THE ALEXIS

THE ALEXIS

RACE

Pegunungan tengah malam. Di saat hampir seluruh mata penduduk kota terpejam, keramaian justru bangkit di tengah gerimisnya hujan.

Hingar-bingar keriuhan suara manusia dengan musik hip hop sebagai backsound-nya, terasa begitu menyenangkan. Dan juga menghangatkan suasana malam yang makin memabukkan untuk berkumpul dan berbagi canda tawa bersama kawan.

Deru suara mesin yang bersaut-sautan mulai menjadi pusat perhatian. Seperti biasa, akan ada pertandingan untuk mengadu kecepatan.

Dan kini, mereka sudah bersiap untuk memulainya. Ada dua mobil balap yang sangat mengagumkan telah bersiap sedia. Mereka hanya tinggal menunggu sang Lady mengibaskan sapu tangannya.

“One___two___three, GO!” Dan melesat lah kedua mobil itu bagaikan kuda.

Malam makin larut, sedangkan Godzilla GTR-R35 dan McLaren 765LT Spider masih berpacu dengan derasnya air hujan yang mengguyur medan pertempuran.

Dua mobil tersebut pastinya tidak akan berhenti hingga mencapai batas akhirnya. Mereka berusaha untuk saling mengalahkan.

Kejar-mengejar, salib-menyalip hingga tikung-menikung adalah keahlian mereka. Dan itu lah yang sedang mereka lakukan, untuk memperjuangkan sebuah kemenangan.

Yah, seperti biasa. Setiap weekend, pasti akan ada street race yang menggunakan lintasan pegunungan sebagai medannya.

Kini sang Black Spider tengah memimpin, sedangkan Grey Godzilla tampak mengekor di belakang. Masih terlalu dini untuk menentukan siapa yang akan jadi pemenang.

Seseorang di balik kemudi Godzilla tampak begitu tenang, bahkan dia hanya menyetir dengan menggunakan satu tangan.

Tangan kanan bersandar di kaca mobil untuk menopang pipinya. Entah karena dia sudah menguasai medan, atau memang memiliki kemampuan.

Yang jelas, kedua bola matanya tetap menatap mobil dan lintasan di depannya dengan sangat tajam. Itu menunjukkan bahwa fokusnya tidak pernah hilang.

Di tiga perempat lintasan, sang Godzilla berhasil mengimbangi laju Spider yang memimpin di depan.

Dan saat berada di tikungan tajam, sang penantang melakukan drifting di bagian dalam jalan. Mau tidak mau membuat sang Spider tergusur ke bagian luar jalan. Alhasil Godzilla tersebut kini mendapatkan jarak untuk membalikkan keadaan.

Jarak antar moncong mobil mereka memang hanya berbeda beberapa centi, namun hal itu bisa menjadi tolak ukur yang pasti. Bagi setiap pengemudi, hal itu merupakan jarak yang begitu berarti, dan sangat menguntungkan untuk mengakhiri pertarungan di malam yang syahdu ini.

Dengan memanfaatkan kemiringan di bagian dalam jalan, Godzilla tersebut menambah kecepatan, melesat meninggalkan Spider yang tadinya sempat menjadi pengendali keadaan.

Bisa ditebak, sang pengemudi Spider pasti kesal bukan main. Baru pertama kalinya dia dikalahkan di kandangnya sendiri.

Tunggu dahulu, apa dia benar-benar kalah? Tidak! Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Pertarungan belum usai. Dia tidak boleh kalah dengan orang asing ini.

Walau sang Spider tetap berusaha untuk mengejar laju mobil di depannya, tetapi tetap saja lawannya itu tak memberikan celah sedikit pun untuknya.

Garis finish pun sudah di depan mata, tetapi dia masih harus berusaha untuk membalikan keadaan.

Selama ini dia belum pernah kalah, dan dia pun tidak mau dikalahkan. Dia tak akan membiarkan musuhnya mendapat kemenangan.

