Pengagum Rahasia

Pengagum Rahasia

Chapter 1 - Aa Tersayang

Tinggal menghitung bulan saja para siswa/i yang kini tengah berada bangku SMA tingkat akhir akan dinyatakan lulus. Tapi dengan syarat harus mengikuti semua rangkaian ujian demi ujian sampai pada puncaknya yaitu Ujian Nasional atau UN. Perjalanan selama tiga tahun yang penuh suka duka dan masa pencarian jati diri akan segera berakhir. Dan mereka akan mulai memasuki fase kehidupan orang dewasa yang sesungguhnya.

Begitu lah yang kini tengah di alami oleh seorang gadis yang bernama Namira Azzahra, seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA tingkat akhir. Pagi ini adalah hari pertama ia akan ujian sekolah, meski ia sudah berusaha belajar sejak beberapa minggu yang lalu, tapi tetap saja ia takut dan khawatir kalau soal-soal yang ada berbeda dengan materi yang sudah ia pelajari.

‘’Bismillah..’’ gumamnya percaya diri saat ia berdiri di hadapan cermin, lalu ia mengambil tas dan memakainya.

Saat ia melihat benda yang melingkar di pergelangan tangannya, ia begitu terkejut ‘’aduhh udah jam segini lagi’’ Rara sapaannya, dengan terburu-buru ia meminta di antar kakak untuk menuju sekolah.

‘’Bang... Bang.. ayo Bang cepet anterin aku nanti aku kesiangan nih’’ Rara menepuk bahu Rio kakaknya. Lalu ia pun langsung memakai sepatu.

‘’Bang..bang.. emang abang bakso apa, orang ganteng begini juga di panggil abang’’ sahut Rio yang sedang menikmati secangkir teh.

Huhh dasar sok ganteng hihi. Rara melirik jahil kearah Rio yang sedang memakai jaket.

‘’Bu.. Ibu.. aku berangkat ya, doain aku ya Bu. Assalamu’alaikum’’ ucap Rara sambil menyalami tangan ibu. Sementara Rio sudah bertengger di motor menunggu adiknya yang super duper cerewet.

‘’Pasti nak, Ibu selalu doakan kamu sayang, Wa’alaikumussalam’’ balas ibu.

Rara yang begitu khawatir akan terlambat menyuruh Rio untuk lebih cepat lagi mengendarai motornya. Ya karena Rara cerewet, jadi kalau kakaknya tidak mengikuti perintahnya, ia akan terus ngoceh-ngoceh yang pada akhirnya membuat Rio tidak tahan dengan ocehan si Rara.

Rara memang gadis yang cerewet, ia tidak akan berhenti bicara kalau perintah atau keinginannya belum terpenuhi. Kalau di sekolah sih dia sok jaim gitu, katanya jaga image dan cukup teman terdekat atau sahabatnya saja yang tahu sifat asli Rara yang cerewet. Terkadang egois, pelupa, keras kepala dan cuek tapi Rara baik ko dan kalau sifat baiknya sih nggak di buat-buat alias tulus.

Begitu juga saat ia terus-terusan ngoceh agar Rio lebih cepat lagi mengendarai motornya, dalam waktu lima belas menit mereka pun sampai dan beruntung pintu gerbang masih terbuka luas dan lebar, jadi Rara bisa lebih sedikit tenang. Mungkin kalau ia sampai di sekolah lima menit lagi, bisa-bisa gerbangnya sudah tertutup rapat.

‘’Alhamdulillah, untung aja belum telat. Lagian tadi abang bawanya lama banget, kalo ngak aku suruh cepet-cepet pasti aku di tutupin deh’’ ucapnya seraya membuka helm.

‘’Aduh dek, ini kan udah sampai bisa ngak sih ngak usah ngoceh mulu. Panas nih kuping dengernya. Udah masuk sana!’’ ucap Rio yang begitu gemes dengan Rara

‘’Iya iya bawel deh, nih helmnya. Assalamu’alaikum Abang ganteng akuhh’’ pamit Rara sambil meledek Rio

Wa’alaikumussalam, perasaan yang bawel dia deh, kenapa malah abangnya yang ganteng ini yang di bilang bawel. Dasar Rara. Batin Rio

Baru saja Rara sampai di ruang kelasnya, bel masuk pun sudah berbunyi menggema di area sekolah. Tak lama setelah bel berbunyi, beberapa guru pengawas ruangan pun terlihat mulai memasuki kelas-kelas pertanda ujian akan segera di mulai.

Salah satu guru yang bertugas megawas di ruangan Rara pun masuk dan langsung meminta siswa/i untuk berdoa. Setelah berdoa, soal-soal ujian pun mulai di bagikan.

