“Aku enggak bodoh, kok!” kata suara dari dalam bilik.
“Diam!” teriak Ali dan Zia hampir bersamaan, menimpali suara itu. Keduanya sama-sama marah. Ali tidak terima disalahkan. Zia kesal karena sahabatnya masih tidak sadar kalau dia salah.
“Perlu kesiapan mental dan kecerdasan untuk sebuah ilmu baru. Jika dilemparkan langsung pada orang awam, ada risiko penerapan ilmunya jadi berbahaya. Bukannya bulan kemarin kamu merasakan hukuman karena hal yang serupa?” kata Zia menegaskan maksudnya.
“Dan kali ini malah membahayakan kesehatan,” – sambung Zia dengan tercekat – “... bahkan mungkin membahayakan nyawa” Zia menuntaskan kalimatnya dengan sedikit panik.
Ali pun mulai sadar kepanikan Zia. Keadaannya memang bisa mengancam nyawa si bodoh ini, pikir Ali. Dia mulai pucat dan berkeringat. Zia merasa kasihan melihat sahabatnya baru menyadari masalah yang mereka hadapi.
Ali dan Zia
saat terjebak di toilet sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon beuna bardant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bocah Pintar Anak Pembuat Khamar Komentar