Pelakor Cantik
Nadira menatap ke arah pintu cafe kesekian kalinya. Jam sudah menunjukkan pukul 12 lewat 10. Biasanya sekitar jam segini pelanggan setianya datang dan benar saja tak lama kemudian, pintu cafe itu terbuka. Sepasang sepatu kulit melangkah ke dalam dan tubuh yang tinggi berbalut jas mewah muncul dari balik pintu. Senyum di wajah Nadira pun merekah.
Sudah lama Nadira bekerja sebagai pelayan di cafe ini dan banyak pula pelanggan yang memberikannya tips, tapi tidak pernah dirinya menantikan kedatangan seorang tamu seperti ini.
“Siang pak Daffa, apakah pesan yang biasa?” Tanya Nadira dengan senyum manisnya.
Daffa yang duduk di balik meja terlihat sangat profesional meskipun posisinya bukan di kantor perusahaannya. Memang identitasnya sebagai CEO perusahaan besar sudah mendarah daging sehingga perilakunya pun menyeimbangi identitasnya.
“Kamu tahu aja, Nadira. Iya yang biasa ya,” jawab Daffa dengan mata menggoda.
Nadira merasakan panas di pipinya. Dia segera mencatat pesanannya dan pergi ke dapur. Nadira mengerti perasaan ini sebenarnya tidak boleh ada karena dia tahu betul kalau Pak Daffa adalah orang yang cukup terpandang. Sebisa mungkin ia mengemas hatinya untuk menutupi rasa itu.
Nadira mengenakan sepatu high dan berjalan ke meja Daffa, "Aduh, kaki ku sakit!" rintihnya mendadak sambil berdesis. Baki yang ia bawa hampir tumpah kalau saja Daffa tak segera menangkapnya.
Pandangan Daffa tertuju pada Nadira yang sedang membungkuk dan mengenakan rok mini membuat aura nya semakin terpancar.
Daffa meletakkan baki di meja sampingnya dan bertanya dengan panik, "Kamu nggak apa-apa kan, Nadira?"
Nadira mengaduh lagi, "Aduh, kakiku rasanya sakit banget!"
Daffa membantu Nadira yang membungkuk dan memapahnya untuk duduk di kursi sebelah.
"Kamu pasti terkilir." terka Daffa yang diikuti dengan anggukan kepala Nadira.
"Sepertinya begitu," Nadira mencoba berdiri dan kemudian terduduk kembali. "Sakit!" pekiknya yang membuat Daffa refleks berjongkok. Melipat lengan kemejanya dan mulai mengambil kaki Nadira.
"Coba aku lihat!" Daffa memperhatikan kaki Nadira yang mulus dan putih.
"Jangan disentuh, sakit!" larang Nadira yang masih meringis.
"Kaki terkilir akan cepat sembuh dengan cara dipijat. Tenang, aku handal dalam masalah ini!" hibur Daffa memastikan.
Suasana cafe memang tak sepadat seperti hari biasanya, Daffa sengaja mengambil waktu siang ke cafe agar lebih leluasa bersama Nadira. Dan benar saja, kesempatan yang langka ini membuat peluang besar bagi Daffa untuk mendapatkan hati sang primadona cafe.
Nadira pasrah dan mengangguk malu, "Baiklah, tolong hati-hati ya!"
Daffa mulai memijat bagian tumit dan merasakan kulit Nadira yang begitu kenyal sampai terasa di ulu hati. Daffa melakukan dengan lembut sampai Nadira merasakan sungguh enak sekali pijatan itu. Bagai mimpi di siang bolong.
Seperempat jam tak terasa membuat Nadira tersadar, "Sepertinya kakiku sudah agak mendingan. Aku akan melanjutkan pekerjaan ku sebelum atasanku memarahiku. Dikiranya nanti aku malas bekerja." ujar Nadira terhenyak mengetahui siapa dirinya yang tak pantas diperlakukan seperti ini.
Daffa melarangnya, "Kaki mu baru saja terkilir. Aku akan bilang pada atasanmu agar kamu cuti saja."
