Ayra Crysantia adalah seorang wanita muda berusia 23 tahun, ia seorang karyawati perusahaan swasta ternama di ibukota, sudah hampir tiga tahun ini ia bekerja disana. Ia bukan asli penduduk ibukota, ia berasal dari kota kecil yang ingin mengadu nasib dan disini ia menyewa sebuah rumah mungil namun asri.
Posisinya di perusahaan cukup bagus dan atasan sangat menyukai pekerjaannya. Ia dikenal sebagai sosok yang sedikit pendiam dan jarang berkumpul dengan karyawan lain. Namun ia memiliki seorang teman dekat wanita yang sering menjadi tempatnya berbagi, Dini namanya.
Selain satu teman dekat, ia ternyata juga punya satu pesaing yang selalu bersitegang dalam hal apapun. Seorang pria dingin bernama Tristan, apapun
hasil kerjanya selalu di banding-bandingkan dengan nya. Meski di kantor yang sama apalagi satu bagian yang sama, namun keduanya tak pernah akur, sangat jarang sekali bicara kalo tidak perlu benar.
"Ayra, apa pekerjaan yang aku berikan kemarin sudah selesai?" tanya atasannya
"Iya, sudah pak." jawab Ayra cepat
"Baiklah bawa masuk ke ruangan ku." perintah atasannya yang berjalan masuk ruangan dan ia mengikuti di belakangnya
"Ini, pak...mohon di cek lagi, kalo memang ada yang kurang akan saya revisi." kata Ayra menyerahkan sebuah berkas pada atasannya
"Duduklah, ....aku rasa ini sudah bagus, seperti biasa pekerjaan mu selalu bisa diandalkan." ucap atasannya setelah membaca berkas tersebut
"Oh ya Ayra, mulai minggu depan aku akan dipindah ke kantor cabang lain, ada pimpinan baru yang akan menggantikan posisiku." ucap atasannya
"Minggu depan, kok mendadak pak?" tanya Ayra
"Iya memang begitu perintah dari kantor pusat, tetaplah semangat bekerja meski dengan pimpinan yang baru." jelas atasannya
"Apa pimpinan yang baru akan sebaik bapak ?" tanya Ayra penasaran
"Mungkin, aku juga tak bisa memastikan. Nanti kamu kan bisa menilainya sendiri seiring waktu. Yang jelas dia jauh lebih muda daripada aku, lebih ganteng tapi hati-hati dia terkenal playboy, yang aku dengar dia juga seorang duda." jelas atasannya lagi
"Yang saya maksud dalam hal pekerjaan pak, kalo untuk masalah pribadi atau status saya tidak terlalu peduli." ucap Ayra
"Ayra, kalo boleh kasih saran sebaiknya kamu baikan saja sama Tristan, dia itu pria yang baik dan pintar, kalian pasti bisa jadi tim yang hebat." saran atasannya
"Dianya dulu yang sombong nya minta ampun, kayak sok paling pinter." sahut Ayra sewot
"Ayra, dia itu memang wataknya pendiam begitu bukannya sombong, coba kamu lebih mengenalnya dengan baik, pasti kamu akan menyadari bahwa dia pria yang baik, sepertinya juga cocok sama kamu." kata atasannya sambil tersenyum
"Udah lah tolong jangan bahas dia lagi, kalo sudah tidak ada lagi yang harus saya lakukan, saya ijin keluar mau meneruskan buat proposal yang kemarin." ucap Ayra mengalihkan pembicaraan
"Iya, silahkan lanjut bekerja. Oh ya, sekalian panggil Tristan untuk datang kesini, ..." ucap atasannya lagi sambil tetap tersenyum melihat muka jutek karyawannya itu
"Iya." sewot Ayra yang langsung keluar ruangan
"Atasan memanggil mu sekarang." ucap singkat dan ketus Ayra saat menghampiri meja Tristan
"Iya,...ngomongnya nggak bisa lembut dikit ya." sahut Tristan dingin
"Bodo amat." Ayra langsung menuju mejanya
"Bapak , memanggil saya?" tanya Tristan di depan ruangan atasan
"Masuk, duduklah Tristan..." ucap atasan santai
"Apa ada yang harus saya kerjakan, pak?" tanya Tristan setelah duduk
"Nggak ada, kamu selesaikan saja proposal yang kemarin, kalo bisa diskusi lah dengan Ayra agar hasilnya maksimal. " ucap atasannya
