Chapter 5 - Riska dan Azka

Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Rara mengizinkan Ilham untuk ikut belajar bersama dengannya. Meski ia belum sempat izin sama Rio, tapi Rara yakin kalau Rio tidak akan marah. Namun Rara tetap mengirim pesan singkat kepada Rio, entahlah di baca atau tidak yang penting ia sudah mencoba meminta izin. Assalamualaikum Bang hari ini temen-temen aku mau ke rumah, soalnya mereka mau belajar bareng sama aku. Boleh kan Bang? Pesan yang dikirim Rara belum di balas bahkan di baca saja belum. Jadi biarlah, yang penting ia sudah izin. Untuk bisa ke rumah Rara yang jaraknya cukup jauh mereka pun mengendarai motor. Tentu saja Rara di bonceng Riska, padahal motor yang mereka naiki adalah milik Azka. Tapi karena Rara tidak mau di bonceng laki-laki yang bukan mahromnya, maka ia meminta Azka untuk meminjamkan motornya kepada Riska. Azka yang paham dengan permintaan Rara pun hanya mengiyakan dan Azka sendiri di bonceng Ilham. Butuh waktu sekitar 20 menit untuk sampai di rumah Rara. Siang itu memang sedang tidak macet, tetapi karena mereka melewati jalan raya dan bukan jalan tikus yang biasa di lewati Rio, jadilah mereka sampai rumah Rara dalam waktu cukup lama dari biasanya. Setelah sampai didepan rumah, Rara melihat motor Rio yang terparkir. "Lah ini motornya si Abang, emang dia nggak kerja ya? Terus kenapa chat aku nggak di balas." gumamnya saat menuruni motor. "Ini rumah aku, maaf ya nggak semewah rumah kalian dan maaf kalau nanti makanan yang aku sediin seadanya" ucap Rara ‘’Ra… santai aja kali, sahabat itu nggak mandang hal-hal kaya gitu. Yang penting bisa selalu bersama saat suka dan duka, itu arti persahabatn yang sebenarnya’’ sahut Riska tulus ‘’Ya udah, yuk kita masuk.. ‘’ sambung Rara mengajak Riska, Azka dan Ilham. Udah cantik, baik, imut, sederhana lagi anaknya. Rara.. Rara idaman banget deh. Ternyata diam-diam Ilham begitu mengagumi Rara. "Woi! Bukannya masuk malah bengong" tegur Azka lalu ia pun masuk di ikuti Ilham. Di dalam rumah Rara ternyata benar kalau Rio sedang tidur dan ibu sedang memasak di dapur. Ia pun langsung menemui ibu untuk memberitahu kalau teman-temannya datang ke rumah. Saat ibu tahu kedatangan Riska dan yang lainnya, ibu pun segera menemui mereka yang sedang mengobrol di ruang tamu dan saling berkenalan. Sementara di dapur ada Rara yang di bantu Riska menyiapkan sedikit camilan agar mereka tidak kelaparan. Sejurus kemudian camilan serta minuman pun datang dan Rara mempersilakan mereka untuk mencicipinya. Kurang lebih tiga puluh menit mereka beristirahat. Nyemil sudah, sholat sudah bahkan makan siang pun sudah. Itu berarti sudah waktunya untuk mereka memulai belajarnya. "Yuk kita mulai sekarang, kan tadi udah makan jadi nggak mungkin ya nanti ada yang alasan nggak fokus karena belum makan atau alasan belum sholat. Ok" ucap Rara seraya menuju kamar untuk mengambil beberapa buku yang akan di pelajari. "Iya Rara ku yang cantik, baik plus cerewet.. " ledek Riska "Saya baru tahu loh kalau kamu ternyata cerewet" ucap Ilham saat Rara sudah kembali dengan membawa beberapa buku di tangannya. Tapi Rara tidak menanggapi perkataan Ilham, ia malah melihat kea rah Azka yang lagi-lagi melamun. Kalau liat Rara cerewet gini, aku jadi inget sama Mama deh. Lagi-lagi ia mengatakan hal yang sama seperti tadi saat ia di tegur Rara karena melamun. "Azka… katanya mau belajar ko malah melamun sih" tegur Rara lagi saat melihat Azka yang malah melamun bukannya mengeluarkan bukunya. Rekor baru dalam hidup Azka selama ia sekolah, baru kali ini ia di tegur sampai dua kali sama Rara yang terkenal jaim dan pemalu. "Eh iya Ra.. Maaf" gumamnya Akhirnya Azka mengeluarkan bukunya dan setelah semuanya siap dengan buku masing-masing, mereka mulai membahas satu persatu setiap bab yang di perkirakan akan keluar di ujian besok. Rara sudah seperti seorang guru les yang sedang mengajarkan tiga muridnya. Hal itu terlihat karena jika salah satu dari mereka tidak paham atau kurang mengerti dengan materi tersebut, maka Rara-lah yang akan di tanyai dan di mintai penjelasan. Rara sendiri tidak masalah dengan hal tersebut, selama ia masih bisa menjelaskan dan lebih paham maka ia tak sungkan untuk membagikan ilmunya kepada yang lain. Karena menurut Rara apa yang saat ini ia miliki adalah pemberian dari Allah, jadi ia pun harus bisa