"Bolehkah aku bertemu dengan teman-temanku? Tadinya aku ke bumi hanya ingin berjalan-jalan dan menetap sementara, dan aku sedang dalam pencarian sepertinya." Sahutku kepada Max.
"Baiklah. Bukakan pintu untuk mereka!" Perintah Max kepada anak buahnya.
"Tapi bos apa tidak berbahaya? Kalau ternyata mereka mata-mata dari lawan bagaimana?" Bisik anak buahnya.
"Aku percaya kepadanya." Jawab Max.
Aku melihat Max, "Terimakasih Max. Semoga kebaikanmu dibalas oleh sang Dewa." Sahutku sambil menangkupkan kedua tanganku di dada.
Max tersenyum. Anak buah Max mengantarku ke ruangan Rue, Vivi dan Rose.
Begitu melewati ruangan tempat aku di sekap, akh sadar bahwa aku belum berganti pakaian. Aku masih memakai pakaian baru yang diberikan oleh Max. Bagaimana ini?
Begitu ruangan Vivi dan Rose terbuka, mereka berdua menyambut gembira kedatanganku, mereka berlari mendekatiku dan memelukku.
"Oh Lea, aku pikir kita akan dihukum gantung. Aku sudah takut sekali." Seru Vivi.
Tak lama Rue ikut bergabung bersama mereka, dan melihat Lea dengan sinis, "Sepertinya ada yang bersenang-senang disini." Katanya.
Rose melepaskan pelukannya, dan memperhatikan Lea dari atas sampai bawah, "Darimana kamu mendapat pakaian baru?" Tanya Rose.
"Ah itu ada ceritanya, bisa kalian baca di bab sebelumnya. Jangan malas untuk membaca!" Tukasku.
"Baiklah! Kami akan kesana dulu. Kami harap kamu jangan kabur dan tetap menunggu kami disini." Seru Rue mencabut tongkat dari dalam tasnya.
"Rue, kamu membawa tongkat? Sejak kapan?" Aku bertanya.
"Dari kemarin-kemarin kan, aku tidak hanya membawa tongkatku, tapi juga tongkat kalian. Semua aku masukkan ke dalam tasku. Tentu saja dengan mantan perluasan." Kata Rue menjelaskan.
Rue kemudian membuat satu gerakan dengan tongkatnya, dan muncullah sebuah novel raksasa di depan mereka, "Bab berapa?" Tanya Rue.
"Bab terakhir tentu saja. Penulis itu belum mengupdate tulisannya lagi, kan." Jawabku.
Tak lama, mereka bertiga melompat ke bab sebelumnya dari cerita ini dan aku menunggu dengan tidak sabar. Setelah kira-kira 3 menit mereka kembali.
"Dia baik sekali kepadamu, Lea. Dan siapa temannya itu yang mirip denganmu?" Tanya Rose.
Aku mengangkat bahuku, "Entahlah. Aku hanya ingin keluar dari sini." Sahutku.
Mereka semua mengangguk, "Apa kita tidak bisa keluar sama sekali?" Tanya Vivi, "membosankan sekali jika haris terus-terusan disini dalam waktu yang panjang." Katanya lagi.
"Bisa. Hanya saja kita tidak diijinkan untuk keluar dari rumah ini." Jawabku, "dan katanya lagi, ada beberapa ruangan yang tidak dapat kita masuki. Aku jadi penasaran." Sambungku lagi.
"Kalau begitu ayo kita keluar." Ajak Rose.
Kami berjalan menyusuri rumah itu. Ruangan demi ruangan kami lewati. Rumah yang aneh, banyak sekali selasar disini. Kami terus berjalan mencari pintu keluar, dan setelah melewati selasar dinding yang panjang muncullah pintu keluar.
"Akhirnya.... udara luar." Kata Rue.
Kami berlari-larian dan memainkan apa saja yang bisa kami mainkan disana. Paling tidak kami mensyukuri kebebasan kami walaupun hanya sekecil ini.
"Andaikan kita keluar dari sini, dimana kita akan tinggal?" Tanya Vivi.
"Kita bisa bekerja mencari uang, dan untuk sementara kita tinggal disini saja sampai menemukan tempat tinggal tetap." Jawabku.
"Ide bagus. Tapi kita bekerja apa? Apa yang bisa kita kerjakan? Selama ini kita dan terutama kamu Lea, kita selalu punya pelayan, dan tentu saja benda ajaib itu. Dan kalau kita bekerja apa yang harus kita lakukan?" Tanya Rose.
