My Enemy Is My True Love
Ayra Crysantia adalah seorang wanita muda berusia 23 tahun, ia seorang karyawati perusahaan swasta ternama di ibukota, sudah hampir tiga tahun ini ia bekerja disana. Ia bukan asli penduduk ibukota, ia berasal dari kota kecil yang ingin mengadu nasib dan disini ia menyewa sebuah rumah mungil namun asri.
Posisinya di perusahaan cukup bagus dan atasan sangat menyukai pekerjaannya. Ia dikenal sebagai sosok yang sedikit pendiam dan jarang berkumpul dengan karyawan lain. Namun ia memiliki seorang teman dekat wanita yang sering menjadi tempatnya berbagi, Dini namanya.
Selain satu teman dekat, ia ternyata juga punya satu pesaing yang selalu bersitegang dalam hal apapun. Seorang pria dingin bernama Tristan, apapun
hasil kerjanya selalu di banding-bandingkan dengan nya. Meski di kantor yang sama apalagi satu bagian yang sama, namun keduanya tak pernah akur, sangat jarang sekali bicara kalo tidak perlu benar.
"Ayra, apa pekerjaan yang aku berikan kemarin sudah selesai?" tanya atasannya
"Iya, sudah pak." jawab Ayra cepat
"Baiklah bawa masuk ke ruangan ku." perintah atasannya yang berjalan masuk ruangan dan ia mengikuti di belakangnya
"Ini, pak...mohon di cek lagi, kalo memang ada yang kurang akan saya revisi." kata Ayra menyerahkan sebuah berkas pada atasannya
"Duduklah, ....aku rasa ini sudah bagus, seperti biasa pekerjaan mu selalu bisa diandalkan." ucap atasannya setelah membaca berkas tersebut
"Oh ya Ayra, mulai minggu depan aku akan dipindah ke kantor cabang lain, ada pimpinan baru yang akan menggantikan posisiku." ucap atasannya
"Minggu depan, kok mendadak pak?" tanya Ayra
"Iya memang begitu perintah dari kantor pusat, tetaplah semangat bekerja meski dengan pimpinan yang baru." jelas atasannya
"Apa pimpinan yang baru akan sebaik bapak ?" tanya Ayra penasaran
"Mungkin, aku juga tak bisa memastikan. Nanti kamu kan bisa menilainya sendiri seiring waktu. Yang jelas dia jauh lebih muda daripada aku, lebih ganteng tapi hati-hati dia terkenal playboy, yang aku dengar dia juga seorang duda." jelas atasannya lagi
"Yang saya maksud dalam hal pekerjaan pak, kalo untuk masalah pribadi atau status saya tidak terlalu peduli." ucap Ayra
"Ayra, kalo boleh kasih saran sebaiknya kamu baikan saja sama Tristan, dia itu pria yang baik dan pintar, kalian pasti bisa jadi tim yang hebat." saran atasannya
"Dianya dulu yang sombong nya minta ampun, kayak sok paling pinter." sahut Ayra sewot
"Ayra, dia itu memang wataknya pendiam begitu bukannya sombong, coba kamu lebih mengenalnya dengan baik, pasti kamu akan menyadari bahwa dia pria yang baik, sepertinya juga cocok sama kamu." kata atasannya sambil tersenyum
"Udah lah tolong jangan bahas dia lagi, kalo sudah tidak ada lagi yang harus saya lakukan, saya ijin keluar mau meneruskan buat proposal yang kemarin." ucap Ayra mengalihkan pembicaraan
"Iya, silahkan lanjut bekerja. Oh ya, sekalian panggil Tristan untuk datang kesini, ..." ucap atasannya lagi sambil tetap tersenyum melihat muka jutek karyawannya itu
"Iya." sewot Ayra yang langsung keluar ruangan
"Atasan memanggil mu sekarang." ucap singkat dan ketus Ayra saat menghampiri meja Tristan
"Iya,...ngomongnya nggak bisa lembut dikit ya." sahut Tristan dingin
"Bodo amat." Ayra langsung menuju mejanya
"Bapak , memanggil saya?" tanya Tristan di depan ruangan atasan
"Masuk, duduklah Tristan..." ucap atasan santai
"Apa ada yang harus saya kerjakan, pak?" tanya Tristan setelah duduk
"Nggak ada, kamu selesaikan saja proposal yang kemarin, kalo bisa diskusi lah dengan Ayra agar hasilnya maksimal. " ucap atasannya
