Mafia And The Princess Of Wands
"Lea berhati-hatilah, kalau kamu terlalu melongok ke bawah, kamu akan jatuh ke bumi." Kata mamaku memperingatkanku.
"Bumi? Apa itu? Apakah itu suatu tempat?" Tanyaku.
Mama mengangguk, "Tempat yang indah sekaligus menyakitkan." Jawab mama.
Hal itulah yang selalu kuingat sampai sekarang. Usiaku sudah 20 tahun, rasa ingin tahuku semakin lama semakin besar.
"Genevieve, ayo kita kesana. Jujur saja aku bosan disini." Ajakku kepada sahabatku. Aku mempunyai dua orang sahabat, mereka selalu menemaniku kesana dan kemari.
Biasanya kami bermain ke pucuk-pucuk daun, atau pergi ke rumah Nyonya lebah untuk membantunya mengumpulkan madu-madu.
Oh, aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Lea. Lea saja tidak ada kepanjangan, penulis menciptakanku karena dia sudah terlalu pusing membuat cerita konflik rumah tangga yang terlalu serius, sehingga terciptalah aku dan kawan-kawanku ini, Genevieve dan Rose.
Oh, si penulis baru saja membisikiku, katanya nama Genevieve terlalu panjang jadi dia akan menggantinya, tunggulah sebentar dia sedang berpikir.
Tik...tok
Tik...tok
Aha, dia membisikiku lagi namanya tetap Genevieve tapi panggil saja Vivi, aneh sekali bukan? Aku dapat mengerti keanehannya.
Baiklah, kali ini aku akan memperkenalkan diriku, namaku Lea. Aku adalah seorang putri kerajaan Magic Of Wands di atas awan. Biasanya kami punya sayap untuk terbang ke pucuk daun itu, tapi kalau kami tidak mau memakainya tidak apa.
Seperti Tinkerbell tapi kami seukuran manusia bumi. Aku sudah belajar tentang manusia bumi. Kalau kami jatuh ke bumi, kami akan mempunyai kekuatan untuk melindungi diri kami sendiri, tapi sayap kami akan hilang.
Karena aku seorang putri kerajaan, orangtuaku mengharuskanku memakai seorang pengawal, laki-laki tentu saja. Supaya ada konflik di bab berikutnya kan. Dia bernama Rue.
Tempat tinggal kami persis seperti desa Tinkerbell, hanya saja kami besar tidak mini. Kami juga punya bubuk terbang atau bubuk ajaib.
Dan aku sangat penasaran apa saja yang ada di bumi. Jadi, sore ini aku mengajak Vivi dan Rose untuk berjalan lebih dekat ke arah bumi.
"Aku ingin sekali kesana, bagaimana dengan kalian?" Tanyaku sambil melongok penuh harap.
"Aku ikut saja denganmu, Lea." Jawab Vivi.
Rose pun mengangguk, "Tapi, apa kamu tidak takut?" Tanya Rose.
Aku menggeleng, "Hanya saja, kita harus menghilangkan Rue dulu bukan? Dia tidak mungkin mengikuti kita selamanya." Sahutku.
"Apakah kamu akan melompat ke bawah sana, Lea?" Tanya Vivi.
"Tentu saja. Kan tinggal melompat saja, kita pasti akan terjatuh ke bawah tidak mungkin melayang." Aku menjawabnya, "kita diskusikan dulu waktu yang tepat untuk kita melompat ke bawah." Usulku.
Mereka berdua mengangguk. Hari demi hari kami hanya berdiskusi tentang turun ke bumi.
"Apa kamu punya uang? Berdasarkan riset yang aku lakukan, hidup di bumi itu butuh uang." Sahut Rose.
"Benar juga. Kita bisa mencari pekerjaan disana begitu kita sampai." Jawabku santai.
Mereka mengangguk lagi dan menyetujui saranku. Dan akhirnya kami sudah menentukan waktu untuk turun ke bumi. Tapi mereka setuju ikut denganku asal Rue diajak.
Sialnya, mereka memintaku untuk memikirkan cara bagaimana supaya Rue mau ikut dengan kami.
Apa kudorong saja Rue terlebih dahulu? Pikirku.
Atau, kami pura-pura terjatuh dan meminta pertolongannya kan otomatis dia bisa ikut dengan kami?
Baiklah, begitu saja!
Hari yang dinanti pun tiba...
"Aku sampai tidak bisa tidur selama tiga hari." Sahut Vivi.
Aku melihatnya dan mengernyitkan keningku, "Kenapa harus sampai tiga hari tidak tidur?" Tanyaku.