"Saya, diskusi sama dia?, nggak mungkin lah pak, bisa-bisa hipertensi saya." sahut Tristan dengan wajah tegang
"Tris, kamu ini dengan Ayra sebenarnya kenapa sih, kok nggak bisa akur. Padahal kalian ini kelihatannya cocok, bisa jadi tim yang hebat. Minggu depan aku di mutasi ke kantor cabang lain, aku harap dengan pimpinan yang baru nanti kamu dan Ayra bisa bekerjasama. " ucap atasannya sambil menggelengkan kepala
"Bapak adalah atasan yang baik, saya tidak yakin apa pimpinan yang baru akan bisa sebaik anda. Kalo untuk Ayra , saya akan berusaha profesional. " balas Tristan datar
" Aku berpesan agar kamu jaga Ayra baik-baik, usahakan kamu baikan dengannya dan menjalin hubungan baik agar lebih mudah mengawasi." saran atasannya membuat Tristan heran
"Maksud bapak, menjaga dan mengawasi bagaimana?" tanya heran Tristan
"Menurut yang aku dengar, pimpinan baru kalian nanti orangnya masih muda, ganteng dan duda apalagi banyak kalangan yang bilang kalo dia playboy. Ayra kan kan masih sangat muda dan cantik, kamu tentu tak rela kan kalo seorang don juan mempermainkan nya." jelas atasannya
"Kalo memang Ayra tertarik padanya ya terserah itu urusan dia, kenapa saya harus menjaganya. " Tristan mengelak
"Aku sudah mengenal baik kalian berdua, aku menganggap kalian seperti anak ku sendiri, tentu aku tak ingin sesuatu yang buruk menimpa kalian. Nanti kamu juga akan mengerti saat sudah mengenal pimpinan baru itu. Apa sedikitpun kamu tak pernah tertarik pada Ayra, aku kerap melihat kalian saling mencuri pandang." ucap atasannya penuh selidik
"Sudahlah pak, jangan dibahas lebih jauh lagi. Saya akan selalu mengingat pesan anda dan berusaha yang terbaik." jawab Tristan datar
"Dasar...benar kata Ayra, kamu ini memang pria dingin, ya sudah kembalilah bekerja." sahut atasannya sambil tersenyum kecil
"Pria dingin, dia bilang begitu..." raut wajah Tristan tampak tak terima
"Sudah-sudah, jangan diambil hati...ingat benci itu bisa berarti benar-benar cinta." senyum atasannya lagi
Tristan keluar dari ruangan sambil bersungut tak jelas, ia sangat tak terima di bilang pria dingin. Saat sampai di mejanya, sejenak ia memandang ke arah Ayra yang sedang serius mengetik dengan laptop nya.
Tak disangka saat sedang melihat ke arah Ayra, tiba-tiba Ayra juga menoleh ke arahnya. Untuk sejenak mereka berdua saling berpandangan, namun hanya untuk beberapa detik kemudian saling memalingkan wajah, mereka pun kembali bekerja.
"Ekhemm,..." Dini berdehem mendekati Ayra
"Apaan, mau minum?" sewot Ayra pada sahabatnya itu
"Apa aku tidak salah lihat barusan, kamu dan Tristan saling menatap, ah so sweet..." oceh Dini menggoda Ayra
"Kamu ini salah minum obat ya, ngomongnya ngaco." sahut Ayra mengalihkan perhatiannya pada laptop
"Idih...wajah kamu merona, ketahuan ya." ucap Dini lagi
"Udah sana kerja lagi, asal aja kalo ngomong, ketahuan emangnya maling." ketus Ayra
"Iya....ada yang mencuri pandang, eh ketahuan...jadinya saling berpandangan." sahut Dini terus menggoda sahabatnya, dan kini malah duduk di depan Ayra
"Malah duduk lagi, awas aja atasan tahu di damprat kamu nanti." sungut Ayra sebel
" Ayra, kalo naksir bilang aja...jangan sampai nyesel nanti diambil orang baru tahu rasa." ucap Dini pelan menatap wajah Ayra
"Dini..." bentak Ayra menatap tajam sahabatnya
Benar saja, weekend ini atasannya mengadakan acara perpisahan sederhana. Semua karyawan tampak sedih, karena harus kehilangan atasan yang baik, sabar dan berwibawa.
