Kebebasan ADINDA

Kebebasan ADINDA

PERDEBATAN

Pagi-pagi buta Adinda yg biasa di panggil Dinda terlihat terburu-buru memasukan alat kemah nya kedalam tas besar, pembantunyapun sampai heran..

..." Non mau kemana to, pagi gini sudah berkemas? bibi aja baru bangun tidur, eh si non udah seger aja" tanya Bi Omah....

" Biasa bi, aku mau naik Gunung lagi. Persiapan udah dari lima hari yang lalu"jawab Dinda.

" Lah kok piye to non, gimana dengan nyonya besar, apa sudah tau ?" tanya Bi Omah.

"Belum bi, tenang saja ntar Bibi yang atur," timpalnya.

"Lah kok saya non, jangan bawa-bawa bibi non, bulan kemaren saja bibi di marahin sama nyonya, gara-gara biarin non berangkat ke Gunung Semeru" jawab Bibi.

"Gak bakal bi, aku yang tanggung jawab kok, ini ada uang buat bibi ya. Yaudah bi aku berangkat dulu. Kalau ada yang nanyain, bilang aja aku daki ke Gunung Gede" ucapnya tergesa-gesa.

Siang itu nyonya besar pulang dari kantornya, dan langsung memanggil Bi Omah.

"Bi masak apa hari ini untuk saya makan?" tanya nyonya.

"Saya masak ayam mentega nya, sapi lada hitam, sama sayur asparagus kesukaan nyonya," jawabnya.

"Bi Omah ini memang the best sangat, bi kamu kan sudah tua, sudah bekerja di rumah kami lama, dari Dinda belum lahir sudah ikut keluarga kami. Apa tidak ada pikiran buat berhenti bi?" tanya nyonya .

" Oalah nyonya, bibi belum ada rencana kesana. Saya masih kuat kerja, saya sudah nyaman sedari muda bekerja disini. Nyonya sangat baik sama saya, bahkan anak saya sampai di kuliahkan. Hutang budi sekali saya sama nyonya dan tuan" jawab Bi Omah lirih. "Bi Omah sudah saya anggap keluarga sendiri disini, dari saya belum sepunya sekarang Bi Omah setia pada keluarga ini," timpal nyonya.

Sementara nyonya sedang makan, tak berselang waktu lama, Tuan pun tiba di rumah.

"Papah pulang mah. Mamah lagi makan, tak tunggu papah. Oh ya, Adinda mana mah," tanya Tuan Antoni.

"Mamah juga tidak tau pah, coba panggil dulu Bi Omah ya " " selang berapa detik Bi Omah kembali menghampiri majikannya.

" Ada apa tuan sama nyonya panggil saya?" tanya nya.

" Begini bi, saya cuma mau tanya, apa Bi Omah tau anak kami kemana, soalnya papahnya nanyain terus, gak izin lagi sama kami" tanya Nyoya Rossy serius.

"Nona Adinda bilang, dia mendaki lagi ke Gunung Gede nyonya," timpalnya Bi Omah.

Seketika terdengar gebrakan meja yang di lakukan oleh Tuan Antoni. Dengan wajah yang sudah merah seperti rebusan Kepiting.

"Dasar anak gak ada gunanya, setiap waktu hanya main-main saja, tidak pernah mau membantu orang tua dalam mengelola bisnis. Kita ini sudah cukup lelah mah untuk mengurus perusahaan kita, saatnya Adinda yang menghandle semua, tapi nyatanya malah seperti itu" ucap papah dengan wajah murka ya.

"Sudah pah jangan terlalu keras, mama juga gak habis pikir, kenapa dia itu, disaat orang lain berlomba lomba untuk meneruskan usaha keluarga dia malah lebih betah tinggal di hutan," pungkas Nyonya Rossy dengan wajah yang sedih.

"Mama harus lebih tegas lagi sama dia mah. Ini hari terakhir dia mendaki Gunung. Bulan depan dia harus segera mengisi perusahaan papah. Papah tidak mau tau"..ucapnya tegas.

selesai makan, nyonya dan tuan langsun masuk kedalam kamar dengan perasaan yang marah.Pagi yang agak mendung, Adinda terus saja melangkahkan kaki nya menyusuri jalan bebatuan menuju gunung. Di lihatnya rumah penduduk yang terbuat dari bilik bambu, ladang yang siap panen, dan tentunya orang yang akan berangkat ke ladang nya.

