Beberapa bulan yang lalu.
"Semuanya sudah selesai. Barang bukti juga sudah terkumpul, dan yang terpenting pelakunya sudah berhasil di ringkus, jadi saya pamit undur diri dulu, Pak David." Randy menatap pria yang saat ini duduk di hadapannya, dengan raut wajah yang terlihat sumringah.
Tentu saja dia bangga pada dirinya sendiri, atas apa yang sudah dia lakukan, dan hasilnya cukup memuaskan.
David mengangguk, dia tersenyum dan mengulurkan tangannya kearah asisten pribadi dari menantunya itu.
"Sekali lagi terimakasih, dan maaf jadi merepotkan." Ucap David lagi.
Randy mengulum senyum, kemudian mengangguk-anggukan kepala.
"Kalau begitu saya duluan Pak David, mari." pamitnya yang langsung mendapat anggukan pelan dari David.
Dengan langkah cepat dia berjalan kearah pintu, membukanya lalu keluar dari ruangan itu.
Randy mulai berjalan perlahan, menyapa beberapa pekerja yang masih terlihat berada disana dengan kedua tangan yang sengaja dia masukan kedalam saku celana.
Oh sungguh dia terlihat sangat tampan! salah satu perempuan mengagumi paras tampan Randy.
"Baru pulang, Pak?" Tanya pegawai perempuan yang lain saat Randy melewati meja kerjanya.
Randy hanya menjawab dengan seulas senyum tipis, dia terus berjalan sampai berhenti tepat di depan pintu lift, dan mundur satu langkah setelah menekan tombol tersebut.
Pria itu menunggu dengan sangat tenang.
Ting!
Suara dentingan terdengar nyaring.
Pintu besi itu terbuka lebar, Randy masuk dan kembali menekan tombol paling bawah.
Namun Randy segera menahan pintu lift yang akan tertutup dekan satu kakinya saat melihat Ayumi berlari kearah dimana pintu lift itu berada.
"T-tunggu ..."
Ayumi tertegun, terkejut bukan main saat pandangan keduanya bertemu.
"Cepatlah!" Ucap Randy sembari terus menatap wajah Ayumi dengan ekspresi penuh keterkejutan itu.
Ayumi diam, dia bungkam seribu bahasa.
"Hey? ayok naik." Randy kembali memanggil.
Teriakan itu membuat Ayumi segera tersadar dari lamunannya.
"E ... I-iya Pak." Ayumi menganggukan kepala, dia kembali melangkahkan kaki, dan masuk kedalam sana.
Hanya dirinya dengan Randy.
Ayu merapatkan diri kearah samping, membuat keduanya sedikit berjarak, dengan kedua tangan yang terus saling meremat saat rasa gugup mulai melanda.
Maklum saja, dia tidak pernah berinteraksi dengan orang baru, apalagi seorang pria dewasa. Jadi kehadiran Randy disana cukup membuat perasaan Ayu sedikit terasa aneh.
"Sebenarnya saya tidak tahu salah saya apa. Hanya saja sikap mu memperlihatkan ketidak sukaan itu dengan sangat jelas." Randy mulai bersuara saat merasakan sikap Ayumi yang selalu menatapnya ketus.
Seketika Ayu menoleh, menegadahkan pandangan, melihat wajah tampan itu dari jarak yang bisa dibilang cukup dekat.
"Aku tidak membenci Bapak!" Ayumi menjawab singkat.
Pria yang terus menyembunyikan kedua telapak tangannya di saku celanan itu melirik, lalu mengangat satu sudut bibirnya dan mendelik.
"Saya selalu melihat kamu terus tertawa dengan teman-teman mu saat jam makan siang tiba. Tapi sikap mu berubah menjadi dingin, jutek, bahkan terkadang terlihat seperti ketakutan saat melihat saya." Kini Randy mengubah posisi, sampai keduanya saling berhadapan.
"Aku, ...." Baru saja Ayumi membuka mulut.
Ting!
Ayu langsung diam, mereka berdua menoleh kearah pintu besi yang mulai terbuka.
"Jika kamu tidak membenci saya, ... ayok kita berteman." Untuk pertama kalinya Randy tersenyum.
Dan itu cukup membuat Ayumi terkejut. Dia diam beberapa saat sembari terus menatap wajah pria tinggi dihadapannya.
Tampan. Batinnya berbicara.
"Cepatlah, nanti pintunya tertutup kembali!" Ucap Randy.
Dia meraih tangan Ayumi, dan menariknya kearah luar. Untung saja suasana kantor sudah sepi, jika tidak akan membuat Ayumi menjadi bahan gosipan oleh orang-orang yang selalu menilainya sebelah mata.