"Aku membayangkan kalau kita tersesat di bumi, Lea. Yang kudengar, bumi itu indah tapi menyakitkan. Kalau disini yang menyakitkan hanyalah ucapan nenek sihir jahat itu." Sabut Vivi lagi.
Nenek sihir jahat itu adalah seorang wanita tua penjaga pintu air terjun, yang konon katanya air terjun itu air terjun ajaib, bisa mendatangkan keuntungan, bahkan cinta abadi namun nenek itu selalu mengoceh tentang banyaknya orang yang datang di siang hari sehingga mengganggu jam tidur siangnya.
Kami sudah tiba di pintu awan, perbatasan antara langit dan bumi.
"Apa yang akan anda lakukan nona Lea? Ini area terlarang." Ucap Rue.
Aku sengaja berjalan di tepiannya supaya aku bisa jatuh dan sengaja mengajak Rue tanpa menimbulkan kecurigaan.
"Aku hanya berjalan disini, tunggu saja disana!" Sahutku.
Aku mengajak Vivi dan Rose berlarian disana, padahal kami sambil mengecek barang bawaan kami.
Aku meminta Vivi mendorongku, dan nantinya dia yang akan berpura-pura meraih tanganku, dan begitu seterusnya sampai ke Rose.
"Vivi, sekarang!" Bisikku.
Vivi mengangguk, dan mendorongku kencang bahkan terlalu kencang, "Vivi, tanganmu!!!" Teriakku, aku terjatuh dan tidak sempat meraih tangan Vivi.
Vivi menyusulku, dan aku sempat mendengar kehebohan di atas sana, "Rue, Lea terjatuh!! Aku akan menangkapnya!" Teriak Rose.
Seperti yang sudah kuperkirakan, Rie ikut terjun bersama kami...
Brukkk
Brukk
"Vivi, tubuhmu berat." Sahutku tertindih tubuh Vivi.
Brukk
Brukk
"Ouch, be...bergeserlah..." Sahutku. Kemudian berdiri setelah mereka bergeser dari tubuhku.
Aku melihat sekelilingku, lalu lalang kendaraan beserta suara bising yang luar biasa. Orang-orang sibuk berjalan dengan sesuatu benda yang menempel di tangan mereka. Ada juga gedung-gedung tinggi yang tingginya hampir menyentuh rumah kami.
"Lea, apa ini bumi?" Tanya Rose.
Rue merapatkan lengannya di lenganku, "Nona Lea, berhati-hatilah." Katanya.
"Sepertinya ini bumi, tapi kok kumuh yah dan sangat berisik?" Jawabku.
Kami saling merapatkan diri, karena ini berbeda sekali dengan tempat tinggal kami.
"Lea, lihatlah bangunan itu. Kenapa kita tadi tidak turun melalui bangunan itu?" Tanya Vivi.
Aku memandang ke arah yang di tunjuk oleh Vivi, "Benar juga, tidak terpikirkan olehku, Vi." Jawabku sambil berbisik.
Kami berjalan berempat, dan nampaknya membuat jalanan besar itu menjadi terlalu sempit sehingga kami memutuskan untuk berjalan berdua-dua.
"Lea, sayapmu dan sayap Rue hilang!" Sahut Rose, meraba-raba punggungku.
"Bagaimana dengan sayap kami?" Tanyanya, berbalik ke belakang dan memintaku untuk memeriksanya.
"Sayap kalian juga hilang! Benar kata mama, ketika sampai di bumi, sayap kita akan menghilang." Jawabku.
Kami kembali berjalan dalam barisan dua saf. Selagi kami berjalan dan melihat-lihat, tiba-tiba saja sebuah mesin roda empat berwarna hitam berhenti di depan kami, dan keluarlah empat hingga lima orang pria berpakaian aneh.
"Kami menemukannya!" Sahut si pria tanpa rambut.
"Segera tangkap!" Kata suara seseorang di dalam kotak kecil.
Kemudia mereka memegangi kami, dan memaksa kami masuk ke dalam mesin beroda itu.
"Hei...hei! Apa ini? Dan siapa kalian?" Tanyaku memberanikan diri.
Teman-temanku ikut di masukan ke dalam mobil bersamaku.
Tak lama sekepulan asap muncul dari atap mesin itu dan membuat kami mengantuk dan tertidur.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Kinara Ratu
mampir disini sambil nunggu Aiden di up
2022-11-25
0
IndraAsya
👣👣👣 Jejak 💪💪💪😘😘😘
2022-11-24
2
Dewi
Siapa tau para mafia itu mengetahui tentang kerajaan mereka makan nya menangkapnya. Hmm penasaran
2022-10-16
0