Jadi Urusan Orang Tua

“Anterin sampai kelas ya Yah” kata Ali manja kepada Ayahnya saat diturunkan di pekarangan sekolah. Dengan begitu Ayah yang akan membawakan ransel Ali sampai ke depan kelas. Kelas Ali di lantai dua.

“Apaan ‘sih, manja banget. Sudah gede juga. Sana, jalan sendiri saja. Sama ini titip ya dek, katanya Ustadzah Intan minta dibawakan ragi tempe.” Kata Ayah sambil memasukkan sebungkus tepung yang sedari tadi digantungkan di setang sepeda motor ke ransel Ali.

“Enggak mau, ayah kasih sendiri” kata Ali sambil tertawa dan berlari ke kelasnya. Jarang-jarang Ali dapat kesempatan menggoda Ayah. “Heeh... Adeek.. awas ya..” jawab Ayah sambil senyum-senyum kecut.

Ayah Ali tidak menyangka kalau akan bertemu lagi dengan Ayah Javin hari ini. Ayah Javin sedang ngobrol dengan beberapa Ustadz di depan kelas Ali. Ustadzah Intan salah satunya.

“Ayahnya Ali.. Alhamdulillah bisa ketemu lagi” ujar Ayah Javin lantang sambil menjulurkan tangan ke arah Ayah Ali, mengajak bersalaman.

“Masyaallaah.. apa kabar pak. Kok bisa pagi-pagi begini orang sesibuk bapak ada di sini. Ada yang penting sepertinya” kata Ayah Ali sambil menerima jabat tangan dari Ayah Javin.

“Ah.. Bapak bisa aja. Ini saya habis antar santan buat percobaan anak-anak. Soalnya di komite sekolah jadi ramai soal percobaan bikin minyak kelapa. Kenapa ada kelas yang ada praktik percobaan tapi enggak semua kelas ada. Kenapa dibeda-bedakan. Awalnya saya pikir ini ada gaduh apa ‘sih, enggak saya tanggapi. Tapi Javin juga pulang sekolah ikut protes sama saya. Kenapa kelas Ali ada praktik bikin minyak kelapa, kok kelasnya dia enggak ada. Hadeuh.. jadi pusing saya.” Kata Ayah Javin mencoba menjelaskan.

“Tapi tadi Ustadzah Intan sudah cerita semuanya. Alhamdulillah, terima kasih banyak bapak sudah mau menyediakan ragi tempenya. Saya yang sediakan santannya. Bagian saya biar yang gampang-gampang saja, ha ha ha” lanjut Ayah Javin sambil mencoba bercanda.

“Ooh... Begitu ya.. Masyaallaah, saya jadi menyusahkan bapak lagi ini. Jadi bapak ikut dalam komite sekolah rupanya. Luar biasa bapak ini. Masih bisa menyempatkan diri untuk jadi anggota komite sekolah” jawab Ayah Ali kagum.

“Sebenarnya, Ayahnya Javin ini ketua komite sekolah kita” kata Ustadzah Intan, langsung ikut dalam pembicaraan. Ayah Ali makin terperanjat kagum mendengarnya.

“Yaa.. begitulah pak. Kalau bukan kita yang peduli sama pendidikan anak-anak kita, siapa lagi. Ini ribut-ribut soal percobaan juga, kelamaan kalau harus tunggu rapat komite buat menyetujui pendanaan. Ya sudah lah, biar saya saja yang belikan. Kalau Cuma santan ‘kan masih tidak begitu memberatkan” kata Ayah Javin.

“Lagian menurut saya, percobaan bikin minyak dari ragi tempe yang ustadzah ceritakan tadi memang sangat menarik. Bikin anak-anak melatih rasa ingin tahu” kata Ayah Javin.

mendengar Ayah Javin menyebut nyebut ragi tempe, Ayah Ali jadi ingat tujuannya tadi. “Oh iya Ustadzah, ini ragi tempenya.” Kata Ayah Ali sambil mengeluarkan bungkusan ragi tempe dari ransel Ali. “ Ini anaknya manaa.. lagi, sudah gede masih manja saja. Minta tasnya dibawakan sampai ke kelas” sambung Ayah Ali sambil celingak-celinguk dari pintu kelas Ali.

“Ya sudah, tidak apa-apa. Biar saya yang bawakan pak. Saya ijin dulu ya pak. Jam pelajarannya mau dimulai” kata Ustadzah Intan sambil mengambil ransel Ali. Ustadzah Intan merasa lega sekali melihat bagaimana Ayah Ali dan Ayah Javin menghadapi insiden yang terjadi pada anak anak mereka dengan sangat dewasa. sangat terpelajar. dia jadi teringat di sekolah tempat dia mengajar sebelumnya, pertikaian anak anak malah bermuara pada perkelahian antar orang tua.

Sekarang Ayah Javin tinggal berdua saja dengan Ayah Ali. Ayah Javin merasa ini saat yang tepat untuk mengutarakan maksudnya. “Sebenarnya saya masih merasa bersalah sama Bapak, sama Ali. Javin memang nakalnya keterlaluan! Di rumah juga enggak berhenti ngejahilin kakaknya”

“Ah enggak kok Pak. Justru saya yang merasa bersalah. Gara-gara Ali, hidung Javin jadi berdarah”

“Luka kecil saja kok Pak. Biasa itu, anak laki. Tapi sebenarnya saya senang bisa ketemu Bapak hari ini. Kemarin ‘kan saya sudah cerita, perusahaan saya mau bikin Family gathering. Saya inginnya ada acara yang bisa diikuti seluruh keluarga. Biar makin akrab. Kalo diserahkan sama anak buah saya, jadinya kayak lomba tujuh belasan. Kurang istimewa. Kalo Bapak berkenan, mungkin bisa dibikin acara yang lebih edukatif. Lomba-lomba sains untuk keluarga. Yang lebih berguna lah! Enggak Cuma untuk ketawa-ketawa saja.

Beberapa hari yang lalu saya sempatkan cari tahu soal Bapak di website kantor Bapak. Niatnya untuk menjelaskan pada Javin soal pekerjaan Bapak. Biar dia enggak ngomong yang bukan-bukan lagi kayak kemarin. Dan saya baca Bapak mengisi acara Innovation Festival dengan acara edutainment seperti yang saya maksud tadi. Menarik sekali! Kalau Bapak berkenan, mohon bantuannya untuk merancang acara di Family Gathering perusahaan saya” kata Ayah Javin lagi. Ayah Ali hanya tersenyum kecil menanggapi permintaan Ayah Javin.

“Ini bukan karena saya berusaha menebus kesalahan anak saya, loh Pak. Ini benar-benar karena saya pikir akan sangat menarik kalau Family gathering kali ini dibikin lebih berwawasan. Bisa ya Pak” pinta Ayah Javin lagi.

“Baik Pak, saya akan coba“ jawab Ayah Ali.

“Alhamdulillah” jawab Ayah Javin. Kedua Bapak itu pun kemudian saling bertukar nomor telepon dan saling berjanji untuk melanjutkan membuat rencana yang lebih rinci.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!