harapan untuknya masih ada itu lah yang ada di pikiran Kelva.
Kelva dan Lia sedang berkeliling membeli beberapa perlengkapan dekorasi seperti balon, pita, origami, kertas karton yang semuanya berwarna hitam dan putih. Sekarang mereka sedang membeli beberapa macam aksesoris sebagi pelengkap.
Kelva memilih beberapa yang menurutnya bagus, matanya menangkap gelang Couple berwarna hitam dengan tulisan Mine. Dia seperti memikirkan sesuatu, tapi hal itu terhenti saat Lia memanggilnya.
"Udah semua, kita pulang" ucap Lia. Kelva mengangguk, ia menyuruh Lia masuk ke mobil terlebih dahulu. Sementara ia memasukkan barang belanjaan ke bagasi mobil.
"Lama" cibir Lia melihat Kelva memasuki mobil.
"Belanjaanya banyak yah lama lah nyusunnya" ucap Kelva mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Nggak ada yang di cari lagi?" tanya Kelva fokus pada jalan yang ia lalui.
"Nggak, langsung pulang aja" ucap Lia.
"Makan dulu yuk, gue laper" ucap Kelva.
"Terserah" ucap Lia.
'Dasar cewek' batin Kelva.
"Lo mau makan apa?" tanya Kelva.
"Terserah"
"Pizza?"
"Dilarang makan Pizza"
"Makanan resto?"
"Bosen"
"Nasi padang?"
"Mending makan dirumah"
"Jadi maunya apa?" tanya Kelva mulai kesal.
"Terserah"
'Untung sayang' batin Kelva.
"Bakso larva" gumam Lia yang masih bisa didengar Kelva. Kelvapun mengarahkan mobilnya menuju tempat biasa ia dan keluarganya makan Bakso Larva yang terkenal pedas. Saat sampai, ia mengajak Lia masuk dan memilih tempat duduk yang dekat dengan kipas angin.
"Mau level berapa?" tanya Kelva.
"Lima" jawab Lia.
"Yakin? itu paling pedes loh" ucap Kelva.
"Kenapa? lo nggak suka pedes? cih cemen" ejek Lia.
"Oh nantangin, oke mbak pesen dua level lima" ucap Kelva kepada pelayan yang mencatat pesanan mereka.
"Minumannya?" tanya pelayan itu.
"Es teh sama air anget masing-masing dua" ucap Lia.
"Yang kalah bakal traktir yang menang selama seminggu" ucap Lia.
"Oke siapa takut"
'Sanggup nggak ya?' batin Kelva. Dia memang suka pedas, tapi hingga level lima? dia hanya pernah makan sampai level empat.
"Oh iya ini buat lo" ucap Kelva memberikan gelang yang ia beli sesaat sesudah menyusun barang di bagasi mobil.
"Kapan lo beli ini?" tanya Lia mengambil gelang dengan tulisan Mine.
"Tadi, ayo pakek liat gue juga punya yang sama" ucap Kelva menunjukkan pergelangan tangan kanannya yang terdapat gelang. Lia mendengua melihat tingkah Kelva, tapi ia tetap memakai gelang itu di tangan kanannya.
"Ini pesanannya"
Kelva dan Lia memotong bulatan daging itu hingga cabai rawit giling di dalamnya meluber keluar. Lia memotong kecil-kecil, dia menatap bulatan daging itu dengan mata berbinar. Tangan kecilnya mengabil sumpit dan mulai memakan hidangan yang menggiurkan itu. Sedangkan Kelva menatap cabai itu dengan Horor, dia ragu untuk memakannya.
"Kenapa nggak makan? takut?" ucap Lia, dia dengan santai menyeruput kuah pedas itu dengan sendok.
"Nggak kok" Kelva mencoba tidak terlihat cemen. Perlahan ia memakan potongan pertama.
'Oke Kel lo pasti bisa' Kelva menyemangati dirinya sendiri.