"Ayra, sampai jumpa lagi...Aku yakin karir mu pasti cemerlang, kamu sangat bisa diandalkan. Kamu juga Tristan, jangan sampai performa mu turun, siapapun atasan mu tetaplah semangat bekerja." ucap atasannya pada Ayra dan Tristan
"Baik pak, nasehat bapak akan menjadi semangat buat saya." jawab Ayra
"Tentu pak, saya tak akan pernah mengecewakan perusahaan ini." sahut Tristan yang berdiri di sebelah Ayra
"Kalian berdua berhentilah saling bersitegang, akurlah...Aku yakin kalian akan menjadi tim yang hebat jika bersatu." ucap atasannya memandang ke arah Ayra dan Tristan bergantian
Kedua nya tak menjawab, hanya terdiam dan saling melempar pandangan. Atasannya tersenyum melihat ekspresi kedua karyawannya itu, namun sesungguhnya atasan tahu jika keduanya memiliki rasa tapi memang sama-sama gengsi, ego nya sama-sama tinggi.
"Ah sudahlah,...Tristan jangan pernah lupa pesan ku, agar kamu tak menyesal di kemudian hari. Sedikit mengalah tak masalah untuk urusan hati." ucap atasan menepuk pundak Tristan
Tristan hanya mengangguk pelan, sedangkan Ayra yang tak mengerti arti ucapan atasannya itu merasa bingung. Setelah tersenyum simpul ke arah Ayra dan Tristan bergantian, atasan kemudian pergi meninggalkan keduanya.
###
Senin ini adalah hari pertama bagi pimpinan yang baru, para karyawan tampak tegang dan penasaran menanti kedatangannya. Mereka saling menerka dan menduga kira-kira orang seperti apa yang akan menjadi pimpinannya kini.
Semua karyawan berkumpul di ruang meeting, Ayra berdiri disebelah Dini, sedangkan Tristan berdiri agak jauh di seberang Ayra. Namun dari tempatnya berdiri saat ini, Tristan bisa melihat dengan jelas wajah cantik seterunya itu.
"Selamat pagi semua." semua orang kaget dan melihat ke arah suara
Tampak di hadapan mereka sosok pria tinggi besar, berbadan tegap dan berwajah ganteng. Semua orang tampak terkesima dengan pesona sang pemimpin baru itu, tak terkecuali Ayra dan Dini yang saling menatap sambil tersenyum simpul. Pria itu berjalan mendekat sambil terus tersenyum mempesona, membuat para karyawan wanita seakan terhipnotis.
Namun tidak demikian dengan Tristan yang justru menatap terus ke arah Ayra, nampak olehnya gadis cantik itu tersenyum terpesona dengan sosok pria tegap dan ganteng itu. Meski baru sekali melihat, namun Tristan sudah yakin jika pria di depannya memang tipe pria playboy.
"Pagi semua, kenalkan saya Arga Adhitama,...saya yang akan menjadi pimpinan kalian mulai hari ini. Saya harap kerjasama dan loyalitas selalu menjadi prioritas utama. Silahkan kembali bekerja, saya rasa tak perlu panjang lebar perkenalannya, time is money." ucap singkat Arga, diikuti para karyawan yang membubarkan diri menuju tempat masing-masing
"Kamu, tunggu...tinggalah sebentar." ucap Arga tiba-tiba menunjuk ke arah Ayra
"Saya." sahut Ayra ragu , dibalas anggukan kepala Arga
Tristan yang juga mendengarnya merasa tidak senang, ia terpaku diam di tempat tak seperti karyawan lain yang bergegas keluar ruangan. Kini tinggal mereka bertiga Ayra , Tristan dan juga sang pimpinan Arga.
"Kenapa kamu berdiri di sini, kembalilah bekerja." ucap keras Arga memandang ke arah Tristan berdiri
"Saya satu bagian dengan Ayra, mungkin kehadiran saya juga diperlukan sama halnya dengan Ayra." sahut Tristan beralasan
"Tidak perlu, aku hanya ingin bicara padanya...sekarang keluarlah." kata Arga kembali memandang Ayra sambil tersenyum
Dengan ragu Tristan berjalan keluar ruangan, ia sempat menatap Ayra sebelum melangkah. Ayra juga menoleh ke arah Tristan, mereka berdua saling menatap. Ayra heran dengan sikap Tristan, seperti tak ingin meninggalkan nya berdua dengan Arga diruangan itu.
