Berduaan

Waktu berlalu terasa cepat, Ayra yang masih sibuk dan terpaku menatap laptop nya Tak menyadari kalo sudah jam istirahat, saatnya makan siang. Dini yang menghampiri baru menyadarkannya, kemudian menghentikan pekerjaannya dan hendak bangkit.

"Ayra..." terdengar suara memanggilnya, spontan Ayra dan Dini menoleh ke arah suara

"Pak Arga..." sahut pelan keduanya kemudian saling bertatapan

"Ayra, aku duluan ke kantin ya." ucap Dini pelan dan langsung berlalu meninggalkan Ayra yang masih berdiri ditempatnya

"Maaf, ada apa pak?" tanya Ayra sedikit gemetar saat Arga mendekatinya

"Kamu lupa, kalo harus menemaniku makan siang." jawab Arga sambil mendekatkan wajahnya, sangat dekat dengan wajah Ayra

"Ti..tidak, saya tidak lupa." sahut Ayra terbata dan spontan memundurkan tubuhnya

"Bagus kalo begitu, katakan kita akan makan siang dimana, kamu pasti tahu tempat makan yang paling enak disini, secara kamu sudah tiga tahun kan kerja disini?" ucap Arga meraih tangan Ayra

"Maaf pak, jangan seperti ini...nggak enak dilihat karyawan lain. " Ayra berusaha melepas tangannya dari Arga

"Tak usah peduli dengan yang lain, aku ini pimpinan mu." ucap Arga terkesan arogan hingga membuat Ayra tak suka dan menarik paksa tangannya

"Maaf pak, kalo begitu saya tidak jadi menemani bapak makan siang, saya..." belum sempat menyelesaikan ucapan nya dipotong Arga

" Sudah jangan kelamaan, ayo..." Arga menarik tangan Ayra dan berjalan keluar dari kantor

Saat tiba di lobi, Arga yang menggandeng paksa tangan Ayra berpapasan dengan Tristan. Ayra menatap Tristan sekilas seakan ingin mengucapkan sesuatu, namun Arga keburu menariknya cepat. Tristan merasa tidak senang melihatnya, hatinya terasa pedih, ingin rasanya ia berlari menyusulnya.

"Hei, Tristan...kamu kenapa kok bengong." sapa Dini yang menghampirinya

"Ayra mau dibawa pak Arga kemana?" tanya Tristan tetap menatap ke arah Arga dan Ayra yang berlalu

"Entahlah, mungkin makan siang...kenapa?" sahut Dini menatap heran sikap Tristan

"Sepertinya pak Arga memaksa Ayra, ia tampak tak senang dengan perlakuannya ." ucap Tristan kemudian

"Kamu cemburu ya..." tebak Dini membuat Tristan salah tingkah

"Apaan sih, ngaco kalo ngomong...aku Nggak suka aja dengan sikap pak Arga, kamu bilang sama Ayra agar berhati-hati pada duda playboy itu." sungut Tristan kemudian pergi meninggalkan Dini

"Ciee....ada yang lagi cemburu nih." seru Dini pada Tristan yang berlalu

Sementara Arga dan Ayra telah tiba di sebuah kedai yang cukup ramai, setelah memesan makanan mereka berdua memilih tempat duduk yang dirasa nyaman. Saat menunggu pesanan Arga tak lepas menatap wajah Ayra, hingga membuat Ayra merasa risih.

"Pak , kenapa menatap terus seperti itu, jujur saya merasa tak nyaman." ucap Ayra kemudian

"Mulai saat ini buatlah jadi nyaman, karena aku tak akan pernah bosan untuk menatap wajahmu. " sahut Arga yang mulai nampak sisi playboy nya

Ayra terdiam dan tak mau mengatakan apapun lagi, ia tak ingin ucapan Arga semakin membuatnya tak nyaman. Entah kenapa tiba-tiba bayangan Tristan saat berucap hati-hati muncul, hatinya terusik dengan itu.

"Makanlah, malah melamun..." ucap Arga pada Ayra yang tak menyadari kalo makanan yang di pesan sudah tersaji

"Ehh, iya..." Ayra tampak tergagap dan segera menyuap makanannya

Makan siang itu berlalu begitu saja, setelah selesai makan mereka berdua pun kembali ke kantor. Arga nampak sedikit kecewa karena Ayra terkesan bersikap acuh padanya, namun bukan Arga namanya kalo mudah menyerah begitu saja.

