Pagi-pagi buta Adinda yg biasa di panggil Dinda terlihat terburu-buru memasukan alat kemah nya kedalam tas besar, pembantunyapun sampai heran..
..." Non mau kemana to, pagi gini sudah berkemas? bibi aja baru bangun tidur, eh si non udah seger aja" tanya Bi Omah....
" Biasa bi, aku mau naik Gunung lagi. Persiapan udah dari lima hari yang lalu"jawab Dinda.
" Lah kok piye to non, gimana dengan nyonya besar, apa sudah tau ?" tanya Bi Omah.
"Belum bi, tenang saja ntar Bibi yang atur," timpalnya.
"Lah kok saya non, jangan bawa-bawa bibi non, bulan kemaren saja bibi di marahin sama nyonya, gara-gara biarin non berangkat ke Gunung Semeru" jawab Bibi.
"Gak bakal bi, aku yang tanggung jawab kok, ini ada uang buat bibi ya. Yaudah bi aku berangkat dulu. Kalau ada yang nanyain, bilang aja aku daki ke Gunung Gede" ucapnya tergesa-gesa.
Siang itu nyonya besar pulang dari kantornya, dan langsung memanggil Bi Omah.
"Bi masak apa hari ini untuk saya makan?" tanya nyonya.
"Saya masak ayam mentega nya, sapi lada hitam, sama sayur asparagus kesukaan nyonya," jawabnya.
"Bi Omah ini memang the best sangat, bi kamu kan sudah tua, sudah bekerja di rumah kami lama, dari Dinda belum lahir sudah ikut keluarga kami. Apa tidak ada pikiran buat berhenti bi?" tanya nyonya .
" Oalah nyonya, bibi belum ada rencana kesana. Saya masih kuat kerja, saya sudah nyaman sedari muda bekerja disini. Nyonya sangat baik sama saya, bahkan anak saya sampai di kuliahkan. Hutang budi sekali saya sama nyonya dan tuan" jawab Bi Omah lirih. "Bi Omah sudah saya anggap keluarga sendiri disini, dari saya belum sepunya sekarang Bi Omah setia pada keluarga ini," timpal nyonya.
Sementara nyonya sedang makan, tak berselang waktu lama, Tuan pun tiba di rumah.
"Papah pulang mah. Mamah lagi makan, tak tunggu papah. Oh ya, Adinda mana mah," tanya Tuan Antoni.
"Mamah juga tidak tau pah, coba panggil dulu Bi Omah ya " " selang berapa detik Bi Omah kembali menghampiri majikannya.
" Ada apa tuan sama nyonya panggil saya?" tanya nya.
" Begini bi, saya cuma mau tanya, apa Bi Omah tau anak kami kemana, soalnya papahnya nanyain terus, gak izin lagi sama kami" tanya Nyoya Rossy serius.
"Nona Adinda bilang, dia mendaki lagi ke Gunung Gede nyonya," timpalnya Bi Omah.
Seketika terdengar gebrakan meja yang di lakukan oleh Tuan Antoni. Dengan wajah yang sudah merah seperti rebusan Kepiting.
"Dasar anak gak ada gunanya, setiap waktu hanya main-main saja, tidak pernah mau membantu orang tua dalam mengelola bisnis. Kita ini sudah cukup lelah mah untuk mengurus perusahaan kita, saatnya Adinda yang menghandle semua, tapi nyatanya malah seperti itu" ucap papah dengan wajah murka ya.
"Sudah pah jangan terlalu keras, mama juga gak habis pikir, kenapa dia itu, disaat orang lain berlomba lomba untuk meneruskan usaha keluarga dia malah lebih betah tinggal di hutan," pungkas Nyonya Rossy dengan wajah yang sedih.
"Mama harus lebih tegas lagi sama dia mah. Ini hari terakhir dia mendaki Gunung. Bulan depan dia harus segera mengisi perusahaan papah. Papah tidak mau tau"..ucapnya tegas.
selesai makan, nyonya dan tuan langsun masuk kedalam kamar dengan perasaan yang marah.Pagi yang agak mendung, Adinda terus saja melangkahkan kaki nya menyusuri jalan bebatuan menuju gunung. Di lihatnya rumah penduduk yang terbuat dari bilik bambu, ladang yang siap panen, dan tentunya orang yang akan berangkat ke ladang nya.
"Inilah kehidupan yang ku inginkan, jauh dari hiruk pikuk ibu kota, jauh dari kebisingan dan polusi tentunya," gumamnya.
