Kekasih

"Terus kamu yang berhak begitu, memang kamu ini siapa?" sahut ketus Arga

"Saya...saya kekasihnya." ucap Tristan spontan

"Apa....hahaha....apa kamu sedang bermimpi, aku tak percaya. " Arga menertawakan Tristan dengan sombongnya

"Terserah, percaya atau tidak itu bukan urusan saya." ucap Tristan cuek berlalu meninggalkan Arga yang masih berdiri ditempatnya

Dalam perjalanan pulangnya, Tristan terus kepikiran akan kemarahan Ayra. Ia merasa bodoh karena tak menyaring kata-kata nya, ia tersadar telah melukai hati Ayra. Hingga tiba dirumah, dan malam telah larut namun ia terus terbayang wajah marah Ayra.

Tristan mengambil ponselnya, ia ingin meminta maaf pada Ayra. Tapi ya tak punya keberanian untuk menelponnya, akhirnya ia hanya mengirimkan pesan.

"Ayra, maafkan ucapan ku tadi...aku benar-benar tak bermaksud untuk melukai hatimu. Aku memang bodoh karena asal bicara padamu, tak memikirkan perasaanmu. Sekali lagi maafkan aku..." tulis Tristan dalam pesannya

Pesan telah terkirim, namun belum dibaca oleh Ayra, mungkin ia sudah tidur begitu pikir Tristan. Berulang kali ia menatap layar ponselnya, berharap pesannya akan dibalas. Hingga akhirnya ia pun terlelap dalam tidurnya, dengan tangan masih memegang ponsel.

Alarm pagi membangunkan Tristan, tapi ia masih enggan untuk bangun. Ia terperanjat saat terdengar ponselnya jatuh ke lantai, ia baru menyadari kalo semalam tertidur dengan ponsel masih di tangan.

Segera ia bangkit dan bersiap berangkat ke kantor, melihat jam yang sudah siang ia tak sempat lagi sarapan. Ia melajukan motornya dengan terburu-buru, saat tiba di depan kantor ia mematikan motornya dengan jarak cukup jauh. Ia melihat Ayra di hampiri oleh Arga di parkiran, ia merasa sangat tak senang dengan sikap agresif Arga.

"Pagi Ayra,.... mulai besok biar saya menjemput mu, kita bisa berangkat bareng jadi kamu nggak harus capek naik motor." ucap Arga yang mendekati Ayra

"Nggak usah pak, saya lebih nyaman berangkat sendiri naik motor." sahut Ayra cuek langsung berjalan masuk ke dalam kantor

"Kamu ini nggak sopan sekali ya, aku ini pimpinan mu dan sedang bicara padamu." ucap Arga menyusul Ayra dan berjalan disampingnya

"Ayra..." Arga menarik tangan Ayra yang hendak duduk setelah sampai di meja kerjanya

"Bisa aku bicara sebentar, ikutlah ke ruangan ku." ucap Arga kemudian

"Maaf, pak...saya harus segera menyelesaikan berkas kontrak kemarin, hari ini sudah ditunggu klien." jawab Ayra melepas paksa tangannya, langsung duduk dan membuka laptop nya

Arga sekali lagi merasa kecewa dengan penolakan Ayra, hal itu membuatnya semakin penasaran untuk menaklukkan hatinya. Ia pun kemudian melirik sekilas pada Ayra dan berjalan menuju ruangannya.

"Tristan, kamu ngapain berdiri bengong disini, cepat sana ke meja mu...." ucap Dini saat bertemu Tristan di depan pintu dan melihatnya menatap Ayra yang tadi bersama Arga

"Ehh...Dini, bikin kaget saja." sahut Tristan tergagap

"Kamu ini kenapa, ada masalah dengan Ayra?" tanya Dini heran melihat sikap Tristan

"Nggak ada, aku duluan." jawab Tristan bergegas menuju mejanya

Sementara Ayra merasa lega karena Arga sudah masuk ke ruangannya, ia mengambil ponselnya dan mulai memeriksa beberapa pesan yang masuk. Ia kaget saat mendapati satu pesan dari Tristan, sebelum membukanya ia menatap sekilas ke arah Tristan.

Ayra membuka dan membaca pesan dari Tristan, ia memang masih marah dengan ucapan Tristan kemarin. Setelah membaca pesan itu, ia terdiam sejenak dan kemudian mengetikkan balasan.