"Saya, diskusi sama dia?, nggak mungkin lah pak, bisa-bisa hipertensi saya." sahut Tristan dengan wajah tegang
"Tris, kamu ini dengan Ayra sebenarnya kenapa sih, kok nggak bisa akur. Padahal kalian ini kelihatannya cocok, bisa jadi tim yang hebat. Minggu depan aku di mutasi ke kantor cabang lain, aku harap dengan pimpinan yang baru nanti kamu dan Ayra bisa bekerjasama. " ucap atasannya sambil menggelengkan kepala
"Bapak adalah atasan yang baik, saya tidak yakin apa pimpinan yang baru akan bisa sebaik anda. Kalo untuk Ayra , saya akan berusaha profesional. " balas Tristan datar
" Aku berpesan agar kamu jaga Ayra baik-baik, usahakan kamu baikan dengannya dan menjalin hubungan baik agar lebih mudah mengawasi." saran atasannya membuat Tristan heran
"Maksud bapak, menjaga dan mengawasi bagaimana?" tanya heran Tristan
"Menurut yang aku dengar, pimpinan baru kalian nanti orangnya masih muda, ganteng dan duda apalagi banyak kalangan yang bilang kalo dia playboy. Ayra kan kan masih sangat muda dan cantik, kamu tentu tak rela kan kalo seorang don juan mempermainkan nya." jelas atasannya
"Kalo memang Ayra tertarik padanya ya terserah itu urusan dia, kenapa saya harus menjaganya. " Tristan mengelak
"Aku sudah mengenal baik kalian berdua, aku menganggap kalian seperti anak ku sendiri, tentu aku tak ingin sesuatu yang buruk menimpa kalian. Nanti kamu juga akan mengerti saat sudah mengenal pimpinan baru itu. Apa sedikitpun kamu tak pernah tertarik pada Ayra, aku kerap melihat kalian saling mencuri pandang." ucap atasannya penuh selidik
"Sudahlah pak, jangan dibahas lebih jauh lagi. Saya akan selalu mengingat pesan anda dan berusaha yang terbaik." jawab Tristan datar
"Dasar...benar kata Ayra, kamu ini memang pria dingin, ya sudah kembalilah bekerja." sahut atasannya sambil tersenyum kecil
"Pria dingin, dia bilang begitu..." raut wajah Tristan tampak tak terima
"Sudah-sudah, jangan diambil hati...ingat benci itu bisa berarti benar-benar cinta." senyum atasannya lagi
Tristan keluar dari ruangan sambil bersungut tak jelas, ia sangat tak terima di bilang pria dingin. Saat sampai di mejanya, sejenak ia memandang ke arah Ayra yang sedang serius mengetik dengan laptop nya.
Tak disangka saat sedang melihat ke arah Ayra, tiba-tiba Ayra juga menoleh ke arahnya. Untuk sejenak mereka berdua saling berpandangan, namun hanya untuk beberapa detik kemudian saling memalingkan wajah, mereka pun kembali bekerja.
"Ekhemm,..." Dini berdehem mendekati Ayra
"Apaan, mau minum?" sewot Ayra pada sahabatnya itu
"Apa aku tidak salah lihat barusan, kamu dan Tristan saling menatap, ah so sweet..." oceh Dini menggoda Ayra
"Kamu ini salah minum obat ya, ngomongnya ngaco." sahut Ayra mengalihkan perhatiannya pada laptop
"Idih...wajah kamu merona, ketahuan ya." ucap Dini lagi
"Udah sana kerja lagi, asal aja kalo ngomong, ketahuan emangnya maling." ketus Ayra
"Iya....ada yang mencuri pandang, eh ketahuan...jadinya saling berpandangan." sahut Dini terus menggoda sahabatnya, dan kini malah duduk di depan Ayra
"Malah duduk lagi, awas aja atasan tahu di damprat kamu nanti." sungut Ayra sebel
" Ayra, kalo naksir bilang aja...jangan sampai nyesel nanti diambil orang baru tahu rasa." ucap Dini pelan menatap wajah Ayra
"Dini..." bentak Ayra menatap tajam sahabatnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Noviyanti
salken, mampirlah jika berkenan 🤗🤗
2022-09-04
0
Wahyuni
Ahh ayra jangan gtu dong , Tristan juga
2022-07-31
2