Dia terus menempel pada mobil di depannya, dan tak akan memberikan kesempatan pada musuhnya untuk melakukan aksinya yang kedua.

Dalam menganalisa kemampuan lawan, dia memang ahlinya. Perlu diakui, bahwa lawannya kali ini memang memiliki skill yang luar biasa.

Ada celah untuk membalikan keadaan, tetapi sayangnya kali ini dia terlambat menyadarinya. Ternyata sang lawan pun juga menyadari bahwa dia bisa membalikan keadaan.

Dan tanpa membuang-buang waktu, sang lawan pun melakukan hal yang sama untuk kedua kalinya.

"What the__!?"

Drifting yang dilakukan orang itu benar-benar berbahaya. Dia benar-benar nekat.

Hujan memang telah reda, tetapi air hujan yang membasahi aspal bisa saja menggelincirkan bannya. Jurang yang curam di bawah sana siap menantinya.

Lebih gilanya lagi, orang itu tidak hanya melakukannya sekali dua kali.

Karena perbuatan gila lawannya, dia harus menuai kekalahan kali ini. Dia memusnahkan ambisi untuk menang malam ini karena dia masih harus hidup di dunia ini.

Dan akhirnya dia mencapai garis finish tiga puluh detik lebih lambat dari Grey Godzilla milik sang penantang kali ini.

...***...

Seseorang dengan mengenakan hoodie berwarna biru muda, keluar dari Godzilla yang sedang dikepung oleh puluhan manusia yang tengah bersorak-sorai menyambut kedatangannya. Seketika mereka terkesiap di tengah-tengah suara mereka saat melihatnya.

Bagaimana tidak? Tidak pernah terlintas di benak mereka bahwa seorang wanita yang akan keluar dari dalam sana.

Wanita itu tidak memperdulikannya, dia hanya memberikan seulas senyum singkat untuk mereka. Seulas senyum kikuk yang begitu singkat, namun mampu mengalihkan dunia mereka.

Dia meninggalkan mereka bersama imajinasi mereka, memberikan tanda untuk memberikan jalan untuknya. Dan entah mengapa, mereka menyingkir begitu saja bagaikan robot yang patuh pada aba-aba.

Wanita itu berjalan sambil menoleh kebelakang. Merasa aneh dengan tatapan dan tingkah semua orang.

There is something wrong with ma face?

Entah lah, dia menelengkan kepalanya sesaat lalu memilih untuk mengabaikan mereka semua.

Dengan langkah ringan, dia menghampiri mobil yang baru saja datang. Sedangkan di belakang, mereka masih berkasak-kusuk dengan dia sebagai topik pembicaraan.

Hal itu tetap dia abaikan. Karena sekarang, dia sedang ingin menyambut kekalahan sang lawan.

Keningnya berkerut saat melihat seseorang keluar dari Black Spider yang merupakan sang penguasa kandang.

Orang itu adalah seorang pria dengan hoodie dan celana jeans berwarna hitam, yang kini tengah menatapnya lekat dengan sorot mata tajam.

Tatapan itu, bagaikan tatapan yang mampu membekukan semua orang. Tatapan itu mengintimidasi dan menguliti siapa saja yang menjadi objek sasaran.

Dalam beberapa detik, dia telah berada tepat di depan sang lawan. Sedikit mengejutkan, bahwa ternyata pria itu terlihat lebih tampan dari yang dia bayangkan.

Jika boleh menggambarkan, saat ini dia sedang berhadapan dengan maha karya paling indah yang diciptakan oleh Tuhan.

Orang itu bagaikan dewa dari surga yang datang untuk mengembara di dunia yang fana. Entah bagaimana manusia ini tercipta. Seluruh lekukan wajahnya terpahat dengan sempurna, bahkan pancaran sinar rembulan pun turut memujanya.

Ya, satu kata yang tepat untuk diucapkan. Tampan! Namun memiliki aura yang menakutkan.