Huft Alhamdulillah soalnya tidak jauh beda dari materi kemarin. Batinnya gembira saat mengamati soal-soal yang baru saja ia terima.

Rara terlihat begitu tenang saat mengerjakan soal demi soal yang ada di hadapannya. Karena sudah matang dalam menguasai materi, jadi ia tidak terlalu panik saat melihat soal-soal yang bertebaran di atas kertas itu.

Bahkan sebelum waktu berakhir pun ternyata Rara sudah menyelesaikan pekerjaannya, tak ada satu soal pun yang jawabannya kosong. Semua soal di isi dengan jawaban terbaik menurutnya ‘’Alhamdulillah selesai juga’’ gumamnya pelan sambil mengecek kembali lembar jawabannya.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya bel yang di tunggu-tunggu terdengar juga. Itu berarti ia sudah boleh untuk mengumpulkan lembar jawabanya kepada pengawas.

----

‘’Ra.. tumben banget tadi dianterin, biasanya kan kamu ngak mau alasannya udah gede lah atau kalo diantar kaya anak kecil lah terus...’’ Rara memotong ucapan Riska teman sebangku di kelasnya. Jari telunjukknya ia dekatkan tepat didepan bibir Riska. ‘’sstt... Ris bisa ngak sih kalo ngomong itu pake jeda dulu’’ ucapnya yang sedang serius dengan buku-buku yang tergeletak di atas meja.

‘’Sebenanya sih ngak mau, tapi berhubung tadi itu udah mepet banget waktunya dan kalo telat lima menit aja, bisa-bisa aku ngak ikut ujian hari ini’’ sambungnya.

‘’Eh tapi ngomong-ngomong yang antarin tadi pagi itu siapa? pacar ya? ’’ kepo Riska, sementara Rara justru malah tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu.

Apa? jadi si Rara udah punya pacar, tapi ngak mungkin deh orang dia aja sentuhan tangan ngak mau sama aku, masa sekarang malah pacaran. Batin seseorang yang tidak sengaja mendengar percakapan Riska dengan Rara.

Rara masih belum menjawab pertanyaan Riska, ia malah masih menertawakan Riska. Sementara Riska malah semakin kepo. Karena menurut Riska, Rara itu sangat anti pake banget deket-deket sama teman laki-laki, makanya ia begitu penasaran saat tadi pagi melihat Rara diantar seorang laki-laki.

Rara tidak ingin menjawab pertanyaan itu, ia justru akan mengenalkan Riska pada Rio kakaknya saat nanti ia di jemput.

Sejak pertama masuk SMA, Rara memang jarang sekali atau bahkan belum pernah diantar Rio sampai ke depan gerbang sekolah karena ia selalu menolak dengan alasan kalau ia itu sudah dewasa dan ingin mandiri. Ya begitulah sifat Rara yang bisa dibilang keras kepala, kalau ia sudah berkata iya makan sulit untuk diubah menjadi tidak.

Saat mereka sedang asik mengobrol sesekali di selingi candaan yang membuat mereka tertawa, tiba-tiba saja bel berbunyi, pertanda bahwa jam ujian kedua akan segera di mulai.

Riska yang berbeda ruang ujian dengan Rara buru-buru bangkit dari duduknya dan langsung bergegas menuju ruang ujiannya, khawatir sudah ada pengawas yang sudah masuk ke ruang ujiannya. Sementara Rara sibuk merapikan buku-buku yang tadi ia pelajari sebentar, dan ia pun segera menyiapkan peralatan ujiannya.

Salah satu guru yang bertugas mengawas pun masuk dan langsung mengintruksikan agar barang-barang yang ada di atas meja atau pun di kolong meja dan yang berhubungan dengan ujian segera di masukkan ke dalam tas, lalu meletakkannya di depan.

Sejurus kemudian, soal-soal dan lembar jawaban mulai di bagikan oleh pengawas. Dengan mengucap Bismillah, Rara mulai mengerjakannya.

Saat sedang fokus menulis jawaban demi jawaban, seseorang memanggilnya.

"Sstt.. Ra.. Rara.. Ada pulpen lagi ngak? Pinjam dong Ra" pinta Azka.

Dengan rasa malas dan kesal ia pun menoleh ke arah Azka "Makanya besok-besok siapin pulpen sekarung, biar ada cadangannya kalau habis" ucapnya sambil mengambil pulpen lalu memberikannya kepada Azka.

Pengawas yang melihat mereka berdua, segera menegurnya. Karena peraturan di sekolah sangat ketat apalagi kalau sedang ujian seperti ini. Kalau ketahuan pengawas sedang mengobrol pasti langsung di tegur.

