"Ehh Ayumi!" Seorang wanita yang sedang duduk di meja kerjanya memanggil dengan ketus.
Ayumi yang hendak kembali ke pantry menoleh, menatap wajah masam itu dengan senyuman tipis yang selalu Ayumi berikan.
"Sebelum pulang beresin meja dulu yah! ini, ... gelas-gelas nya di bawain juga, jangan pagi-pagi pas saya Dateng masih berantakan." Ucapnya dengan nada ketus.
"Oh iya Bu, nanti Ayu beresin." Ayumi menganggukan kepala.
Perempuan itu segera bangkit setelah memasukan segala barang miliknya kedalam tas, kemudian beranjak pergi meninggalkan Ayumi begitu saja.
Gadis itu menghela nafasnya pelan, menatap punggung wanita dengan pakaian seksi itu sendu.
"Mereka menatap ku tidak suka, sementara aku tidak pernah melakukan apapun." Gadis itu berbisik lirih.
Tanpa menunggu lebih lama lagi Ayumi segera bergegas membersihkan meja kerja yang sedikit terlihat berantakan itu.
"Besabarlah. Nanti kita akan keluar dari sini setelah mendapatkan pekerjaan yang lebih layak." Tiba-tiba saja suara yang sangat di kenalinya terdengar.
Ayumi menoleh, dan tampaklah Una berjalan kearahnya dengan raut wajah sumringah.
"Eh, ... kok kamu malah kesini? biasanya nungguin aku di bawah sama Aira." Senyum di bibir Ayu terbit.
Una membalas senyuman itu, kemudian duduk di kursi kosong yang berada di dekat Ayumi.
"Aku tahu orang-orang lantai paling atas udah pada bubar. Kamu sendirian, lagian Air udah di jemput Ayank, dan aku tidak bisa membiarkan teman ku yang cantik ini ketakutan." Jelas Una.
"Rupanya kau sangat memperdulikan aku." Katanya sambil tersenyum, lalu menggerakan kedua alisnya.
"Tunggu sebentar, aku akan menyimpan ini ke pantry dulu." Ayumi berujar, yang langsung mendapat anggukan dari temannya itu.
Gadis itu segera berjalan kearah pintu kecil yang terletak di sudut ruangan itu, mendorongnya kuat menggunakan bahu, kemudian masuk dan menghilang saat pintu itu tertutup.
Una membuka tas miliknya, merogoh sesuatu dari dalam sana, dan membawanya keluar.
Una menghidupkan layar ponselnya, dan bermain-main dengan benda pipih itu sembari menunggu Ayumi yang masih menyelesaikan pekerjaannya.
Sekitar sepuluh menit Una menunggu Ayumi di sana. Akhirnya gadis itu keluar, dengan Tote bag usang yang selalu dia bawa saat bekerja.
"Ayok, keburu gelap nanti serem!" Katanya sedikit berbisik.
Una mengangguk, dia memasukan kembali ponsel kedalam tasnya, lalu bangkit dan berjalan kearah Ayumi.
Ayumi merentangkan tangan, disambut Una yang langsung memeluk lengan kecil itu dan berjalan kearah pintu lift untuk segera keluar dari gedung tempat mereka bekerja.
***
Kedua gadis yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya keluar, melewati pintu Lobby utama yang terus di jaga seorang security.
"Mbak Una sama Ayumi masuknya pagi-pagi, tapi pulangnya selalu di akhir! rajin bener." Katanya saat kepada Ayumi juga Una.
Mereka berdua tersenyum.
"Mungkin Ayumi, kalau saya nggak." Una menjawab.
"Aku kan kerjanya di lantai paling atas. Otomatis pekerjaan aku lebih banyak, selain harus melayani karyawan senior, ada Bu Balqis juga sama suaminya yang terkadang datang." Ayumi menjelaskan.
Pria dengan setelah kerjanya tersenyum, lalu menganggukan kepalanya.
"Kami duluan Pak."
"Oh, ... iya hati-hati!"
Ayumi dan Una kembali melangkahkan kaki, berjalan keluar dari area perkantoran yang bisa di bilang cukup luas.
Dua gadis itu berjalan beriringan, menyusuri trotoar pada hampir petang hari itu.
Dan saat sampai di persimpangan jalan. Una segera berpamitan, melepaskan tangan Ayumi yang sedari tadi di peluknya.
"Papay!" Dia tersenyum kearah Ayumi, dengan tangan kanan yang terus melambai-lambaikan.
Ayumi mengulum senyum, lalu membalas lambaia tangan Una.
"Aku pulang." Ayumi berpamitan.
"Hemmm, ... hati-hati! awas nanti di culik om-om." Ucapnya yang kemudian langsung tertawa kencang.
Sementara Ayumi menggeleng-gelengkan kepala, tersenyum tipis lalu pergi meninggalakan Una begitu saja.
Ayumi berjalan santai, menengadahkan pandangan, menatap langit luas dengan siluet kuning keemasan yang sangat indah.
"Rasanya aneh!" Dia terkekeh getir. "Pantas saja banyak para gadis yang menangis saat putus cinta, nyatanya rasa itu memang sedikit tidak nyaman, dan sesak di dalam sini." Gadis cantik itu mengusap dadanya pelan.
Perasaannya mulai tak menentu. Entah harus bagaimana Ayumi menyebutnya, namun yang paling mendominasi adalah rasa rindu yang kini mulai menyiksa gadis belia itu, hampir setiap hari.