"Sebaiknya kita bicara di ruangan ku saja." ucap Arga kemudian
"Tapi banyak pekerjaan saya yang deadline, pak. Apa tidak sebaiknya saya juga kembali bekerja, kalo tidak terlalu penting." Ayra mencari alasan karena sebenarnya ia juga tak nyaman dengan sikap dan cara Arga menatapnya
"Sepertinya kamu hanya beralasan saja, kenapa kamu ingin menghindari ku?" tanya Arga tak terima penolakan Ayra
" Tidak pak, saya benar-benar harus segera menyelesaikan pekerjaan." jawab Ayra menunduk, karena Arga berjalan mendekati dirinya
"Kalo begitu, baiklah...Silahkan kembali bekerja, nanti tolong temani aku makan siang." ucap Arga tak mau menyerah
"Tapi pak, saya..." sahut Ayra cepat namun dipotong Arga
"Jangan beralasan lagi, kali ini aku tak mau ada penolakan." ketus Arga berjalan meninggalkan Ayra yang terpaku
Arga memang sudah tertarik saat pertama melihat Ayra, gadis muda ini telah menyita perhatiannya. Entah benar-benar tertarik atau hanya naluri don juan saja yang penasaran dengan gadis cantik itu.
"Kok udah balik, nggak jadi dipanggil pak Arga?" tanya spontan Tristan yang melihat Ayra berjalan menuju mejanya melewati dirinya
"Kepo banget, emang ada urusannya dengan kamu?" sungut Ayra menatap Tristan sekilas
"Hati-hati." tiba-tiba Tristan memegang tangan Ayra
Ayra terperanjat saat tiba-tiba tangannya dipegang Tristan, ia menatap matanya dan merasakan sensasi yang aneh dalam hatinya. Tristan pun tampak menatap lembut wajah Ayra seakan berharap agar ucapannya di dengar. Namun saat tersadar Tristan seketika melepaskan tangan Ayra.
"Maaf..." lirih Tristan yang tampak salah tingkah
" Kamu ini apaan sih, nggak sopan...maksudnya apa coba?" sahut Ayra sewot mencoba menutupi perasaan aneh yang dirasakannya
Namun Tristan hanya terdiam dan menunduk, jantungnya berdebar tak berani menatap lagi. Ayra kemudian bergegas menuju mejanya, tapi ia masih tak mengerti dengan sikap Tristan barusan. Sejak diruang meeting tadi hingga saat ia tiba-tiba memegang tangannya dan berkata hati-hati, entah apa maksudnya.
"Ah...bodo amat, ngapain aku jadi bayangin pria dingin itu terus." oceh Ayra pada dirinya sendiri yang tak fokus bekerja karena sikap Tristan barusan.
"Hei, kesambet kamu ya...ngomong sendiri." ucap Dini yang ternyata sudah berdiri di sebelahnya
"Ngagetin aja..." sahut Ayra spontan kemudian mencubit tangan Dini
"Makanya jangan melamun, fokus...oh ya pak Arga ngomongin apa tadi?" kepo sahabatnya itu
"Pengin tahu aja,...ehh tapi nggak ngomong apa-apa kok." ucap Ayra datar
"Masak sih, kelihatannya pak Arga naksir ama kamu, lihat aja cara dia mandang kamu tadi." goda Dini yang memang melihat tatapan sang pimpinan pada sahabatnya
"Ngaco kamu, ya nggak mungkin lah...lagian aku juga nggak mau lah ama duda kayak dia." sahut Ayra serius
"Jangan bilang nggak mungkin, jodoh nggak ada yang tahu. Lagian biarpun duda tapi pak Arga masih keren lho, nggak terlalu tua juga." Dini terus nyerocos meski tak digubris Ayra
"Udah sana, kembali kerja ...Jangan makan gaji buta, selesaikan dulu kerjaan mu ntar kalo pas istirahat ngobrol lagi." ucap Ayra mendorong pelan tubuh Dini
Waktu berlalu terasa cepat, Ayra yang masih sibuk dan terpaku menatap laptop nya Tak menyadari kalo sudah jam istirahat, saatnya makan siang. Dini yang menghampiri baru menyadarkannya, kemudian menghentikan pekerjaannya dan hendak bangkit.