berbagi kepada yang lain semampunya, salah satunya adalah ilmu. Penjelasan dari Rara membuat Ilham terkagum dengannya. Cantik, pintar, cerewet adalah perpaduan yang pas yang ada dalam diri Rara. Bahkan tak hanya Ilham saja yang diam-diam mengagumi Rara, siapapun yang mengenal dekat dengan Rara pasti akan merasakan hal yang sama. Lain halnya dengan Riska yang diam-diam ternyata kagum dengan Ilham. Padahalkan mereka sedang belajar, tetapi sesekali ia memandagi wajah Ilham yang menurutnya luar biasa. Sepertinya ia mulai kagum dengan Ilham saat pertemuan tadi di sekolah. Siang tadi saat Riska sedang menunggu Rara di depan gerbang sekolah dengan wajah bête, kesal dan malas berubah menjadi wajah bingung dan kaget saat ia melihat Rara datang menghampirinya dengan dua orang laki-laki di belakangnya persisi seperti bodyguard pribadi Rara. ‘’Raa.. itu yang di belakang kamu siapa?’’ ia berbisik kepada Rara. Rara pun menoleh kea rah belakang, ‘’Oh, itu si Azka lah. Kan dia mau ikut belajar juga’’ jawabnya bercanda ‘’Ck.. Kalau itu sih aku tau Ra… Maksud aku yang sampingnya Azka’’tanyanya lagi, kali ini tidak berbisik Ilham yang paham maksud Riska, segera berjalan dan berdiri di hadapannya. ‘’Saya Ilham, teman baru Rara dan pastinya teman baru kamu juga kan, karena kamu dan Rara bersahabat. Dan kita akan menjadi sahabat’’ ucapnya ‘’Riska.. Iya, terima kasih sudah mau bersahabat dengan aku.’’ Pandangan Riska masih terfokus pada wajah tampan Ilham. ‘’Ekhmm.. Ris.. Inget ya jaga pandangan..’’ ucap Rara mengingatkan Mendengar ucapan Rara Ilham dan Riska langsung saling melepaskan tangan dan mengalihkan pandangan kea rah yang lain. Rara memang selalu seperti itu, kalau ia sedang bersama temannya lalu temannya terlalu lama bersalaman dan memandangi lawan jenis yang bukan mahrom, ia langsung mengingatkan kalau hal itu tidak baik. ----- Bahkan hingga kini, pandangannya kembali menatap lekat-lekat wajah Ilham yang sedang serius dengan pembahasan materi sore ini bersama Rara. ‘’Ok, semuanya sudah kita bahas bersama. Nanti tinggal kalian pelajari lagi di rumah. Terus… ‘’ Rara menjeda ucapannya saat ia melihat Riska yang sedang melamun sambil senyum-senyum sendiri. ‘’Ekhmm.. Riskaa.. Lagi ngapain kamu?’’ tegur Rara ‘’Astagfirullah, eh Ra.. Ini..anu.. apa yah, hmm aku lagi mikir kira-kira besok soalnya mirip-mirip kaya gini apa nggak.. hehe..’’ Riska terpaksa berbohong, karena jika ia jujur bisa-bisa ia di ledek habis-habisan sama Azka karena ia melamun gara-gara membayangi senyuman Ilham saat mereka berkenalan tadi. ‘’Eh Riska.. mana ada orang mikirin soal ujian sambil senyum-senyum sendiri’’ timpal Azka ‘’Lah suka-suka dong, masalah banget apa buat kamu?’’ ‘’Ya nggak sih, Cuma aneh aja’’’ ‘’Sstt.. Riska.. Azka.. Bisa nggak sih kalian nggak berantem dulu. Aku pusing nih dengernya, tadi di sekolah rebut, kemarin rebut, sekarang rebut juga. Kaya anak kecil aja deh bentar-bentar berantem lah ribut lah.. huft’’ omel Rara ‘’Ya udah.. mending sekarang kita pulang, kasian Rara pusing dengerin kalian rebut. Lagian sekarang udah sore juga’’ ucap Ilham sambil merapikan buku-bukunya. ‘’Perasaan yang punya rumah Rara deh, kenapa jadi dia yang ngatur ya’’protes Azka Baru saja Riska hendak membalas ucapan Azka, Ilham kembali berucap. ‘’Ya teserah sih, kalo saya sih mau pulang karena belajarnya kan sudah. Kalau kalian masih mau di sini ya terserah’’ balas Ilham Selesai berberes, Ilham segera pamit kepada ibu dan Rara. ‘’Saya duluan ya, Assalamu’alaikum..’’’’ Baru saja ia melagkah, Azka menahannya. ‘’Ilham..! Tungguin sebentar kali.. ‘’’’ Azka segera merapikan bukunya, lalu berpamitan. Tetapi Riska memanggilnya. ‘’Azka, tungguin aku dong. Kan kita ke sini bareng-bareng, berarti pulangnya juga bareng-bareng. Lagian masa kalian tega sih ninggalin aku dan biarin aku pulang sendiri.’’ gerutu Riska sambil merapikan barang-barangnya.’’ ‘’Aduh ribet banget sih kamu, Udah sana pamit sama Ibunya Rara’’ perintah Azka ‘’Iya.. iya.. Azka. Bawel banget sih’’ Riska segera bangkit lalu meminta izin dengan Ibu Rara yang sedang berberes halaman belakang Rara yang melihat tingkah mereka hanya menggelengkan kepalanya, baru saja tadi ia nasehati mereka agar tidak berantem, eh malah berantem dan ribut lagi kaya tikus dan kucing, tiap kali ketemu pasti ribut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!