Langkah kakinya berhenti melangkah, Ayumi diam beberapa saat, menghirup udara sebanyak mungkin dan menghembuskannya perlahan.
"Nikmatilah sendiri Ayumi. Ini salah mu, dan untuk apa juga kau menyesali semuanya sekarang." Ayumi merutuki dirinya sendiri.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya dia memutuskan untuk duduk di salah satu kursi trotoar yang kosong.
Ayumi menatap lurus kedepan, dengan perasaan yang terus terasa tidak nyaman.
Ponselnya tiba-tiba saja berbunyi nyaring, tanpa menunggu lebih lama lagi Ayumi membuka Tote bag miliknya, lalu membawa benda pipih itu keluar.
"Ibu!" Gumam Ayumi saat melihat nomor Tutih yang tertera dalam panggilan suara.
[Ayumi?]
Suara perempuan yang sangat Ayumi rindukan lebih dulu menyapa. Dan seulas senyum di bibir tipisnya pun terlihat.
"Ibu, ... Ayu kangen. Maaf nggak bisa telfon, kerjaan Ayu semakin hari terasa semakin berat, pas sampai kost-an malah sering ketiduran." Akhirnya dia berkeluh kesah, setelah sekian lama dia menyimpan dan merasakan itu sendirian.
Tutih yang kini berada jauh disana diam, mendengarkan Ayumi yang sepertinya mulai jenuh dengan keadaannya sekarang.
[Mau pulang?]
Ayumi menggelengkan kepala, seolah ibunya melihat apa yang sedang dia lakukan.
[Jika sudah lelah. Maka pulang saja, berhenti pun tidak apa-apa, tabungan uang dari gaji mu sudah cukup, apalagi warung kopi bapak semakin rame. Jika sudah lelah maka pulang saja, untuk soal hutang, insyaallah cukup dari hasil jualan Ibu dan Bapak.]
Ucap Tutih panjang lebar.
"Jika soal hutang Ibu dan Bapak sudah bisa membayarnya lewat hasil berjualan. Maka sekarang Ayu mau menabung untuk melanjutkan kuliah." Gadis cantik itu tersenyum.
[Baik, ... tapi pulanglah dulu! kamu sudah lama tidak pulang, Bapak selalu menanyakan kamu.]
"Iya Minggu depan saat libur Ayumi akan pulang. Ibu tunggu yah!"
[Untuk Amar ...]
"Sudah Ayu katakan, Ayumi tidak pulang bukan gara-gara Abang. Ayumi sibuk, Bu!" Ayu memotong ucapan sang ibu.
[Baiklah-baiklah, terserah. Ibu hanya ingin mengatakan jika dia sudah tidak pulang, mungkin mulai sadar atau takut. Kamu tahu? setelah pertengkaran terakhir kalian Bapak mengusir dia.]
"Ibu sedih?"
Tutih terdengar tertawa.
[Ibu mana yang tidak sedih saat anak sulungnya mempunyai sifat yang tercela seperti itu.]
"Minggu besok Ayu pulang." Akhirnya dia mempercepat kepulangannya.
[Ibu tunggu. Cepatlah pulang, sebentar lagi malam. Angin akan terasa sangat dingin, dan itu tidak baik untuk kesehatan mu!]
Tegas Tutih saat dia mendengar suara kendaraan yang terus berlalu-lalang.
"Ayu jalan kaki, ini sedang istirahat." Gadis itu beralasan.
[Telfonnya Ibu tutup.]
"Iya."
Dan setelah itu suara sambungan terputus jelas terdengar. Ayumi memasukan ponselnya, lalu kembali bangkit dan melanjutkan perjalanan pulangnya.
Namun saat dia melewati sebuah mini market. Ayumi melihat sebuah mobil yang sangat dia kenali berhenti.
Bibirnya tersenyum, hatinya bahkan berdebar lebih kencang lagi saat melihat sosok pria keluar dari dalam mobil.
Ayumi mengangkat satu tangannya, hendak memanggil, tapi dia urungkan saat sosok wanita cantik yang ikut turun dari dalam mobil sana.
Perlahan tangan Ayumi turun, senyum di bibir nya menghilang seraya memundurkan kaki dengan sangat pelan agar Randy tidak menyadari keberadaannya.
Terlambat, pergerakannya di sadari Randy hingga membuat pria itu melihat kearahnya.
Ayumi semakin tertegung, perasaannya campur aduk. Antara terkejut, sedih, kecewa dan ada perasaan lain yang tidak bisa dia gambarkan dengan kata-kata.
"Siapa?" Aleesa bertanya.
Randy bungkam, dengan pandangan yang terus tertuju kepada Ayu.
"Ran!?"
"Heeemm, ... ya? apa?" Pria itu melihat kearah wanita yang berdiri disisi lain mobilnya.
Ayumi langsung berlari kencang, meninggalkan tempat itu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Air mata sialan!" Katanya saat gadis itu menyadari sesuatu terjatuh diatas pipinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Devi Handayani
cinta terkadang membingungkan...... tinggal jujur saja sama hati cinta dia tidak😌😌😌😌
2023-04-26
1
Devi Handayani
iihhh papay...... kaya baca di mana getohh😅😅😅
2023-04-26
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ℛᵉˣᚐᚗɠ૨εεɳᚐᚐ 💚²⁷
kenapa pada julid sih apa salah nya dia
2022-09-17
1