Riska yang sedari tadi menunggu Rara untuk mengajaknya istirahat, tak kunjung keluar kelas. Saat Riska masuk ke kelasnya, ia sedang duduk tapi tak ada satu buku pun di atas mejanya. "Ra.. kantin kuy!" Riska mendudukan tubuhnya di samping Rara. Namun tak ada tanggapan apapun "Ra.. Kamu ngapain sih. Ra.. Ra.. Rara!" serunya dan membuat Rara terkejut. "Astagfirullah" gumam Rara saat ia tersadar dari lamunannya "Riska! Kenapa sih kamu selalu ngagetin aku" "Apa? Ngagetin? Aku tuh udah dari tadi panggil-panggil kamu, kamunya aja yang bengong nggak denger" "Kamu kenapa sih Ra? " tanya Riska, lalu Rara pun menyerahkan surat yang baru saja ia baca. "Coba deh kamu baca" pintanya Raut wajah Riska berubah saat ia selesai membaca surat tersebut. Senang, bingung dan aneh bercampur jadi satu di raut wajahnya. "Pengagum Rahasia?" gumam Riska sambil menoleh ke arah Rara dan Rara hanya menaikkan bahu sebagai tanda kalau ia tidak tahu. Sejenak Riska berpikir "Ouh jangan-jangan ini tuh fans kamu Ra." Mendengar ucapan Riska membuatnya malah semakin bingung "Fans? Ngapain juga mereka ngefans sama aku Ris." Sontak saja ucapan yang di lontarkan Rara membuat Riska tak bisa lagi menahan tawanya. Ia kadang bingung dan gemesh dengan kepolosan Rara. "Maksud aku begini, bisa aja si Pengagum Rahasia itu adalah orang yang diam-diam menaruh hati sama kamu alias dia suka kamu tapi malu untuk ungkapinnya atau bisa jadi dia orangnya gengsian" Riska berusaha menjelaskan. "Hah? Ngak mungkin lah Ris. Kamu ngaco ih, kuy ah kantin" Rara pun melenggang ke luar kelas agar Riska tidak membahas perihal surat tersebut. Melihat Rara sudah keluar kelas, buru-buru ia menaruh kertas tersebut ke dalam tas Rara. Lalu dengan sekuat tenaga ia pun mengejar Rara ---- Suasana kantin yang tidak begitu ramai karena siswa/i kelas X dan XI sedang libur. Jadi Rara dan Riska bebas duduk di mana saja sambil menunggu makanan mereka datang. "Ra.. Nanti pulang sekolah boleh ya aku belajar bareng kamu. Soalnya besok pelajarannya susah-susah, ya please boleh ya" rengek Riska "Hmm.. Gimana ya Ris.. Boleh sih tapi... " "Yes Alhamdulillah.. Terima kasih Rara ku yang cantik" Riska memotong ucapan Rara. ‘’Kan aku belum izinin kamu, kenapa udah langsung senang begitu’’ ‘’Sssttt udah Ra.. Kamu nggak usah ngomel-ngomel gitu ah. Tuh liat makanan kita otw ke sini.’’ Mata Riska menunjuk seseorang yang membawa dua mangkuk bakso dan juga dua gelas es teh. ‘’Neng ini makanannya..’’ ucap Mang Dadang seraya meletakkan dua mangkuk bakso dan eh teh di hadapan mereka ‘’Ok Mang, makasih ya Mang’’ sahut Rara ‘’Ok Neng, sama-sama.’’ balas Mang Dadang, lalu pergi meninggalkan Rara dan Riska Setelah mang Dadang pergi, Riska langsung menuangkan saus dan sambal ke dalam baksonya. Sementara Rara lebih memilih membaca doa dulu baru kemudian menambahkan saus dan sambal. Baru saja Riska hendak melahap bakso, tiba-tiba saja Azka datang dan langsung duduk persis di samping Riska yang berarti ia sedang berhadapan dengan Rara "Iihhh.. Azka! Ngapain sih duduk dinl sini? Kan masih banyak tempat, lagian tumben banget sendirian aja" Riska mendengus kesal "Ehmm Ra, aku