"Ayra, kamu tadi makan siang bareng pak Arga ya?" tanya Dini mendekatinya

"Iya, tapi sebenarnya aku tak ingin..." jawab Ayra tak semangat

"Kenapa, bukankah seharusnya kamu senang bisa makan bareng boss yang ganteng begitu." tanya lagi Dini penasaran

"Entahlah Din, aku merasa tak suka dengan sikap pak Arga. Mungkin benar kata atasan kita dulu, kalo pak Arga itu playboy, aku benar-benar tak nyaman dengannya. " jawab Ayra yang tak sadar melirik ke arah Tristan

Tepat saat itu juga ternyata Tristan juga sedang melihat ke arahnya, maka terjadilah keduanya saling bertemu pandang. Ayra merasa hatinya berdebar saat pandangannya bertemu dengan pria dingin seterunya itu.

" Ayra, bicara sama aku tapi lihat nya ke....oh my god...Ayra, jangan bilang kamu sudah jatuh hati pada musuh bebuyutan mu itu." ucap Dini saat mengetahui ternyata Tristan lah yang sedang dilirik Ayra

"Dini, apaan sih...nggak mungkin lah, meski cuma ada dia pria di dunia ini, aku nggak akan tertarik." sanggah Ayra dengan sombongnya

"Huss,...jangan pernah bilang begitu, kalo kenyataan berbalik baru tahu rasa kamu." ucap Dini mengingatkan

Tristan sebenarnya ingin sekali bertanya pada Ayra tentang acara makan siang diluarnya bareng pak Arga. Namun sepertinya sangat tak mungkin, karena entah disengaja atau tidak oleh Ayra, Tristan mendengar ucapan Ayra pada Dini.

Dini telah kembali ke mejanya, dan mereka masing-masing kembali bekerja sesuai tugas masing-masing. Hingga tak terasa jam pulang telah tiba, karyawan lain sudah pada pulang. Hanya tinggal Ayra , Dini , Tristan dan juga Arga di dalam ruangannya.

"Ayra, aku pulang duluan...mau mampir belanja, takut ke sore an." pamit Dini yang kemudian pulang lebih dulu

Tristan melihat ke arah Ayra yang masih kelihatan sibuk dengan laptop nya, ingin rasanya ia menghampiri. Saat tak sengaja menoleh ke ruang pimpinan, Tristan melihat Arga sedang menatap ke arah Ayra. Tristan merasa tatapan Arga itu memiliki maksud yang tak baik, namun untuk mendekati dan memperingatkan Ayra ia benar-benar tak punya nyali.

"Aku duluan." singkat Tristan saat melewati meja Ayra, namun tak dijawab hingga ia pun berhenti

"Apa kamu belum mau pulang, mau berduaan lagi sama pak boss ya." ucap datar Tristan yang tak menyadari ucapannya

"Apa maksudmu?...kamu boleh bermusuhan dengan ku tapi jangan sekali pun kamu merendahkan ku, memang kamu pikir aku wanita seperti apa?" sahut Ayra emosi menatap tajam Tristan

"Maaf, aku..." Tristan tak sempat menyelesaikan ucapan nya

"Dengar, jangan pernah lagi bicara padaku, aku benci sama kamu dasar pria dingin tak punya hati." ucap Ayra keras

"Ada apa ini?" tanya Arga yang datang menghampiri mereka berdua

Namun baik Ayra maupun Tristan tak menjawab pertanyaan Arga. Ayra yang sangat marah kemudian berkemas dengan terburu-buru untuk segera pulang, entah mengapa hatinya sangat sakit saat mendengar Tristan berkata seperti itu.

" Ayra, biar aku antar pulang." ucap Arga menawarkan

"Maaf pak, saya bisa pulang sendiri." sahut Ayra segera pergi meninggalkan dua pria yang masih terpaku ditempatnya

"Tristan, sebenarnya apa yang terjadi, kamu membuatnya marah seperti itu?" tanya Arga

"Ini urusan kami berdua, nggak ada hubungannya dengan anda." jawab Tristan cuek

"Oh ya, semua yang berhubungan dengan Ayra akan menjadi urusan ku juga." ucap Arga dengan nada tinggi

"Anda tak berhak bicara begitu." sahut Tristan mulai meradang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!