"Ayra..." terdengar suara memanggilnya, spontan Ayra dan Dini menoleh ke arah suara
"Pak Arga..." sahut pelan keduanya kemudian saling bertatapan
"Ayra, aku duluan ke kantin ya." ucap Dini pelan dan langsung berlalu meninggalkan Ayra yang masih berdiri ditempatnya
"Maaf, ada apa pak?" tanya Ayra sedikit gemetar saat Arga mendekatinya
"Kamu lupa, kalo harus menemaniku makan siang." jawab Arga sambil mendekatkan wajahnya, sangat dekat dengan wajah Ayra
"Ti..tidak, saya tidak lupa." sahut Ayra terbata dan spontan memundurkan tubuhnya
"Bagus kalo begitu, katakan kita akan makan siang dimana, kamu pasti tahu tempat makan yang paling enak disini, secara kamu sudah tiga tahun kan kerja disini?" ucap Arga meraih tangan Ayra
"Maaf pak, jangan seperti ini...nggak enak dilihat karyawan lain. " Ayra berusaha melepas tangannya dari Arga
"Tak usah peduli dengan yang lain, aku ini pimpinan mu." ucap Arga terkesan arogan hingga membuat Ayra tak suka dan menarik paksa tangannya
"Maaf pak, kalo begitu saya tidak jadi menemani bapak makan siang, saya..." belum sempat menyelesaikan ucapan nya dipotong Arga
" Sudah jangan kelamaan, ayo..." Arga menarik tangan Ayra dan berjalan keluar dari kantor
Saat tiba di lobi, Arga yang menggandeng paksa tangan Ayra berpapasan dengan Tristan. Ayra menatap Tristan sekilas seakan ingin mengucapkan sesuatu, namun Arga keburu menariknya cepat. Tristan merasa tidak senang melihatnya, hatinya terasa pedih, ingin rasanya ia berlari menyusulnya.
"Hei, Tristan...kamu kenapa kok bengong." sapa Dini yang menghampirinya
"Ayra mau dibawa pak Arga kemana?" tanya Tristan tetap menatap ke arah Arga dan Ayra yang berlalu
"Entahlah, mungkin makan siang...kenapa?" sahut Dini menatap heran sikap Tristan
"Sepertinya pak Arga memaksa Ayra, ia tampak tak senang dengan perlakuannya ." ucap Tristan kemudian
"Kamu cemburu ya..." tebak Dini membuat Tristan salah tingkah
"Apaan sih, ngaco kalo ngomong...aku Nggak suka aja dengan sikap pak Arga, kamu bilang sama Ayra agar berhati-hati pada duda playboy itu." sungut Tristan kemudian pergi meninggalkan Dini
"Ciee....ada yang lagi cemburu nih." seru Dini pada Tristan yang berlalu
Sementara Arga dan Ayra telah tiba di sebuah kedai yang cukup ramai, setelah memesan makanan mereka berdua memilih tempat duduk yang dirasa nyaman. Saat menunggu pesanan Arga tak lepas menatap wajah Ayra, hingga membuat Ayra merasa risih.
"Pak , kenapa menatap terus seperti itu, jujur saya merasa tak nyaman." ucap Ayra kemudian
"Mulai saat ini buatlah jadi nyaman, karena aku tak akan pernah bosan untuk menatap wajahmu. " sahut Arga yang mulai nampak sisi playboy nya
Ayra terdiam dan tak mau mengatakan apapun lagi, ia tak ingin ucapan Arga semakin membuatnya tak nyaman. Entah kenapa tiba-tiba bayangan Tristan saat berucap hati-hati muncul, hatinya terusik dengan itu.
"Makanlah, malah melamun..." ucap Arga pada Ayra yang tak menyadari kalo makanan yang di pesan sudah tersaji
"Ehh, iya..." Ayra tampak tergagap dan segera menyuap makanannya
Makan siang itu berlalu begitu saja, setelah selesai makan mereka berdua pun kembali ke kantor. Arga nampak sedikit kecewa karena Ayra terkesan bersikap acuh padanya, namun bukan Arga namanya kalo mudah menyerah begitu saja.