"Kamu yang di belakang!" pengawas tersebut menunjuk Azka, sontak saja ia pun kaget saat di tegur.

"Kenapa malah ngobrol dan bukan mengerjakan? " pengawas bangkit dari duduknya dan berjalan menuju tempat Azka.

Awalnya Rara tidak peduli dengan apa yang terjadi. Tapi ia pun merasa kalau Azka tidak bersalah dan ikut membelanya

"Tapi Bu, saya cuma pinjam pulpen sama Rara. Kalau ngak pinjam saya ngak bisa lanjutin ngerjainnya Bu" jelas Azka

"Tapi kenapa harus pinjam dengan Rara?" tanya pengawas

"Karena saya di depannya Bu, lagian kalau dia pinjam ke teman sebelah ke jauhan Bu." bela Rara.

Beneran yang tadi Rara belain aku? Ya semoga dia ngak kesel dan sebel deh sama aku.

Setelah mendengar penjelasan Rara, akhirnya Azka di perbolehkan melanjutkan ujiannya lagi. Pukul 11.30 bel berbunyi pertanda bahwa ujian telah selesai. Semua siswa/i pun segera mengumpulkan lembar jawaban kepada pengawas.

"Eh Ra.. makasih ya untuk yang tadi" ucap Azka saat Rara hendak duduk setelah mengumpulkan lembar jawaban.

"Ehhmm,, makanya besok-besok jangan lupa tuh beli pulpen sekarung, biar nggak kaya tadi lagi" ocehan Rara tanpa menoleh ke Azka karena ia sedang merapikan barang-barangnya.

Di luar ruangan Rara ada Riska yang sedang menunggunya. Wajahnya pun tak karuan, antara pusing karena habis menjawab soal-soal yang cukup sulit, ia juga merasa kesal karena Rara belum juga keluar dan wajah-wajah kepo karena ingin tahu tentang laki-laki yang akan Rara kenalkan kepadanya.

"Haduh.. si Rara lama banget deh. Masa aku suruh nunggu mulu. Udah tau nunggu itu kan nggak enak.. Huh! " gerutunya, yang tanpa disadari orang yang ia tunggu sudah ada di belakangnya.

"Masa sih? Emang kamu nungguin siapa sih Ris" ledek Rara yang membuatnya kaget "ya ampun Ra, kenapa ngak bilang sih kalau kamu udah keluar" rajuk Riska

"Habisnya tadi tuh aku mau panggil kamu, eh kamu malah ngomong sendiri. Ya udah aku diamin aja deh"

"Isshh.. terus kita jadi nggak nih ketemu sama Aa kamu?" tanya Riska yang langsung di jawab cepat oleh Rara "jadi dong, biar kamu ngak kepo. Yuk dia lagi otw ke sini ko" Rara mengajak sahabatnya yang sedang merajuk. Sebenarnya sih bukan marah tapi cuma kesal.

"Jadi beneran yah kalau Rara punya pacar?" gumam seseorang yang mendengar pembicaraan Rara dan Riska.

Sinar mentari yang begitu terik ditambah lagi angin yang di tunggu tak kunjung datang, membuat cuaca semakin panas. Mereka masih setia menunggu kehadiran seseorang yang masih belum datang juga.

Sementara di lain tempat, ada sepasang mata yang diam-diam memperhatikan Rara dan Riska dari jauh.

"Raa.. Aa kamu kapan nih datang nya? Panas banget nih Ra.. Ternyata Aa kamu sama aja kaya kamu, suka banget bikin orang nunggu" keluh Riska

"Sabar Ris.. Kalau kamu ngak mau ketemu ya nggak apa-apa sih tap.. " ucapannya terpotong "aku mau ko nungguin, yang penting bisa ketemu sama aa kamu" senyumnya merekah dengan tiba-tiba.

Sekolah semakin sepi, karena para siswa/i sudah kembali ke rumah masing-masing. Tapi belum ada tanda-tanda kalau Rio akan datang. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk pulang saja. Baru beberapa langkah, mereka menoleh karena ada yang memanggil Rara.

Rara yang menyadari kalau yang datang adalah Rio, langsung menarik tangan Riska dan menghampiri Rio.

"Ra.. jadi ini si Aa yang tadi pagi anterin kamu?" tanyanya histeris. Rara yang melihat tingkah Riska hanya bisa diam.

"Aa?" Rio bingung apa maksudnya panggilan aa itu.