Ya, parasnya yang cantik, sikapnya yang sopan membuat beberapa orang memujinya, namun ada beberapa orang yang tidak suka dengan itu.
Ayumi semakin terkejut. Namun dia tidak menolak, gadis itu hanya berjalan mengikuti kemana Randy membawanya tanpa banyak berbicara.
"Emmm, ... Pak!" Ayumi mulai tersadar, dia menarik tangannya, berusaha melepaskan diri dari Randy.
Randy bungkam, dia terus berjalan cepat sambil terus menarik tangannya seolah tak ingin mendengarkan Ayu.
"Pak? saya harus ke halte! untuk apa Bapak membawa saya ke parkiran mobil?!" Pekik Ayumi dengan suara kencang.
Mendengar itu tiba-tiba saja Randy menghentikan langkahnya, sampai Ayu menambrak punggung kokoh itu cukup kencang.
"Aih!" Cicit Ayu kesal.
Gadis itu mundur beberapa langkah, dengan tangan yang mengusap wajah beberapa kali.
"Saya lupa." Randy terkekeh.
"Baru ngajak temenan. Udah pegang-pegang aja!" Kedua bola mata Ayumi mendelik.
Dan itu berhasil membuat tawa Randy menyembur kencang. Hal yang bahkan tidak pernah Randy lakukan.
Pria itu selalu bersikap cool, apalagi di hadapan para perempuan, tapi Ayumi sudah membuat Randy benar-benar tampil beda.
"Malah ketawa!" Ayumi terdengar menggerutu.
"Apa seperti itu wajah kesal mu? tapi kenapa terlihat menggemaskan ya? Bukankah harusnya terlihat menakutkan!" Kata Randy sambil terus tertawa.
Ayumi mendengus kencang, lalu memutar tubuhnya dan segera berjalan cepat kearah halte bis, tempat yang selalu dia datangi setiap harinya.
Sementara Randy hanya terus terkikik, dengan pandangan yang terus tertuju pada gadis yang mulai mencuri perhatiaannya akhir-akhir ini.
"Baru kali ini aku bertemu gadis yang terlihat acuh dan jutek seperti dia. Biasanya para gadis berdatangan, mendekat dan menginginkan perhatian lebih dari ku." Randy bermonolog.
Randy terus berdiri disana, menatap punggung Ayumi yang akhirnya menghilang saat gadis itu menaiki bus yang juga sering ibunya tumpangi.
"Astaga! bahkan sepertinya dia satu kampung dengan Ibu." dia terus tertawa, namun kini terdengar pelan.
Cukup lama Randy memperhatikan Ayu dari kejauhan, kemudian beranjak pergi menaiki mobil miliknya yang masih terparkir di area sana.
Dan setelah kejadian itu, akhirnya hubungan Ayumi juga Randy semakin terjalin baik. Bahkan tak jarang pria itu memilih menghabiskan waktu makan siangnya dengan Ayumi. Si gadis dingin yang kini sudah mulai menghangat.
Perasaannya kian meningkat, sikap dan pribadinya yang baik, membuat Randy mulai memiliki harapan yang lebih pada gadis yang saat ini bekerja menjadi seorang office girl di perusahaan milik istri dari Raga, yang tak lain adalah bosnya sendiri.
Randy mulai memberanikan diri, hampir setiap ada waktu dia mengirimkan pesan kepada Ayumi.
Nahas, setelah beberapa kali Randy memberanikan diri untuk menyatakan ketertarikannya. Ayumi justru mulai menjaga jarak. Dia mulai menjauh, bahkan sangat sulit untuk di temui.
Bahkan saat Randy mampu menemui dia pun. Ayumi akan menghindar, dan memberikan banyak alasan agar tidak ada kesempatan untuknya.
Ayumi menjauh, bahkan tanpa memberikan sebuah jawaban juga alasan. Dia pergi begitu saja tanpa memperdulikan perasaan Randy, yang mungkin saja merasa sedikit terluka karena sikapnya yang tiba-tiba berubah.
Setelah beberapa Minggu berusaha, tapi tidak pernah mendapat balasan dari Ayu. Akhirnya Randy memilih mundur, harga dirinya benar-benar menjadi sangat rendah saat gadis itu menolaknya tanpa sebuah alasan yang jelas.
...Semangatin dong!...
...Butuh vitamin dari kalian ini. Jangan lupa like, komen, hadiah juga vote yah! Tambahin ke daftar buku favorit kalian oke :)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Budhiarty Sayekti
semangat rsndi
2024-01-08
1
Mulyanthie Agustin Rachmawatie
Apa Ayumi minder ya sbgai office girl , minder pada Randy ?
2023-09-25
1
Devi Handayani
aku semangatin pake jempol ama love paporit thorr😍😍😍😍
2023-04-26
1