boleh ikut belajar bareng kalian nggak? " tanyanya ragu-ragu Belum sempat Rara menjawab, dengan cepat Riska yang menjawabnya "No.. No.. No.. Ini khusus perempuan aja. Lagian kan kamu udah pintar pake banget, segala ikut-ikutan aja sih" "Yaelah Ris, yang di tanya kan Rara kenapa yang jawab kamu sih?" ucap Azka kesal. "Ssttt... Ih udah pada gede masih berantem aja sih. Ya udah nanti aku izin sama kakak aku dulu, kalau boleh nanti aku kasih tau kalian ya" ‘’Yah Ris, kan tadi aku udah di izinin kan’’ ucap Riska kecewa ‘’Kata siapa, kan tadi aku belum bilang iya tapi kamu udah kesenangan duluan’’ balas Rara ‘’Haha… Kasian deh, makanya jadi orang jangan sok kepedean deh.’’ Azka kembali membuat Riska kesal. ‘’Azkaaa….!!!!’’ teriak Riska saat Azka berhasil kabur Setelah berhasil membuat Riska kesal dan marah, Azka lalu kabur begitu saja dan membuat Riska semakin kesal dengannya. Sementara Rara hanya menggelengkan kepalanya dan tidak ingin terlibat. Karena kan kalau di sekolah Rara sok-sok jaim gitu, jadi dia akan selalu jaga image di depan siapa saja kecuali mereka yang sudah kenal dekat. ------ Selesai makan, Rara dan Riska pun segera menuju kelas masing-masing karena bel sudah berbunyi. Karena kalau sampai mereka telat, bisa saja pengawas yang ada di ruangan tersebut tidak mengizinkan masuk dan mereka harus menunggu sampai jam ujian selesai. Saat sedang berjalan menuju kelas, tanpa sepengetahuan mereka ada seseorang yang mengikuti mereka. Bahkan ia benar-benar ingin tahu di mana ruangan Rara. "Jadi dia ada di ruangan itu? Berarti dia anak kelas sebelah ya?" ucap seseorang saat melihat Rara memasuki salah satu ruangan persis di samping ruangannya. Tak lama Rara masuk, guru pengawas pun datang dan segera memulai ujian untuk mempersingkat waktu. Dengan santainya jari jemari Rara menari-nari di atas kertas jawaban. Seolah-olah tak ada kesulitan apapun. Berbeda dengan Riska yang begitu panik dan raut wajah yang bingung, bukannya mengerjakan soal, Riska malah menaruh kepalanya di atas meja dan mengetuk-ngetuk kepalanya dengan pulpen, pertanda kalau ia sedang pusing dan bingung. Dua jam waktu yang di berikan sekolah kepada siswa/i untuk dapat menyelesaikan soal-soal tersebut. Tapi tidak dengan Rara, ia hanya butuh waktu satu setengah jam saja untuk menjawab seluruh soal. Sementara persis di belakang Rara ada Azka yang ternyata sudah menyelesaikan tugasnya. Bukannya ia mengecek kembali lembar jawabannya, pandangannya malah fokus ke Rara. Padahalkan Rara juga membelakanginya. Krriingg.... Krriiingg... Krriiinggg.. Bel berbunyi tiga kali, yang berarti waktu sudah habis dan sudah waktunya untuk mengumpulkan jawaban kepada pengawas. Jika seluruh siswa sudah mengumpulkan lembar jawaban, maka pengawas sudah memperbolehkan siswa/i pulang. Baru saja Rara hendak melangkah keluar, tiba-tiba Azka menahannya. "Eh tunggu Ra! " Rara pun langsung membalikkan tubuhnya. "Hmm.. Kenapa Azka? " "Gimana Ra? Boleh nggak aku ikut belajar bareng kalian?" Sejenak ia berpikir . Gimana ya… aku lupa bilang lagi sama Bbang Rio. Eh tapi nggak papa deh, kalau masalah belajar pasti Bang Rio izinin mereka untuk ke