Aku berpikir, "Aku akan bertanya kepada Max adakah yang membutuhkan tenaga pekerja untuk kita. Setelah kita bekerja dan mendapatkan uang kita bisa pulang dengan tenang." Sahutku.
"Apa kamu tidak mau menemukan cinta di bumi?" Tanya Vivi.
Aku mengerutkan keningku, "Cinta? Apa itu? Apa itu penting sekali untuk di temukan?"
"Entahlah. Banyak yang sudah pergi ke bumi dan tidak kembali karena mereka menemukan cinta di bumi." Jawab Vivi lagi.
"Oh yah? Mama tidak memberitahuku soal cinta itu. Lagipula aku tidak tertarik dengan cinta. Aku hanya tertarik dengan uang yang katanya bisa membeli apapun..itu hebat sekali jika kita punya uang, kan?" Aku bersemangat memikirkannya walaupun aku tidak tau bagaimana bentuknya uang itu.
Kami terdiam dan memikirkan berbagai macam di kepala kami.
"Nona Lea, aku pikir kamu harus berhati-hati terhadap seseorang yang mirip denganmu itu. Sekarang saja karena kamu mirip dengannya kita di kurung disini." Ucap Rue.
"Tenang saja. Aku berjanji aku akan mengeluarkan kalian secepatnya dari sini." Sahutku.
Aku tidak tega memandang Rue, dia menjadi korban keegoisanku. Hanya karena aku penasaran tentang bumi aku jadi menyeretnya ke dalam suatu masalah.
Hari mulai gelap dan kami kembali masuk ke dalam, namun aku mendengar sesuatu yang berbisik di luar pagar tinggi rumah Max.
"Pssst...."
Aku celingukan mencari sumber suara.
"Psssttt..."
"Kalian masuklah dulu, aku mendengar sesuatu." Sahutku kepada yang lain.
Para penjaga berkacamata hitam sudah menunggu kami untuk segera masuk.
Akhirnya Rue menemaniku di luar dengan alasan mual yang sangat dahsyat akhirnya Rue boleh menemaniku.
Seakan tau bahwa situasi sudah aman, bisikan itu muncul kembali.
"Psssttt...." Bisiknya.
Aku pun mulai bernyanyi dalam hati,
i can hear you but i won't!
Some look for trouble
While others don't
Sudahlah lupakan nanti bab ini akan penuh dengan lirik lagu. Baiklah aku akan fokus kepada bisikan itu. Aku mendekati si pembisik, dari luar pagar.
"Pssstt.. " bisiknya.
Aku membalas bisikannya, "Psssttt....siapa kamu?" Tanyaku.
"Kamu siapa? Kenapa kamu bisa ada disana?" Tanyanya.
"Aku Lea. Bisakah kita dobrak saja pagar sialan ini? Tidak enak sekali berbicara seperti ini!" Sahutku kesal.
Rue sudah mengeluarkan tongkatnya, namun si pembisik itu memberitahukan sebuah rahasia.
"Lihatlah daun anggur yang bergantung itu, ada satu helai yang berbeda, tariklah ke bawah maka kita akan bertemu di dasar rumah ini." Katanya lagi dalam bisikan.
Aku dan Rue mencari daun anggur yang dimaksud tapi semuanya tampak sama. Aku seperti mengerjakan persoalan hidup yang tidak ada ujungnya....hhhh.
Setelah nyaris putus asa, akhirnya aku melihat selembar daun yang tidak bergoyang tertiup angin, aku menariknya tanpa ragu. Dan tiba-tiba...
Bwoossshhh!!
Kami terjatuh ke dasar lubang dengan sangat cepat.
Bruk!!
"Wow...keren sekali." Ucapku.
Dan di depanku aku melihat seorang wanita yang benar-benar mirip denganku.
"A...apa kamu Lea yang dicari itu?" Tanyaku.
Rue memandang kami bergantian dan tidak mempercayai penglihatannya, "Kalian seperti kembar." Katanya.
Wanita itu mengangguk, "Dan siapa kamu?" Tanyanya.
"Aku Lea." Jawabku.
Dia mengulurkan tangannya, "Aku Eleanor." Jawabnya memperkenalkan diri.
Aku memperhatikan wanita itu, kemudian dia berbicara lagi.
"Aku istri Max." Katanya dengan santai.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Dewi
Mungkin Lea berpikir bahwa ketika ia memiliki uang banyak cinta pun bisa dibeli. Lea masih polos
2022-10-26
1
Alvina mayasha
jiaahh..
bacanya sambil nyanyi 😂
2022-07-26
0
stormy
true 😆
2022-07-25
0