"Oke, kalo memang kalian tidak sedang berbohong....buktikan padaku." tantang Arga yang tak percaya dengan ucapan mereka berdua
"Buktikan apa maksud anda?" tanya Tristan tak mengerti
" Ya buktikan, kalo kalian memang sepasang kekasih yang akan segera menikah. Dalam satu bulan ini, kalo kamu tak menikahi Ayra maka aku akan memecat mu sekaligus otomatis Ayra akan jadi milikku. " jawab Arga dengan wajah memerah menahan marah
"Baik, akan saya buktikan. " sahut Tristan tegas meski batinnya merasa ragu
"Oke kita deal, dan kamu Ayra bersiaplah untuk menjadi milikku. " ucap Arga menatap wajah Tristan kemudian tersenyum genit ke arah Ayra
Tristan dan Ayra kemudian keluar dari ruangan tersebut dan kembali ke meja kerjanya. Namun sesaat Ayra menahan tangan Tristan, ia hendak mengajukan protes atas semua kejadian ini. Mana mungkin ia harus menikah dengan Tristan dalam sebulan ini, bahkan mereka saja tak pernah bisa akur.
"Jangan bicara disini, Arga masih memperhatikan dari dalam." ucap Tristan ketika Ayra menahan tangannya
"Tapi ini,..." Ayra berusaha protes
"Kembalilah bekerja, dan santai saja atau kamu mau Arga mencurigainya. " potong Tristan segera berjalan menuju meja kerjanya
Ayra pun tak dapat memaksanya, ia juga kembali ke tempatnya. Ia benar- benar masih syok dengan kejadian tadi, ia tak mengira Arga akan sebelah itu padanya. Kini ia mulai menyadari makna kata hati-hati yang diucapkan Tristan waktu itu.
Ayra melirik ke arah Tristan yang tampak tenang, seperti tak pernah terjadi sesuatu. Dia tampak serius mengerjakan pekerjaannya, tak seperti dirinya yang sudah tak fokus lagi bekerja. Ia terus kepikiran dengan ucapan Arga tentang tantangannya pada Tristan.
"Kita harus bicara." tulis Ayra mengirim pesan dari ponselnya pada Tristan
Namun Tristan tampak tak membuka ponselnya, dia masih fokus pada pekerjaannya. Ayra menjadi semakin gusar dan tak tenang, saat tak sengaja menoleh ke ruangan Arga, ternyata benar kata Tristan kalo Arga terus mengawasinya.
Meski waktu berjalan terasa sangat lama bagi Ayra, akhirnya jam pulang telah tiba. Ayra segera membereskan pekerjaannya dan ingin segera bersiap untuk pulang. Ia tampak sudah selesai berkemas dan hendak berdiri namun terdengar ponselnya berbunyi, ia meraih dan melihatnya.
"Tentu, malam nanti aku akan ke rumahmu. Apa kau tidak keberatan ?" ternyata balasan pesan dari Tristan yang langsung dibacanya
Setelah membaca Ayra tak langsung membalasnya, ia malah menoleh ke arah meja Tristan. Ternyata saat itu juga Tristan tengah melihat ke arahnya, untuk sejenak mereka saling berpandangan dan kemudian Ayra mengangguk pelan memberi jawaban langsung dari pesan yang dibacanya.
Tristan membalas dengan anggukan juga, sambil sedikit tersenyum namun diacuhkan oleh Ayra yang langsung membuang muka. Tristan mengerti dengan sikap Ayra, ia sadar betul bahwa semua ini sangat sulit apalagi yang ia tahu Ayra begitu membencinya.
"Ayra, kamu mau pulang sekarang nggak, aku nebeng boleh kan?" tanya Dini yang menghampiri Ayra
"Iya, boleh...ayo pulang sekarang. " jawab Ayra bangkit dan berjalan keluar beriringan dengan Dini
"Emang motor kamu kemana?" tanya Ayra saat berjalan menuju parkiran
"Biasa, masuk bengkel. Kemarin habis dipake kebut-kebutan sama adik lelakiku, trus mogok deh." jawab Dini yang nampak kesal
Kedua sahabat itu berlalu dengan berboncengan, Tristan terus memperhatikan sampai keduanya tak terlihat di tikungan. Kemudian ia berjalan menuju motornya, saat hendak menyalakan motor tiba-tiba Arga datang mendekatinya.