"Iya,, Aa yang tadi pagi antarin Rara ke sekolah kan A? "

"Oh iya dong, kenalin saya Rio Aa tersayangnya Rara" ucap Rio sambil melirik ke Rara

"Riska A.. jadi benar ya kalau Aa ini pacar Rara?" belum sampai Rio atapun Rara menjawab. Seseorang yang mendengarkan pembicaraan mereka tiba-tiba datang.

"Pacar? " Rara, Rio dan Riska kompak menoleh ke sumber suara.

"Azka? Kamu masih disini, kamu lagi ngapain? " Rara mulai menginterogasi Azka

"Palingan tuh dari tadi dia ngikutin kita dan ngupingin, iya kan Ka?" Riska menyambar pembicaraan

"Ehh.. enggak, aku ke sini karena mau balikin ini pulpen yang tadi" ia mengeluarkan sebuah pulpen dari sakunya.

"Alaaah.. palingan itu alasan aja ya kan?" sahut Riska

"Kenalin saya Rio, Aa kesayangannya Rara" Rio menjulurkan tangannya kepada Azka

"Azka Ka" ia menyalami tangan Rio.

"Ya sudah Ra, kita pulang yuk. Eh tapi sebelumnya Aa mau ajak kamu pergi ke suatu tempat" ajak Rio tapi tidak ada sahutan dari Rara.

"Ra.. bukannya kamu selalu jaga jarak ya sama laki-laki?" tanya Azka tertunduk

"Kalo itu sih harus, tapi masa sama kakak sendiri nggak boleh sih. Rara ini adik tersayangnya Aa Rio" jawab Rio sambil memberikan penjelasan pada Azka da Riska yang salah paham.

"Yuk Ra otw, guys duluan yah Assalamualaikum" pamit Rio pada dua teman Rara.

Riska dan Azka hanya diam terpaku sambil menatap Rara dan Rio yang berjalan semakin menjauh. Mereka masih tidak mengerti maksud ucapan Rio. Keduanya pun saling bertanya-tanya.

"Jadi dia bukan pacarnya, tapi kakaknya ya. Ah mas sih, aku ngak percaya deh" gumam Riska sambil berpikir-pikir

"Kamu kenapa ngak percaya sih sama sahabat sendiri. Udah tau mereka itu adik kakak, bukannya pacaran" ucap Azka tegas.

"Santai bro santai ngak usah ngegas gitu dong,, sampe segitunya kamu belain Rara. Oh aku tahu, kamu tuh ada hati ya sama Rara. Sampe-sampe kepo sama si Aa yang kita omongin di kelas tadi kan? Ngaku deh" Riska coba menggoda Azka, kali-kali aja dia beneran jujur sama Riska masalah hatinya.

"Sok tahu, udah ah duluan. Kamu jagain tuh sekolah jangan sampai ada yang bawa kabur. Assalamualaikum"

"Jagain, emang rumah keong yang bisa di bawa kabur gitu aja. Huh dasar, aku tuh yakin deh kalau dia ada hati sama Rara. Tapi gengsi mau jujur" gumam Rara sambil berjalan ke arah parkiran motor untuk mengambil motornya.

Kalau tadi aku sampai jujur ke si Riska, bisa-bisa heboh satu sekolah. Tapi gengsi juga aku harus ngakuin masalah itu. Batin Azka

Karena Azka sudah pulang, Riska pun segera menuju parkiran motor siswa. Dari kejauhan, Riska melihat seseorang sedang termenung di atas motornya. Dan ternyata dia adalah Azka.

"Bro! Ngapain ngelamun di sini, awas ke sambet loh siang-siang begini. Masih mikirin si hati yang berharap ke Rara ya, ya kan? " Riska menjeda ucapannya sesaat. "Eh bro aku duluan yah, mending kamu aja gih sana yang jagain sekolah biar ngak kabur. Haha.. Assalamualaikum" ucapnya setelah memanasin motornya lalu melaju meninggalkan Azka yang masih ada di sana.

Azka masih tidak mengerti dengan hatinya sendiri. Jiwa dan pikirannya pun melayang dan berangan-angan tak tentu. Akhirnya setelah cukup lama termenung, ia pun segera menyadarkan dirinya sendiri dan tidak mau terlalu berlarut-larut memikirkan seseorang yang bukan siapa-siapanya. Dan segera ia menggas motornya agar cepat sampai ke rumah.

Terpopuler

Comments

♀️

♀️

semangat lanjut

2022-07-24

0

𝓐𝔂⃝❥🐺𝕯𝖎𝖆_ᴍ֟፝ᴀꜰɪᴀ

𝓐𝔂⃝❥🐺𝕯𝖎𝖆_ᴍ֟፝ᴀꜰɪᴀ

mampir ya kak...
semangat thor 🤗

2022-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!