Tiba-tiba dia berpapasan dengan seorang wanita yang akan ke ladang nya.
" Eleuh-eleuh, si neng mau daki kok sendiri, perempuan berani gitu? neng harus ada yang mengantar atuh, baru kali ini saya liat cewek mendaki sendiri" tanyanya.
"Ia ibu sendiri, mungkin di belakang banyak yang daki juga " pungkasnya.
" Yasudah atuh, hati-hati neng. Kembali dengan selamat atuh ya".
" Terimakasih doanya bu".
Selepas itu dia mulai berjalan lagi menyusuri setiap jengkal demi jengkal rimbunnya pepohonan.
¥
¥
Di lain tempat, seorang pemuda sedang mencari ikan, di dapatnya lumayan sedikit. "Susah banget dapat ikan, gimana buat makan kita bertiga. Mana cukup ikan segini,," Arrrgggh nasib orang miskin gini amat, andai ada Bidadari yang lagi mandi, langsung aku kawinin. Siapa tau bisa kaya"celotehnya.
¥
¥
Di bawah rimbunnya pohon, Adinda termenung sejenak.
"Ujian tuhan itu beda-beda. Aku orang berada, justru menginginkan hidup seperti ini, bebas tanpa ikatan apapun itu.Tapi ada sebagian orang demi bisa hidup mewah, dia korbanin harga dirinya, hmmmzz cerita tuhan sangat epik.
Tiba-tiba air hujan membuyarkan lamunanya. " Sial hujan rupanya, ".
Ia segera membangun tenda dan bermalam disana.
Senja pun sudah menunjukan vokalnya, tak mungkin dia melanjutkan pendakian di hari sudah gelap, apalagi dia seorang diri, wanita pula.
"Besok aja lanjut. Sekarang incess mau bobo cantik dulu".
Tengah malam dia terbangun, tiba-tiba perutnya merasa sakit. Dan rasanya pengen buang air.
" Duh kenapa sih perut tiba-tiba gini, mana gelap banget, tapi gak tahan euy, masa berak di tenda" pungkasnya.
Tak tahan, dia beranikan keluar tenda.
"Disitu aja deh, cuek aja lagian gak ada orang ini,".
Tiba-tiba dari atas bukit terdengar suara Bayi menagis. Dia ingat di hutan mana ada Bayi. Seketika pikiran kacau nya berkecambuk antara was-was.
"Arggghhh kenapa jadi penakut gitu sih aku.
" Maaf ya mbah, saya disini gak ganggu kalian, saya hanya berkemah saja kok," ujarnya sambil menahan gemetar di tubuhnya.
Sesudah itu dia langsung berlari ke dalam tenda. Suasana malam itu sangat lah sunya, hanya sesekali terdengar suara Binatang malam berseliweran atas tenda nya. Dia langsung memejamkan matanya. Tak berapa lama, ada sesuatu yang menggerakan tenda kesana kemari. Betapa kagetnya dia. Takut bercampur perasaan yang gak menentu. Pasalnya kalau bukan hantu ya binatang buas.
Tenda terus di goyang kan.
"Apapun yg terjadi di luar aku siap hadapi. Ketimbang Setan aja aku gak takut, lebih takut kalau papah ngamuk,".
Dia langsung keluar dan betapa kegetnya, sekumpulan Babi sedang mengacak acak perbekalan nya. Di banting kan nya semua sisa makanan yang ada di tas ya. Semua menyembul keluar, gak ada yg tersisa.
"Sial" gumamnya dalam hati.
Di ambilnya kayu panjang dan langsung di arahkan ke segerombolan Babi. Dan tak lama mereka menjauh di tengah rimbunnya semak belukar.
"Syukur deh udah pergi
Yaampun bekal ku semua habis, sampai kompor gas yang ku bawa hancur di terinjak sama si Babi. Arggghh mana tengah malam lagi, besok aja beresin nya. Aku mening tidur" gumamnya.
Dia pun tidur dengan lelep, sampai sinar Mentari membangunkan nya, kemudian dia bersiap turun Gunung.
"terpaksa aku harus turun, bekal ku habis semua".
"Bi omah, Dinda pulang Bi, tolong siapkan air hangat untuk aku mandi" teriak nya sambil terus masuk kedalam rumah.
Betapa kagetnya yang keluar bukan Bi Omah, melainkan papanya. Di lihatnya bukannya sambutan hangat tapi aura menyeramkan yang terlihat,mata melotot tajam dan raut wajah tidak mengenakan.
"Pah, kapan balik dari Singapore, kok gak ngabarin aku dulu pah" tanya nya enteng.
"Dasar anak tidak berguna, kerjaan hanya seperti ini, kau layaknya gelandangan, kau anaknya seorang Antonie bagaskara, kau di persiapkam oleh ku untuk mengelola perusahaan kita, bukan jadi luntang lantung seperti ini, kerjaan mu hanya daki, daki dan mendaki saja," tegasnya.
"Pah, ini hobi ku pah, dunia ku pah,tak ada minat sedikitpun untuk mengelola perusahaan papa, Dinda gak bisa pah," melasnya.
" Apa kamu bilang? jawaban yang sangat menjijikan seperti itu tak layak keluar dari mulut pewaris tahwa perusahaan ku. Papamu ini sudah tua, sudah harusnya menikmati masa tua dengan tenang, tapi papa selalu meradang oleh kelakuan mu Adinda" bentak papah dengan gemuruh suara yang memekakan telinga.
"Ada apa pah, masih pagi sudak teriak-teriak" sahut Nyonya Rossy.
Dilihanya Adinda dengan keadaan kotor dan lusuh membuat mamanya tak habis pikir.
"Kerjaan kamu seperti ini terus, apa happy nya sih berdiam diri di hutan nak, tempatmu disini, perusahaan sudah menunggu mu nak. Jangan biarkan papamu ini terus berkubang dalam kekecewaan" pinta mama dengan lembut.
"Maafin Dinda mama, maafin Dinda papa. Belum bisa menjadi anak yang membanggakan" lirih Dinda.
Kemudian dia langsung berjalan melengos ke arah kamar tanpa memperdulikan kedua orang tuanya.
Sementara di sebuah perusaan terdengar percakapan yang lumayan menegang.
"Kamu harus segera mencari Ferdian, Ana, dan Lucy. Bawa padaku, aku sangat merindukan mereka. Dimana keberadaan nya pun aku tak tau, sudah saatnya papah membagi warisan ini kepada semua keturunan ku," ucap Tuan Katris Mikarti. Laki-laki tua yang selalu merindukan cucu-cucunya, yang entah keberadaannya pun tidak di ketahui olehnya.
"Sudah aku cari pah, tapi mereka pun bak di telan bumi," jawab Cakra. Seorang dengan watak serakah, antagonis dan selalu mencari kepuasan dengan wanita nakal, meski dia mempunyai seorang istri cantik.
"Siallll, ku kira dengan ku singkirkan semua anak nya Mas Pratama, hidup ku dan kedudukan ku akan aman, ternyata papah selalu menyebut nama mereka.." kesalnya memuncak.
"Dorman kau dimana? bawa semua anak buahmu" seseorang sedang menelepon dan tertera nama bos Cakra.
"Saya sedang makan boss. Baik bos saya kesana sekarang" jawabnya dengan tegas.
"Ada kerjaan untuk you semua. caranya harus dengan halus, lembut dan sekali umpan tiga Ikan di dapatkan,," pekik Cakra kepada semua anak buahnya.
"Mana potonya bos, kami akan segera meluncur"..
Menilik kebelakang ketika keluarga ayah Ferdian yang bernama Pratama Suarezz, adalah seorang pembisnis ulung, bakatnya itu di turunkan oleh sang ayah yang bernama Tuan Katris Mikarti. Tapi sayang dia harus meninggal dalam musibah keracunan bersama sang istri yang bernama Berlian Amora. Mereka meninggalkan tiga orang anak yang masih sangat kecil-kecil, bahkan anak bungsunya yang bernama Lucy masih bayi berusia 3 bulan. Kepergian itu membuat Tuan Katris sangat terpukul, apalagi memikirkan cucu-cucunya. Dari sekain banyak orang yang berkabung, hanya Cakra dan istrinya yang memancarkan aura bahagia. Betapa tidak, di balik musibah meninggalnya sang kaka ada rahasia besar di dalamnya.
¥
Langkah gontai Ferdian setelah ia selesai mencari kayu bakar di tepi hutan. Lamunan masa kecilnya selalu menari-nari dalam benak nya. Keputusasaan selalu menghantui nya. Seketika air mata sendu keluar dari celah mata indahnya. Betapa ia sangat merindukan kedua orang tuanya yang sudah meninggal ,,
"Mama, papa,sekarang Ferdian sudah dewasa, sudah menjadi ibu sekaligus ayah bagi kedua adik kami, perih ma, hidup Ferdian sakit,kecewa ,dan selalu merasakan ketakutan" lirih ferdian dengan mata terisak.
Bagaimana tidak membuat trauma ferdian, saat umur 15 tahun ia harus menyaksikan kedua orang tuanya meninggal dengan mengenaskan setelah meminum kopi arabica, kejadian itu sangat cepat, bahkan mama langsung pingsan ketika sedang menggendong bayi mungil Lucy.
Rahasia besar di balik kematian orang tuanya ia pun tau ,orang jahat itu tak lain adalah om nya sendiri yaitu Cakra Leonardo ,seorang yang berpengawakan kecil tapi serakah dengan harta. Setibanya di rumah kecil kedua adiknya sudah menyiapkan makanan untuk nya ,di dapatnya nasi dan ayam rebus.
"Wah harum sekali ini ,kalian masak apa sih, abang udah lapar nih" seru ferdian senang.
"Biasa bang, kami masak Ayam hutan rebus, karena stok minyak sudah habis jd kami gak bisa menggoreng makanan, aya bang kita makan" ucap Lucy dengan girangnya.
sementara adik kedua Ferdian enggan untuk mengambil nasi ,dia masih menerawang pikirannya yang kosong ..
"Kenapa dengan mu Ana, apa kau tidak lapar? ,masakan Lucy enak ,abang aja suka "tanya Ferdian sedikit aneh.
" Gak kok bang, aku cuma mikir kapan aku bisa keluar dari tempat ini, aku ingin menjalani hidup w dengan normal seperti orang-orang, aku tidak pernah sekolah,untung abang mengajariku untuk menulis dan membaca. Ketakutan apa yang abang ketahui sampai kita ada disituasi seperti ini,," lirih ana..
"Akan ada saatnya abang cerita semuanya sama kalian,sabar saja,,sebentar lagi kita akan merebut kembali apa yang sudah menjadi hak kita semua," tegas ferdian.
"Haaahh maksud abang apa? rahasia apa yang abang pendam selama ini, " ucap Ana dan Lucy.
"Nanti abang cerita, sekarang kalian makan dulu oke,," kata Ferdian sambil terus menelan nasinya.
"Ia bang, maafkan kami selalu menjadi beban untuk abang, kami belum bisa membayar jasa abang," lirih kedua adiknya.
"Loh kalian ngomong apa, kalian semangat abang, nyawa abang, abang hanya punya kalian,,apapun abang akan lakukan untuk kedua adik manis abang," jawab nya ....
¥
¥
Sementara di sebuah kamar yang mewah, seorang kakek tua dengan tongkat ukiran kayu jati berdiri dengan wajah yang memendam kesedihan yang sangat dalam. Bagaimana tidak selama sisa hidupnya ia hanya memikirkan ke 3 cucunya yang hilang entah dimana keberadaanya.
"Dimana kalian cucu ku, kakek sudah semakin tua, sebelum kakek meningalkan dunia harapan kakek bisa bertemu kalian terlebih dahulu ," lirih tuan Katris Mikarti.
Tak berapa lama berselang ,di ketuknya pintu dan langsung memasuki kamar tuan katris.
"Pah, ini cakra .Aku gak akan basa-basi lagi deh, sudah cape aku menunggu ,,papa harus segera putuskan soal perusahaan yang ada di Surabaya,dan pastikan itu harus menjadi atas nama ku, dan satu lagi pah, tambang berlian yang ada di Papua itu juga harus menjadi atas nama ku,," ucap cakra dengan penuh ambisi.
p
Plakkk- - -
Suara tamparan keras terdengar dari kamar tuan besar itu.
"You sudah gila Cakra, you sudah tidak waras, bagaimana mungkin aku akan memberikan semua miliku untuk anak seperti mu, ingat ya, alm.Pratama mempunyai keturunan, mereka lah yang akan mewarisi sebagaian harta ku. Dan ingat tambang berlian yang ada di Papua aku akan berikan kepada anak perempuan pratama ,apa kau masih kurang dengan semua yang aku berikan......
"Kau sudah aku berikan perkebunan sawit, perusaahaan batubara, percetakan terbesar selauruh Indonesia, dan perkebunan teh yang ada di puncak yang 1000 hektar itu, apa kamu masih kurang. Ingat Cakra, kamu itu di usia yang sudah cukup tua ,masih belum di karunia keturunan, lantas harta sebesar itu untuk apa,," tegas tuan Katris.
"Ah sudah lah pah, aku malas berdebat dengan papah. Dalam waktu tiga bulan kalau anak mas Pratama belum juga ketemu, makan semua harta papah harus jatuh ke tangan ku" gertak nya.
Sesudah itu Cakra langsung meninggalkan tuan Katris yang masih mematung. Ia masih mencerna kata-kata yang terlontar dari mulut anaknya sendiri.
"Serakah sekali kamu Cakra, harta mu tak akan di bawa mati, papa tidak habis pikir kamu bisa mempunyai sifat serakah dari siapa, aku dan ibumu tidak seperti itu,," lirih tuan katris..
Dengan wajah yang kurang bahagia,tampak Adinda sedang mengikuti meeting di perusahaan sang ayah, ia tampak memicingkan mata ketika melihat papanya menerangkan rinci demi rinci materi meeting hari ini.
"Tahun ini kita harus mencapai target pasar internasional, sawit dan batubara harus menjadi yang terunggul di perusahaan kita, dan kalian tau perusahaan PT Mercy Sejahtera adalah perusahaan tandingan kita sejak sepuluh tahun terakhir ini" tegas sang ayah kepada semua direksi yang hadir.
"Boleh saya berikan masukan pak?!" tanya sekretaris Lidya.
"Tentu saja silahkan" jawab nya.
"Sudah dua tahun ini, PT. Mercy Sejahtera terus melakukan berbagai macam pembaruan ,mulai dari karyawan , produk ,sampai dengan gaji karyawannya, dan perusahaan mereka terkenal sebagai impian bagi para pelamar kerja, dan mereka sedang membangun pabrik yang akan memproduksi berbagai kebutuhan rumah tangga dan makanan siap saji" papar Lidya dengan muka serius.
"Mereka selalu tampil selangkah lebih berani dari pada kita. Mochtar,saya ingin membahas tentang proyek pabrik baru yang akan memproduksi kebutuhan rumahtangga ,dengan harga yang ramah bagi masyarakat ,dan tentunya berkualitas baik" tegas sang bos.
"Baik pak, kami akan segera mengurusnya" jawab mochtar berapi-api.
Dalam hati Adinda " Woaaaahh lama banget meeting nya, bosan aku dengar nya, aku kangen suasana gunung, gemericik air sungai, dan sabana yang indah, bukan berdiam diri di kantor seperti in,ahh siallll" gerutu adinda kesal.
"Adinda ,apakah kau mendengar materi meeting kita?" tanya sang ayah kesal ,karena melihat Adinda hanya melamun sedari tadi.
"Mendengar pah, aku serius menyimak apa yang mereka katakan" terpaksa Adinda berbohong.
"syukur lah" tegas papah lega.
sementara di rumah, Adinda sudah mengemasi barang-barang yang akan dia bawa untuk mendaki gunung,, "puncak Piramid,ya puncak itu,, meskipun kata orang jalannya sangat ekstrim tapi aku harus bisa taklukan," gumamnya.
Tiba -tiba dari atas tangga berjalan mama nya dengan tatapan yang mematikan.
"Mau kemana lagi kamu hah , besok peluncuran produk parfum terbaru mamah, lusa peresmian salon dan tempat spa cabang ke 150 mama, dan kamu malah pergi bawa tas gunung lagi,,mama gak habis pikir sama kamu Dinda,," bentak mama sambil mengernyitan dahi.
"Mama tenang dulu, Dinda gak kemana mana kok, ini titipan barang temen Dinda mah. Ini punya Ulfah mah bukan punya ku,," maaf ma ,Dinda harus bohong sama mama, Dinda bosan mah ...
"Oke, langsung pulang ya, kita ke butik jam 3 sore ini" tegas mama.
"Siap mama ku sayang "
Sementara itu Adinda berangkat menggunakan buss menuju ke Puncak Piramid. Ia menginap dulu di hotel menunggu pagi tiba.
Mentari mulai menampakan sinar nya. Adinda segera mengemasi barang bawaannya dari hotel dan bergegas pergi menuju Puncak Piramid. Pagi itu agak lain, udara dingin dengan awan sedikit kelabu, tapi itu tak membuat ia menahan hasratnya untuk terus melangkah.
"Wooooaaahhhhh indah sekali ciptaan mu tuhan" pekik Adinda seraya menarik nafas panjang,, .. Ia selalu mendak seorang diri kemanapun.
Kaki terus saja melangkah setapak demi setapak, tiba-tiba jalan yang ia pijak amblas dan akhirnya ia terperosok ke dalam jurang ,entah betapa puluh gulingan yang ia lewati, sampai ia mendarat di dahan pohon waru, saat itu badannya benar-benar terasa remuk, baret di sekujur tubuh nya,dan ia pun masih dalam keadaan entah hidup atau tidak .....
"Kak kita cari kayu bakar nya disana aja,keliatan ranting nya besar-besar" teriak Lucy dengan suara cempreng nya.
"Jauh itu, takut jurang akh," ketus Ana yang sedang membawa sayuran bayam hutan.
"Yasudah kalau kaka gak mau,aku saja" dengus Lucy sedikit kesal pada Ana kaka nya..
Lucy yang sedari tadi tengah mengumpulkan kayu bakar dan sesekali mengambil buah-buahan hutan.."cape banget aku, istirahat dulu aja kali ya, lagian bang Ferdian masih sibuk ikat kayu bakar disana,,".
Plakkkk......
Benda aneh tiba - tiba jatuh di pelipis nya Lucy,,dan ia tersentak.
"Copot eh copot ,apaan itu ," di ambilnya dan ia kaget ternyata benda itu adalah kamera go pro milik seseorang,,
"Bang Ferdi ,kak Ana tolongin Lucy kak, kak cepat" teriak Lucy.
Mendengar itu mereka berdua langsung berlari karena takut ada binatang buas.
"Ada apa dek, kamu kenapa, ?" tegas Ana panik.
"Ini kak, benda ini tiba-tiba jatuh ke muka ku, sakit kak" rengek Lucy panik.
Di lihatnya ke atas pohon, tanpa di duga ada tangan terjulur dan membuat mereka terkejut ketakutan.
"Mayat bang mayat, kabur bang aku takut ," Ana yang panik dan mulai tak tenang.
"Tunggu dek, mayat atau bukan kita sepatutnya menolong dia, kita bawa dan kita kuburkan dengan layak" ucap Ferdian.
Ia langsung memanjat pohon dan meraih badan Adinda.."Cewek ternyata, kenapa bisa ada di atas pohon ,dan ternyata masih bernafas,".... "masih hidup dek, mana tali yang kamu bawa dek, lempar kesini" tegasnya.
Di bawalah badan Adinda oleh Ferdian dan langsung di baringkan di gubuknya ...
"Bang dia siapa?" tanya Lucy heran.
"Mana abang tau dek, " sahut Ferdian acuh.
"Bang ini ramuan daun untuk obati luka dia" kata Luci sambil memberikan sebatok ramuan yang sudah ia bikin.
di balurkan nya ramuan ke wajah,pelipis, kaki dan tangannya.
... Hari berganti Adinda belum juga sadar, nafasnya sangat lemah tetapi di ujung matanya selalu menitikan air mata..
"belum sadar juga rupanya kau nona," selorih Ferdian yang diam mematung memandang wajah Adinda...
Di rumah Adinda tampak papah yang sedang gelisah dan mamah yang tak henti-henti menangis ,karena sudah hampir satu minggu Adinda tidak jelas kabarnya,,
"Pah gimana ini, akan kita dimana, gak sepertu biasanya hp nya gak aktif ," melas mamah dengan mata yang sembab.
"Entahlah mah ,papa juga bingung.." sela papah .
tak berapa lama telpon berdering
"Hallo,selamat siang, dengan keluarga Adinda cristal ?" kata seseorang yanga da di telp.
"Betul dengan saya ayahnya, maaf ini siapa ,dan ada keperluan apa menanyai anak kami" jawab papanya.
"Kami dari tim sar daerah xjdkfnl,
menginformasikan bahwa sodari Adinda telah hilang di puncak piramid 4 hari yang lalu, ia belum turun dan ini hari pertama kami mencarinya pak, mohon untuk bapa segera kemari,terimakasih" kata tim sar segera menutup telponnya.
Mendengar itu papa nya langsung teriak kalut
"mama,mama Adinda ma Adinda" dengan wajar dan tangan yang gemetar.
''Papa kenapa pah ,jawab".
"Adinda hilang di gunung" lirih apa
mendengar itu mamanya langsung pingsan .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!