rumah. "Huft’.. Ya udah ayo!" Rara pun memperbolehkan Azka untuk ikut. Dan ia langsung keluar mendahului Azka Alhamdulillah.. Kapan lagi coba bisa belajar bareng sama Rara. Batin Azka begitu bahagia Saat Rara hendak keluar kelas, ia kembali menoleh ke belakang dan ternyata Azka malah masih di tempat duduknya dan melamun. Duh Azka.. Untung masih di sekolah coba kalau udah di rumah bisa-bisa dia kaget mendengar ocehan Rara yang begitu panjang lebar. "Ka.. Azka! Ngapain sih pake bengong di situ. Katanya mau ikut aku belajar bareng. Ayo!" Panggil Rara yang sudah berada di ambang pintu kelas. Mendengar ucapan Rara yang ternyata cerewet, mengingatkankannya pada mama yang juga cerewet. ‘’Ternyata dia cerewet juga ya kaya Mama’’ gumamnya pelan Saat Rara hendak menemui Riska, tiba-tiba seseorang menghadangnya di depan. Di lihatnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Seorang laki-laki dengan wajah yang lumayan tampan, tinggi dan berbadan tegap. Siapa ya? Ko aku baru ngeliat dia sih? Kayaknya selama aku sekolah di sini belum pernah liat ini orang? Apa aku yang kudet ya karena jarang banget keluar kelas? Ah tapi nggak juga deh?. Pikirannya di penuhi banyak pertanyaan tentang laki-laki yang sedang berdiri di hadapannya "Rara kan? Kamu Rara anak kelas IPS 2? tanyanya. Dalam hati ia begitu heran dan bingung. Ko dia bisa tau nama aku ya, perasaan aku bukan siswi yang terkenal deh. "Emmm... Iya, saya Rara" jawabnya sedikit gugup. Ini siapa sih? Ko bisa-bisanya dia kenal sama Rara. Nggak mungkin banget kan kakaknya, masa seumuran sih. Apa mungkin adiknya, tapi lebih nggak mungkin juga. Perasaan ini orang belum pernah deh keliatan di sekolah ini. Batin Azka "Iya Ra, sorry banget nih sebelumnya. Sebenarnya saya mau minta maaf soal kemarin." ucapnya yang membuat Rara semakin bingung. Minta maaf apaan sih, ketemu aja baru kali ini. Nggak jelas banget deh nih orang. Sabar Ra.. Sabar Istigfar. "Hmm.. Tapi minta maaf untuk apa? Bukannya kita baru kali ini bertemu?" tanya Rara dengan wajah tertunduk. Bukannya Rara takut, hanya saja ia berusaha menjaga pandangannnya. Agar ia tidak memandang laki-laki yang bukan mahromnya. "Oh iya, maaf saya lupa jelaskan. Kamu yang kemarin ada di toko buku kan? Dan tanpa sengaja saya yang menabrak kamu. Karena saya sedang buru-buru, jadi maaf tidak membantu kamu kemarin" ia berusaha menjelaskan "Oh iya, tidak apa-apa. Kalau gitu saya permisi. Assalamualaikum" pamit Rara Baru saja satu langkah, laki-laki itu kembali menahannya. "Tunggu!" "Maaf, kenalin saya M. Ilham Firdaus. Panggil saja Ilham, saya anak IPS 3" ternyata ia ingin memperkenalkan dirinya Rara hanya mengangguk sebagai jawabannya. Sementara Azka menyambut uluran tangan Ilham. "Saya Azka, sahabat Rara" ucapnya sambil tersenyum "Kalian pulang bareng?" tanyanya lagi "Iya, kami ingin belajar bersama di rumah saya. Bersama dengan Riska sahabat saya juga" jawab Rara "Kalau begitu apa boleh saya ikut serta dengan kalian?" pintanya Apa? Kenapa sih harus dengan dia juga. Padahalkan aku belum izin sama Bang Rio. Terus aku harus jawab apa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments