My Lovely Office Girl
“Hey!” seseorang menepuk pundak Ayumi sangat keras.
Gadis yang sedang duduk di meja dengan semangkuk mie di hadapannya itu menoleh.
“Una.” Katanya sambil mendegus pelan, juga kedua bola mata yang mendelik.
Una hanya tersenyum, kemudian dia duduk di samping Ayu, meletakan sepiring makan siangnya.
“Mienya jangan di aduk-aduk melulu! Di makan ... nanti kalo keburu ngembang Nggak enak!” katanya seraya menepuk lengan Ayu, lalu menyantap makan siangnya dengan riang.
Sementara Ayu masih diam dengan pikiran yang melayang entah kemana.
“Ayumi Kirana!” Una Kembali membuyarkan lamunan teman kerjanya itu.
“Apaan sih Una! Udah makan aja, … jangan ngagetin aku terus.” Sergah Ayu sembari memukul bahu Una.
Una hanya terkekeh, sikap temannya beberapa hari terakhir ini memang terlihat sedikit berbeda, dia lebih banyak diam dan tidak seceria biasanya.
“Makanya kalau lagi di deketin tuh agak baikan sedikit jadi cewek!” sindir Una kepada Ayumi.
Ayumi mencebikan sudut bibirnya, dan mulai memakan mie kuahnya yang mulai terasa dingin.
“Udah nggak di kejar lagi nyesel! Dikasih tahu ngeyel sih. Patah hati yang kedua kalinya kan!?” sindirnya lagi hingga membuat Ayumi menoleh dan menatap Una dengan sorot mata tajam.
“Temennya di semangatin kenapa sih! Ini dari kemarin malah di sudutin melulu.” Ucap Ayumi pelan.
“Nah kan, … dia ngaku sendiri kalau lagi patah hati!” Una terkekeh pelan. “Kemarin nggak mau ngaku kalau lagi mikirin si tato kepala Ular.” Sambungnya lagi.
Ayumi mengalihkan pandangannya Kembali, mulai makan sampai semangkuk mie miliknya tandas tanpa sisa.
“jadi, … gimana sekarang?” tanya Una, lalu dia menyesap es jeruk milik Ayumi.
“Kebiasaan!” Ayumi menarik gelas es jeruk miliknya, dan menyesapnya sampai habis dengan segera.
Sementara Una hanya tertawa melihat Ayumi kesal. Gadis itu memang benar-benar tidak pernah marah meski dia terus menggoda dan menguji kesabaranya.
“Pak Randy udah nggak pernah kirim pesan manis, romantis dan penuh cinta lagi sama kamu?” kini Una terlihat serius.
Ayumi diam, dia menundukan kepalanya.
“Mungkin dia lelah setiap dia kirim pesan Cuma aku read doang.” Jawab Ayumi pelan.
Gadis itu terlihat sangat menyesal.
Una menghela nafasnya kencang, lalu merangkul Pundak Ayumi dan memeluknya erat.
“Terus setelah Pak Randy nggak kirim pesan lagi, … gimana perasaan kamu? Bahagia? lega?” Una menyindir.
Ayumi menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Hape aku jadi sepi banget! Aih, … kok jadi nyesel kaya gini sih. Mau kirim pesan duluan gengsi, tapi kalo nggak … kok aku kangen yah kata-kata nyeleneh dia tapi romantis.” Ayu memekik pelan.
Setelah itu dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, menyembunyikan wajah yang memerah akibat mengingat pesan-pesan romantis yang beberapa Minggu terakhir selalu Randy kirimkan.
“Kalau udah kaya gini mau gimana dong? Pak Randy udah nggak pernah kesini lagi.”
Ayu menjawab dengan gelengan kepala lagi.
“Lagian kemarin aku lihat dia sama Dokter cewek yang temennya itu lho. Mungkin itu juga alasannya, Na! dia udah dapet yang lebih dari segala hal. Lebih cantik sama lebih setara sama dia, di bandingkan aku yang Cuma seorang office girl. Itupun aku masuk kerja karna ada orang dalem.” Ayumi murung, dia tampak sedang mengungkapkan rasa kekecawaannya.
Una mengulum senyumnya, lalu memberi tepukan pelan di bahu Ayumi.
“Dokter itu kan kerja di bawah naungan Pak Raga juga, bisa jadi mereka hanya kebetulan sedang bersama saja, … lagian kamu liat mereka dimana deh?”
“Haah!” Ayumi menghela nafasnya, dia berusaha menghalau rasa sesak yang terus menguasai diri.
Ayu menatap wajah Una yang saat ini duduk di sampingnya dengan wajah sendu.
“Jangan bahaslah! Dada aku sesak kalau inget itu. Mereka terlihat sangat dekat, tidak seperti rekan kerja pada umumnya.” Ucap Ayumi kemudian dia bangkit.
Una diam, menengadahkan pandangan saat Ayumi berdiri di sampingnya.