Setelah beberapa suapan, Kelva mulai merasakan sensasi pedas dari cabai rawit. Keringat mulai membasahi wajahnya, matanya sudah berair menandakan betapa pedasnya makanan itu.
"Pedes gila, gue kalah" bibir Kelva terlihat memerah, dia menyerah karena tidak sanggup. Lia tersenyum senang, itu artinya ia bisa menabung uang jajannya selama seminggu kedepan.
~
"Kelva kok kamu bolak-balik WC terus?" tanya Aisyah khwatir melihat putra sulungnya itu.
"Nggak kenapa-napa Bu cuman lagi sakit perut" ucap Kelva. ia meringis saat merasakan ia perlu ke WC lagi, segera saja ia berlari dan mulai melakukan ritual.
"Bang Kelva kenapa Bu?" tanya Kesya melihata Kakak tercintanya itu.
"Nggak tahu, palingan salah makan" ucap Aisyah.
'Hiks gue kapok' Kelva meringis meratapi nasibnya yang dikerjai oleh Lia.
Sedangkan di rumah Lia, dia sedang bermanja ria dengan sang Bunda di ruang santai dengan ditemani setoples kripik ubi pedas. Ibu dan anak itu sedang menikmati acara drama ala indonesia.
"Ih pasti nanti itu ketabrak mobil atau motor terus dia tobat, Bunda kok seneng banget sih nonton beginian" ucap Lia.
"Ssst diem, lagi seru" ucap Mersa.
"Hanhan pulang" Lia segera berlari menuju pintu dan menubruk sosok tegap dengan pelukan erat.
"Bang Hanhan kok pulang telat? tadi kemana?" tanya Lia menyelidik.
"Ada tugas kelompok" ucap Hanhan mengecup Jidat Lia sayang.
"Bohong, kerja kelompok tapi dapet luka" ucap Lia datar, dia melepas pelukannya. Matanya menatap Hanhan kesal, dia sudah beberapa kali memperingatkan kakaknya itu untuk berhenti tauran.
"..."
"Mau aku laporin ke Bunda?" ancam Lia.
"Jangan" cegah Hanhan. Lia menghela nafas, ia membimbing kakaknya itu menuju kamar. Dengan gesit ia mengambil kotak P3K dan mengobati luka gores Hanhan yang ada di sekitar leher.
"Lain kali jangan ikut tauran lagi" lirih Lia.
"Sssh ia, janji ini yang terakhir" ucap Hanhan sambil meringis merasakan perih saat obat merah mengenai lukanya.
"Kalau boong, Lia bakal ninggalin bang Hanhan selamanya" ucap Lia menekan kapas ke luka Hanhan.
DEG
Hanhan menarik Lia kedalam pelukan hangatnya, dia mengusap punggung adiknya dengan sayang. Pikirannya berkelana, ucapan Lia bukanlah hanya sekedar ancaman. Gadis itu akan benar-benar pergi meninggalkannya.
"Ayo janji" Lirih Lia.
"Iya janji" ucap Hanhan, ia memeluk tubuh mungil itu dengan erat seakan takut kehilangan.
"Bang Hanhan bau" Lia berucap sambil mendusel kepalanya di ketiak Hanhan.
"Kkkh bau tapi kamu masih ndusel kayak anak kucing" Hanhan terkekeh melihat sikap Lia yang berbanding terbalik jika berada di luar rumah. Jika dirumah, Lia layaknya bocah umur lima tahun yang selalu ingin di manja. Sedangkan di luar, layaknya bongkahan es, datar, dan masa bodo dengan keadaan sekitar.
"Miss You" bisik Hanhan.
"Miss You too" jawab Lia.
TBC
Maaf kalo ada typo 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Mira Wahyuni
oh....ternyata kakaknya 😊
2021-07-08
0
Miya Kinabe
pengen punya Abang gitu, kayaknya cuman ada di novel aja
2020-11-27
1
Anis Riska
maaf tor, sedeket deketnya adek kakak masak sampe segitunya ??
2020-11-16
2