"Bersiaplah untuk kalah,...mulailah cari pekerjaan baru dan lihatlah kemesraan ku dan Ayra kemudian, aku sudah mencari tahu tentang kalian berdua. Jangan menangis nantinya, Bro..." ucap Arga penuh dengan kesombongan, membuat hati Tristan panas
Namun Tristan hanya terdiam tak menanggapi ucapan Arga, ia bergegas melajukan motornya meninggalkan Arga yang masih berdiri sambil tersenyum dengan penuh percaya diri. Ia rupanya mendapat informasi jika Ayra dan Tristan saling tidak akur dan sering bersitegang.
###
Malam itu seperti yang sudah direncanakan, Tristan berangkat menuju rumah Ayra. Meski tampak ragu dan bimbang, Tristan memantapkan langkah dan berkendara menuju rumah Ayra. Jarak rumah Ayra tidak terlalu jauh, setelah 30 menit Tristan sampai di depan rumahnya.
Tristan mematikan motor dan berjalan menuju pintu rumah, namun tak sampai mengetuknya pintu itu telah terbuka. Dan Ayra yang memang sudah menantikan kedatangan Tristan, langsung menyuruhnya masuk.
"Duduklah, aku ambilkan minum dulu." ucap Ayra berlalu ke belakang
"Iya,..." singkat Tristan lalu duduk di sofa
"Ini, minumlah...maaf adanya cuma teh." ucap Ayra datang kembali membawa gelas berisi teh, kemudian ikut duduk
Tristan hanya tersenyum kecil dan mengangguk saat disuguhkan segelas teh. Kini keduanya duduk saling terdiam, hanya keheningan yang ada diantara mereka. Tristan bingung harus mulai dari mana, sementara jantungnya terasa berdebar karena baru kali ini ia duduk berdua dengannya.
"Maaf." ucap Tristan spontan memecah keheningan
"Aku telah membuat mu dalam masalah seperti ini, aku tak tahu lagi harus berbuat apa saat melihat Arga memaksakan kehendaknya pada mu." lanjut Tristan kemudian
"Jika kamu tak ingin melanjutkan semua ini, aku nggak apa-apa....Aku terima jika harus keluar dari perusahaan, dan mencari kerja di tempat lain." ucap Tristan lagi karena Ayra masih terdiam tak berkata apapun
"Dan membiarkan aku diterkam buaya darat itu." sahut Ayra ketus
Tristan nampak kaget dengan reaksi Ayra, ia menatap wajahnya dan tampak olehnya mata Ayra yang mulai berkaca-kaca. Jantung Tristan semakin cepat berdetak ketika Ayra juga menatap matanya, kemudian ia menundukkan pandangannya.
"Jawablah, apa kau akan membiarkan aku begitu saja diterkam buaya tua itu." ucap Ayra dengan nada keras, merasa sebal karena Tristan tak juga menjawab
"Tentu saja aku tak akan pernah rela, jika kamu dengan lelaki lain apalagi dengan Arga si playboy itu. " sahut Tristan mencoba menatap mata Ayra, namun kembali menunduk
"Maksudmu, ..." Ayra terperangah dengan apa yang ia dengar
Ayra merasakan getaran aneh saat mendengar ucapan Tristan tadi, apalagi saat dia menatapnya sekilas tampak ketulusan di mata pria dingin seterunya itu. Namun ia tak ingin berfikiran terlalu jauh, bayang-bayang senyum genit Arga membuatnya bergidik.
"Weekend ini, ikutlah pulang ke rumahku, lamar aku." ucap Ayra tiba-tiba membuat Tristan yang sedang minum tersedak dan batuk-batuk
"Apa,...Apa kau serius?" tanya Tristan setelah berhenti batuk dan menatap tak percaya
"Terpaksa,...Aku tak mau jatuh ke tangan buaya darat itu, dan aku juga tak ingin kamu kehilangan pekerjaan hanya karena membela ku. Apa kau kira begitu kamu keluar dari perusahaan, maka Arga akan berhenti mengganggu ku. Justru sebaliknya tanpa ada kamu di sana, malah membuat Arga semakin leluasa." jawab Ayra dengan suara bergetar menahan air matanya menetes
"Pikirkan lagi baik-baik, apa kau yakin sedangkan selama ini kau sangat membenci ku." lirih Tristan tak ingin Ayra menyesali keputusannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments