Nabi Ibrahim dan Namrud

“Ada-ada saja Adek ini lah” kata Ayah saat mendengar cerita Ali di ruang tengah rumah mereka. Ibu dan kakak juga ikut mendengarkan dengan saksama. Perasaan keduanya campur aduk. Keduanya masih bertanya-tanya dari mana datangnya keberanian Ali. Namun ibu lebih khawatir kalau Javin masih mendendam dan berencana mencelakai Ali.

Tetapi Ayah sudah membereskan semuanya. Memastikan bahwa kekhawatiran Ibu tidak terjadi. Ayah dan Ayahnya Javin tadi sudah ngobrol panjang lebar bersama dengan Ustadz Shawab, guru yang juga wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Mereka sudah sepakat kalau pendidikan adalah tanggung jawab orang tua dan guru. Jika ada malapetaka seperti ini tidak ada gunanya saling menyalahkan. Ayahnya Javin ternyata orang yang sangat ramah dan berpikiran terbuka. Juragan dari sebuah perusahaan besar yang dalam waktu dekat akan membuat acara Family gathering. Ayah Javin malah menawarkan Ayah untuk datang bersama Ali dan keluarga. Cuma Ayah tidak begitu menanggapi, Ayah anggap kalau Ayah Javin cuma basa-basi

“Habisnya anak kayak Javin itu enggak bisa dibilangi baik-baik, Yah!” kata Ali membela diri.

“Hallaah... memangnya kalo Javin bisa dibilangi, Adek mau bilang apa. Enggak tahu juga ‘kan? Adek enggak punya apa-apa ‘kan untuk mendebat kata-kata Javin” balas Ayah santai.

“Adek itu bukan orang yang akan melawan dengan kekerasan. Biasanya juga kalau Adek diledek malah balas meledek. Karena kata-kata Adek biasanya lebih menyakitkan. Makanya Ibu takut kalo kamu bakal dipukul orang. Makanya berkali-kali Ibu ingati, hati-hati dengan lidah Adek. Eh.. enggak sangka malah Adek yang pukul anak orang” timpal Ibu.

Ali tidak bisa membela diri kali ini. Ibu dan Ayah benar. Dia memang kehabisan kata-kata untuk berdebat dengan Javin. Apalagi teman-teman yang lain juga bilang dia anak seorang pendosa. Anak pembuat khamar.

“Adek tahu enggak, ada yang menang debat dengan sangat gemilang, sampai ceritanya ditulis di Al Quran.” Tanya Ayah. Biasanya kalau begini, Ayah pasti punya cerita seru.

“Eh... memangnya ada ‘Yah? Siapa“ tanya Ali penasaran. Kakak juga sepertinya tertarik untuk menyimak. Ayah menyeruput kopinya. Bukan karena haus atau ingin menikmati rasa kopi. Lebih pada memberi jeda pada ceritanya biar lebih terasa dramatis buat kedua anaknya.

“Nabi Ibrahim.” Kata Ayah sambil meletakkan kembali mug kopinya. “ Nabi Ibrahim mengambil kapak besar lalu menghancurkan semua berhala yang ada di kuil Raja Namrud. Nabi Ibrahim menyisakan berhala yang paling besar, dan mengalungkan kapaknya pada berhala tersebut” sambung Ayah.

“Sampai di situ Adek sudah pernah dengar Yah. Tapi ‘kan enggak ada debat” potong Ali.

“Ceritanya ‘kan enggak selesai di situ. Besoknya saat orang-orang melihat semua berhala di kuil sudah hancur, semua menyangka bahwa yang menghancurkan adalah Nabi Ibrahim. Karena selama ini hanya beliau yang paling gencar menyerukan untuk jangan lagi menyembah berhala yang enggak bisa apa-apa. Perdebatannya saat Nabi Ibrahim didakwa sebagai perusak itu. Namrud langsung menuduh .. Hai Ibrahim! Pasti kamu yang sudah menghancurkan semua berhala ini... Nabi Ibrahim cuma menjawab... kenapa menuduh aku, bukankah kalian lihat sendiri berhala yang paling besar itu. Kapak untuk menghancurkannya saja masih tergantung di lehernya. Namrud jelas tidak terima dengan pembelaan Nabi Ibrahim.... Mana mungkin sebuah patung bisa menghancurkan patung yang lain. Patung tidak bisa berbuat apa-apa, kata Namrud

“... Nah itu kalian tahu kalau patung tidak bisa apa-apa, kenapa masih kalian sembah.. Jawab Nabi Ibrahim. Keren ‘kan Nabi Ibrahim. Gimana caranya Namrud bisa melawan di debat begitu. Di cerita itu jelas, Nabi Ibrahim menang debat. Menang telak malah!”

Ali dan Kakak tersenyum. Benar kata Ayah. Nabi Ibrahim benar-benar hebat.

“Tapi Adek sama Kakak juga tahu kan gimana akhir ceritanya. Apakah setelah Nabi Ibrahim menang berdebat, Namrud jadi mengaku kalah dan percaya pada Allaah, lalu menjadi Ummat Nabi Ibrahim. Tidak ‘kan. Namrud malah marah besar, merasa dipermalukan di depan rakyatnya. Dia mengumpulkan kayu bakar dan menceburkan Nabi Ibrahim ke dalam api. Lalu apa artinya memenangkan perdebatan. Malah bikin yang kalah murka dan membalas kita dengan cara kekerasan yang menyakitkan” Ali cuma menunduk malu. Tadi siang dia sudah seperti Namrud.

“Seringnya memang menang debat cuma memberi hadiah berupa dendam dari yang kalah. Akar dari lahirnya rencana-rencana jahat yang bertujuan untuk menyakiti yang menang. Saat Nabi Ibrahim harus menghadapi rencana jahat Namrud, Allaah menolong Nabi Ibrahim. Qaalu Bardantun.. kata Allaah pada api. Jadilah dingin.” Kata Ayah yang kemudian memberi jeda lagi dengan menyeruput kopinya. Hanya untuk memberi waktu pada anak-anaknya untuk sadar arti kata nama Ayah.

“Masalahnya, pada kisah Nabi Ibrahim, Allaah menolong Nabi-Nya dari kemungkaran Namrud. Seandainya kita yang berada di posisi mirip dengan Nabi Ibrahim, namun terjadi di jaman kita saat ini. Walaupun kita berdebat membela yang menurut kita benar, apakah akan ditolong Allah juga? Belum tentu! Makanya Rasulullah mengajarkan kita untuk menghindari perdebatan, apalagi sampai berantem” sambung Ayah lagi. Ali jadi malu setengah mati.

“Jadi aku harus gimana, Yah? Masak diam saja diejek sama Javin dan teman-temannya.”

“Adek sudah benar waktu Adek mencoba jelaskan ke teman-teman yang sebenarnya gimana. Alasan ayah mengerjakannya apa. Insyaallaah jadi Amaar Ma’ruf Nahi Munkar buat Adek karena berusaha menghindarkan teman-teman Adek dari memfitnah. Tapi kalau mereka tetap enggak mau percaya, ya Adek jangan marah.

‘Kan ada nasehat bijak dari sahabat Rasulullah, Jangan terlalu lelah menjelaskan alasan kamu melakukan sesuatu kepada orang lain. Orang-orang yang mencintai kamu tidak butuh alasan untuk tetap mencintai kamu. Dan orang-orang yang membencimu juga tidak perlu alasan untuk membencimu.

Adek tahu enggak itu nasehat dari siapa” tanya Ayah. Ali cuma menggeleng. “Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah. Nama Adek ‘kan ayah ambil dari nama beliau” sambung Ayah.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!