"Ayra, kamu tadi makan siang bareng pak Arga ya?" tanya Dini mendekatinya
"Iya, tapi sebenarnya aku tak ingin..." jawab Ayra tak semangat
"Kenapa, bukankah seharusnya kamu senang bisa makan bareng boss yang ganteng begitu." tanya lagi Dini penasaran
"Entahlah Din, aku merasa tak suka dengan sikap pak Arga. Mungkin benar kata atasan kita dulu, kalo pak Arga itu playboy, aku benar-benar tak nyaman dengannya. " jawab Ayra yang tak sadar melirik ke arah Tristan
Tepat saat itu juga ternyata Tristan juga sedang melihat ke arahnya, maka terjadilah keduanya saling bertemu pandang. Ayra merasa hatinya berdebar saat pandangannya bertemu dengan pria dingin seterunya itu.
" Ayra, bicara sama aku tapi lihat nya ke....oh my god...Ayra, jangan bilang kamu sudah jatuh hati pada musuh bebuyutan mu itu." ucap Dini saat mengetahui ternyata Tristan lah yang sedang dilirik Ayra
"Dini, apaan sih...nggak mungkin lah, meski cuma ada dia pria di dunia ini, aku nggak akan tertarik." sanggah Ayra dengan sombongnya
"Huss,...jangan pernah bilang begitu, kalo kenyataan berbalik baru tahu rasa kamu." ucap Dini mengingatkan
Tristan sebenarnya ingin sekali bertanya pada Ayra tentang acara makan siang diluarnya bareng pak Arga. Namun sepertinya sangat tak mungkin, karena entah disengaja atau tidak oleh Ayra, Tristan mendengar ucapan Ayra pada Dini.
Dini telah kembali ke mejanya, dan mereka masing-masing kembali bekerja sesuai tugas masing-masing. Hingga tak terasa jam pulang telah tiba, karyawan lain sudah pada pulang. Hanya tinggal Ayra , Dini , Tristan dan juga Arga di dalam ruangannya.
"Ayra, aku pulang duluan...mau mampir belanja, takut ke sore an." pamit Dini yang kemudian pulang lebih dulu
Tristan melihat ke arah Ayra yang masih kelihatan sibuk dengan laptop nya, ingin rasanya ia menghampiri. Saat tak sengaja menoleh ke ruang pimpinan, Tristan melihat Arga sedang menatap ke arah Ayra. Tristan merasa tatapan Arga itu memiliki maksud yang tak baik, namun untuk mendekati dan memperingatkan Ayra ia benar-benar tak punya nyali.
"Aku duluan." singkat Tristan saat melewati meja Ayra, namun tak dijawab hingga ia pun berhenti
"Apa kamu belum mau pulang, mau berduaan lagi sama pak boss ya." ucap datar Tristan yang tak menyadari ucapannya
"Apa maksudmu?...kamu boleh bermusuhan dengan ku tapi jangan sekali pun kamu merendahkan ku, memang kamu pikir aku wanita seperti apa?" sahut Ayra emosi menatap tajam Tristan
"Maaf, aku..." Tristan tak sempat menyelesaikan ucapan nya
"Dengar, jangan pernah lagi bicara padaku, aku benci sama kamu dasar pria dingin tak punya hati." ucap Ayra keras
"Ada apa ini?" tanya Arga yang datang menghampiri mereka berdua
Namun baik Ayra maupun Tristan tak menjawab pertanyaan Arga. Ayra yang sangat marah kemudian berkemas dengan terburu-buru untuk segera pulang, entah mengapa hatinya sangat sakit saat mendengar Tristan berkata seperti itu.
" Ayra, biar aku antar pulang." ucap Arga menawarkan
"Maaf pak, saya bisa pulang sendiri." sahut Ayra segera pergi meninggalkan dua pria yang masih terpaku ditempatnya
"Tristan, sebenarnya apa yang terjadi, kamu membuatnya marah seperti itu?" tanya Arga
"Ini urusan kami berdua, nggak ada hubungannya dengan anda." jawab Tristan cuek
"Oh ya, semua yang berhubungan dengan Ayra akan menjadi urusan ku juga." ucap Arga dengan nada tinggi
"Anda tak berhak bicara begitu." sahut Tristan mulai meradang
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!