"Inilah kehidupan yang ku inginkan, jauh dari hiruk pikuk ibu kota, jauh dari kebisingan dan polusi tentunya," gumamnya.

Tiba-tiba dia berpapasan dengan seorang wanita yang akan ke ladang nya.

" Eleuh-eleuh, si neng mau daki kok sendiri, perempuan berani gitu? neng harus ada yang mengantar atuh, baru kali ini saya liat cewek mendaki sendiri" tanyanya.

"Ia ibu sendiri, mungkin di belakang banyak yang daki juga " pungkasnya.

" Yasudah atuh, hati-hati neng. Kembali dengan selamat atuh ya".

" Terimakasih doanya bu".

Selepas itu dia mulai berjalan lagi menyusuri setiap jengkal demi jengkal rimbunnya pepohonan.

¥

¥

Di lain tempat, seorang pemuda sedang mencari ikan, di dapatnya lumayan sedikit. "Susah banget dapat ikan, gimana buat makan kita bertiga. Mana cukup ikan segini,," Arrrgggh nasib orang miskin gini amat, andai ada Bidadari yang lagi mandi, langsung aku kawinin. Siapa tau bisa kaya"celotehnya.

¥

¥

Di bawah rimbunnya pohon, Adinda termenung sejenak.

"Ujian tuhan itu beda-beda. Aku orang berada, justru menginginkan hidup seperti ini, bebas tanpa ikatan apapun itu.Tapi ada sebagian orang demi bisa hidup mewah, dia korbanin harga dirinya, hmmmzz cerita tuhan sangat epik.

Tiba-tiba air hujan membuyarkan lamunanya. " Sial hujan rupanya, ".

Ia segera membangun tenda dan bermalam disana.

Senja pun sudah menunjukan vokalnya, tak mungkin dia melanjutkan pendakian di hari sudah gelap, apalagi dia seorang diri, wanita pula.

"Besok aja lanjut. Sekarang incess mau bobo cantik dulu".

Tengah malam dia terbangun, tiba-tiba perutnya merasa sakit. Dan rasanya pengen buang air.

" Duh kenapa sih perut tiba-tiba gini, mana gelap banget, tapi gak tahan euy, masa berak di tenda" pungkasnya.

Tak tahan, dia beranikan keluar tenda.

"Disitu aja deh, cuek aja lagian gak ada orang ini,".

Tiba-tiba dari atas bukit terdengar suara Bayi menagis. Dia ingat di hutan mana ada Bayi. Seketika pikiran kacau nya berkecambuk antara was-was.

"Arggghhh kenapa jadi penakut gitu sih aku.

" Maaf ya mbah, saya disini gak ganggu kalian, saya hanya berkemah saja kok," ujarnya sambil menahan gemetar di tubuhnya.

Sesudah itu dia langsung berlari ke dalam tenda. Suasana malam itu sangat lah sunya, hanya sesekali terdengar suara Binatang malam berseliweran atas tenda nya. Dia langsung memejamkan matanya. Tak berapa lama, ada sesuatu yang menggerakan tenda kesana kemari. Betapa kagetnya dia. Takut bercampur perasaan yang gak menentu. Pasalnya kalau bukan hantu ya binatang buas.

Tenda terus di goyang kan.

"Apapun yg terjadi di luar aku siap hadapi. Ketimbang Setan aja aku gak takut, lebih takut kalau papah ngamuk,".

Dia langsung keluar dan betapa kegetnya, sekumpulan Babi sedang mengacak acak perbekalan nya. Di banting kan nya semua sisa makanan yang ada di tas ya. Semua menyembul keluar, gak ada yg tersisa.

"Sial" gumamnya dalam hati.

Di ambilnya kayu panjang dan langsung di arahkan ke segerombolan Babi. Dan tak lama mereka menjauh di tengah rimbunnya semak belukar.

"Syukur deh udah pergi

Yaampun bekal ku semua habis, sampai kompor gas yang ku bawa hancur di terinjak sama si Babi. Arggghh mana tengah malam lagi, besok aja beresin nya. Aku mening tidur" gumamnya.

Dia pun tidur dengan lelep, sampai sinar Mentari membangunkan nya, kemudian dia bersiap turun Gunung.

"terpaksa aku harus turun, bekal ku habis semua".

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!