“Ayok, jam istirahat sudah hampir selesai. Kita harus cepat agar Bu Tara tidak mengomel lagi!” tukas Ayu yang langsung di jawab anggukan oleh temannya itu.
Una meraih lengan Ayumi, dia mengandengnya dengan erat, kemudian meninggalkan area kantin tempat mereka bekerja.
“Aneh bukan? Bu balqis sangat baik, tapi justru para pegawainya yang besikap lebih angkuh.” Una berbisik.
“Memang sudah hukum alam. Atasan akan lebih berkuasa, … dan tidak jarang mereka menindas orang-orang seperti kita hanya karena mereka merasa berada di atas kita.” Jawab Ayu sambil terus berjalan.
“Yups, … dan terkadang aku lelah dengan pekerjaan ini! Selain fisik, mental kita juga di tekan habis-habisan.” Keluh Una.
Ayumi menoleh, kemudian tersenyum.
“Bersabarlah sampai kita mempunyai uang tabungan yang cukup. Setelah itu kita kuliah, lanjutkan Pendidikan dan cari pekerjaan yang lebih baik dari sekarang.” Katanya seraya menepuk tangan Una.
“Aku setuju dengan usulan mu.” Jawab Una sambil tersenyum.
***
Ayumi memutar kunci pintu kamar kostnya beberapa kali, menekan handle pintu dan mendorongnya perlahan kemudian masuk.
Dia menutup pintu itu Kembali, berjalan kearah tempat tidur berukuran kecil dan menghempaskan tubuhnya keatas sana.
Brugh!
Tubuhnya berbaring telengtang, menatap langit-langit kamar kostnya yang berukuran kecil.
“Kenapa semakin hari terasa semakin melelahkan!” ucap Ayu dengan suara pelan.
Ruangan yang terlihat nyaman. Rapih dan tidak terlalu di penuhi barang-barang. Tentu saja, tempat itu hanya dia jadikan tempat melepas penat setelah berjibaku di kerja, dan gadis itu akan pulang kerumah orang tuanya saat libur kerja tiba.
Perjalanan dari rumahya memang sedikit memakan waktu, sampai sang ibu mengusulkan agar putri bungsunya menyewa sebuah kamar kost di dekat tempat kerjanya.
Cukup lama Ayu berdiam diri dengan segala pikiran yang terus berputar di kepalanya. Akhirnya dia Kembali meraih tote bag, dan membawa ponsel miliknya keluar dari sana.
Ayu menekan tombol power, mencari salah satu aplikasi dan melihat beberapa pesan yang Randy kirimkan beberapa minggu lalu.
[Ternyata hanya saya yang tertarik dan memiliki perasaan kepada mu. Sementara kamu tidak, saya sudah salah faham atas sikap ramah mu kepada saya. Maaf sudah sering mengirimkan pesan tidak penting akhir-akhir ini. Setelah ini saya tidak akan melakukannya, karena saya tahu ini akan sangat mengganggu. Tentu aku sangat mengganggu mu bukan? Sampai kau tidak berniat membalas pesan dari saya, terlebih kini kau lebih sering menghidar, padahal setelah cukup dekat kita suka berbicang bersama, kini semuanya berbeda. Dan itu karena diri ku, sekali lagi maaf telah mengganggu dengan banyak pesan tidak penting yang pernah saya kirim kan.]
Itulah pesan terakhir yang Randy kirimkan untuknya. Seorang pria tampan yang memiliki kasta satu tingkat lebih tinggi diatasnya.
“Kumohon kirimkan aku satu pesan saja! Dan Aku janji akan membalas dengan segera. Jangan diam kumohon, sekarang aku merasa kesepian.” Katanya pelan dengan rasa sesak yang terus menjalar di dalam dada.
Ayumi menahan nafasnya, dengan kedua bola mata yang membulat sempurna saat melihat nomor Randy dalam keadaan online.
“Apa anda tidak berniat mengirimkan pesan.” Ayumi bermonolog, dengan debaran di dada yang terus meningkat.
Dia terus menatap layar ponselnya penuh harap. Namun helaan nafas penuh kekecewaan terdengar saat kontak Randy Kembali offline.
“Tidak apa-apa Ayumi. Mungkin nanti malam, besok pagi, atau kalau tidak lusa Pak Randy akan Kembali menghubungi mu.” Dia tersenyum, berusaha membuat hatinya senang.
Meski sudah jelas dia tidak akan melakukan itu. Tentu, isi pesan terakhirnya sudah sangat jelas bukan? bahwa pria itu tidak akan lagi mengganggu nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
sediiiih...nya Ayumi...😢
2023-09-25
2
Devi Handayani
halo thor☺☺
2023-04-26
1
ik@
jual mahal dikit sebagai perempuan sah sah aja Ayumi tp jgn sampai akhirnya ya kamu menyesal Krn sudah mengabaikannya
2023-02-20
1