Persis seperti mata elang. Mata monolit nan sipit itu memiliki tatapan yang dingin sedingin es dan tajam setajam pedang.

Mungkin icicles lebih mirip untuk dijadikan sebagai perumpamaan. Tapi... icicles tidak lah setajam pedang yang bisa menyayat seseorang.

Adakah benda yang lebih bisa dijadikan sebagai gambaran? Entah lah. Sangat sulit untuk didefinisikan.

Yang jelas pria ini memiliki aura gelap yang begitu dominan. Hal itu dipertegas dengan kedua rahang yang tajam, bahkan udara dingin pegunungan menambah atmosphere di sekelilingnya terasa begitu mengerikan.

"Khiara! Aaakh____itu Khiaraaaa!"

Wanita itu menoleh ke sumber suara yang telah meneriakkan namanya. Tampak beberapa segerombolan wanita histeris bagaikan fans yang bertemu dengan idolanya.

Khiara membuka tudung hoodie dari kepalanya, memberikan senyum manis dan melambaikan tangan pada mereka.

"Senang bisa bertanding denganmu. Mungkin lain kali kita bisa bertemu lagi di arena yang lebih seru."

Khiara kembali pada sang pria dan membuka percakapan dengan senyum ramahnya, tetapi tidak dengan matanya. Matanya begitu datar tanpa ekspresi di dalamnya.

"Apa maksud dari semua ini?" Setelah beberapa lama akhirnya pria tersebut membuka suara.

"Maksud semua ini?" Khiara tampak seolah sedang berpikir untuk mengartikan pertanyaan sang pria.

"Kurasa tidak ada, ini hanya lah balapan biasa."

Jawaban Khiara mampu membuat kedua tangan yang tersembunyi di balik saku hoodie hitam itu terkepal sempurna.

Mana ada balapan biasa yang menggunakan kenekatan sempurna? Wanita ini bisa saja tergelincir ke jurang kematian di atas sana!

Menuruni jalanan yang licin akibat hujan dan pada tikungan tajam dengan kecepatan layaknya setan. Apakah itu bukan salah satu usaha untuk menjemput kematian?

Oh, GOD!!

Seakan susah untuk membalasnya dengan kata-kata, pria itu hanya bisa memberikan tatapan beku dari kedua mata elangnya.

Tatapan yang begitu dalam dan intens hingga menembus ke dasar mata, seakan menelanjanginya untuk mencari jawaban yang harusnya dia terima.

Namun sayang, Khiara tak terpengaruh sama sekali dengannya. Tak ada jawaban yang bisa dia dapatkan dari sana.

Khiara hanya terus menatap tepat ke manik matanya tanpa ada rasa takut di dalamnya. Seulas senyum kecut tersungging di bibir mungilnya. Dan yang mengejutkannya, sedetik kemudian mata itu berhasil mengimbanginya.

Mata almon itu berubah menjadi sorot mata yang tajam nan mengerikan. Jika tatapan pria di depannya bisa membekukan apa pun yang dilihatnya, maka tatapan Khiara saat ini mampu mengoyak apa pun yang menjadi mangsanya.

Semua orang di sana bergidik ngeri melihatnya. Bahkan mereka merasa yakin, jika mereka telah melihat kilatan listrik yang begitu kuat saling beradu di antara mata keduanya. Hingga seseorang datang menginterupsinya.

Bagaimana pun juga, harus ada orang yang menengahi mereka. Jika tidak, maka akan tercipta medan pertempuran yang mencekam di tengah-tengah mereka.

"Senang bertemu denganmu Alex," ujar Khiara sambil berlalu.

Alex tetap menatap punggung Khiara tanpa memalingkan pandangannya barang sedetik pun darinya. Hingga Grey Godzilla itu melaju meninggalkannya, dia masih saja menatapnya.

***

-Awas nanti kalian buta lho kalau mata kalian saling beradu setrum kayak begitu. Wkwkkw-

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!