"Lain kali pikir dulu sebelum bicara. " Tristan membuka balasan pesan dari Ayra saat mendengar suara dari ponselnya

"Aku tahu aku salah, maafkan aku...tolong hati-hati lah dengan pak Arga, jangan terlalu dekat dengannya. " balas Tristan yang langsung dibaca oleh Ayra

"Apa maksudmu...dan lagipula apa urusanmu, terserah aku mau dekat dengan siapa." tulis Ayra membalas lagi

"Aku merasa dia punya maksud tak baik padamu,....aku peduli padamu." balas Tristan lagi sebelum meletakkan ponselnya dan lanjut bekerja

Ayra berdesir membaca tulisan Tristan kali ini, ia menoleh ke arahnya yang sedang terpaku menatap laptop. Ayra tak lagi membalas pesan itu, ia kemudian meletakkan juga ponselnya. Saat akan melanjutkan kerjaannya tiba-tiba telepon di mejanya berdering, dan ternyata Arga menyuruhnya masuk ke ruangannya membawa berkas yang diminta.

"Baik pak." singkat Ayra meletakkan kembali gagang telepon

Ayra mengambil berkas yang di maksud dan mulai melangkah menuju ruangan Arga, ia tak menyadari bahwa mata Tristan terus mengawasinya. Setelah mengetuk pintu dan dipersilahkan, Ayra memasuki ruangan tersebut dan duduk di depan Arga setelah disuruh.

"Ini berkas yang anda maksud, pak." ucap Ayra sambil menyerahkan berkas

"Baiklah, biar aku periksa dulu. " sahut Arga membuka berkas tersebut dan mulai membacanya

"Oke...bagus, sangat sempurna....kirim ke klien sekarang juga, mereka sudah menunggu. " ucap Arga selesai membacanya dan menyerahkan kembali pada Ayra

"Baik pak." sahut Ayra menerima berkas itu kembali dan hendak langsung berdiri

Tanpa di duga, Arga secepat kilat berdiri dan menyambar tubuh Ayra yang ingin berlalu. Ayra sangat terkejut, matanya tampak membulat sempurna mendapati tubuhnya telah dipeluk oleh Arga. Ia berusaha melepasnya, namun kekuatannya kalah dengan kuatnya peluk an itu.

"Lepaskan, pak...Apa yang anda lakukan?" Ayra berusaha keras memberontak

"Ayra, kenapa kau terus berusaha menjauhi ku." bisik Arga mengeratkan tangannya di pinggang Ayra

"Saya mohon , lepaskan." ucap Ayra dengan mata yang mulai basah

"Jangan menangis,... aku hanya ingin mengenal mu lebih dekat, beri aku kesempatan. " bisik Arga lagi sambil menghapus air mata di pipi Ayra

Tiba-tiba saja pintu ruangan itu dibuka, dan Tristan muncul begitu saja membuat Arga kaget. Arga tampak marah saat melihat ke arah Tristan yang masuk tanpa permisi, namun ia tak melepaskan tangannya dari pinggang Ayra.

"Apa yang anda lakukan, lepaskan dia." ucap keras Tristan berjalan mendekat, dan penuh amarah menarik tangan Ayra hingga terlepas dari pelukan Arga

"Beraninya kamu..." ujar Arga penuh kemarahan, sementara Ayra berdiri dibelakang tubuh Tristan dan memegang lengannya erat karena ketakutan

"Maaf pak, tapi kelakuan anda sangat tidak pantas." ucap Tristan sangat marah

"Jangan ikut campur urusanku, dasar karyawan tak tahu diri. " sahut Arga dengan angkuh

"Saya tak akan pernah membiarkan anda mengganggu Ayra...." ucap Tristan kemudian

"Memangnya kamu siapa nya Ayra." singkat Arga dengan tersenyum sinis

"Ayra adalah kekasih saya, dan saya akan segera melamarnya." ucap Tristan spontan membuat Ayra tersentak kaget hingga mengeratkan tangannya

"Hahahaa...kau pikir aku bodoh, bisa kau bohongi begitu saja, asal kau tahu aku menginginkannya." kata Arga menatap genit ke arah Ayra

"Tristan benar, ...kami akan segera menikah. " sahut Ayra tanpa berpikir panjang karena merasa muak dengan tatapan Arga, kali ini Tristan yang ganti kaget

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!