"Tidak, ku mohon jangan lakukan itu!" Nadira berdiri dan membungkuk kan badan. "Aku merasa lebih baik sekarang. Anda tidak perlu mengkhawatirkan saya lagi."
Belum sampai Nadira meluruskan punggungnya, Daffa menarik tangan Nadira dengan cepat ke arah kursi. "Duduklah!"
"Tapi, Pak Daffa!" pekik Nadira yang sudah terduduk disamping Daffa.
"Siang ini kamu pasti belum makan kan, nah, ambil makananku dan makanlah!" Daffa mendekatkan piring ke arah Nadira.
"Eii, tidak bisa begitu Pak, ini kan makanan Anda!" Nadira melambaikan tangan cepat.
"Aku sangat tidak suka jika perintahku ditolak."
"Tapi ...."
"Sudah, tidak ada tapi-tapi!" sangkal Daffa penuh pemaksaan.
Nadira sedikit canggung dan mulai mengambil sendok. Saat akan menyuapkan ke mulut nya, Nadira melirik Daffa yang masih setia menontonnya.
Daffa melengkung kan senyum yang membuat Nadira menggerakkan bola matanya cepat dan mulai melahap makanan.
"Pak Daffa, sepertinya tidak adil jika aku makan sendiri, bagaimana kalau kita kongsi?" tawar Nadira dengan tersenyum.
"Kongsi?" Daffa mengerutkan alisnya.
Dengan cepat Nadira mengambil sendok dan mendekatkan ke mulut Daffa.
Mata Daffa menatap lama sendok di tangan Nadira.
"Cepat Pak Daffa, apa Anda mau menyiksa tanganku yang mulai pegal?"
Daffa mengerjap dan mulai melahapnya.
"Eii, tidak adil juga jika kamu yang menyuapi ku. Sini sendoknya!" Daffa merebut sendok di tangan Nadira dan menyuapkan ke mulut Nadira.
Nadira menyelipkan rambutnya agar tak mengganggunya saat mengunyah.
"Pak Daffa, terima kasih sudah berbagi denganku." ucap Nadira setelah makan.
Daffa merasa jengah dengan sebutan yang Nadira sematkan.
"Bisa tidak kamu memanggilku dengan panggilan selain pak? Terdengar lebih tua tahu." keluh Daffa tak suka.
"Lalu, aku harus memanggil Anda seperti apa? Tuan atau ...."
Dengan cepat Daffa memotong kalimat Nadira, "Panggil mas saja!"
Nadira membelalak tak percaya, lalu ia menunduk malu, dua menit kemudian dia bergumam, "Aku malu,"
Sebenarnya keinginan seperti ini sudah lama Nadira nanti kan, tapi ia tak percaya jika memiliki hubungan yang spesial dengan pria kaya seperti Daffa.
Tangan Nadira meraba dada yang terasa degupan jantungnya tak teratur.
"Hei, untuk apa kamu malu padaku? Bukankah kita sudah akrab satu sama lain?"
Daffa mengatakan itu membuat Nadira salah tingkah, bola matanya yang hitam bergerak kanan kiri, seolah meminta pertolongan untuk lari dari mimpi ini.
Nadira berkhayal, "Dia bilang sudah akrab satu sama lain, apakah ini artinya aku dan dia ...." dengan cepat Nadira menggelengkan kepala menghilangkan mimpi konyol nya.
Daffa menepuk bahu Nadira, "Kok malah bengong!"
Nadira melihat jemari yang begitu hangat itu mendarat di tubuhnya, seolah darahnya berhenti mengalir.
Melihat Nadira tak merespon dan hanya menatapnya, Daffa memanggil namanya, "Nadira,"
"Baiklah, aku akan mencobanya!" karena kaget Nadira berkata demikian.
"Mencoba apa?" tanya Daffa dengan mata menggoda lagi. Bola mata yang indah itu membuat para wanita yang melihatnya akan terkesima hanya sekali lirik saja, termasuk Nadira.
"Eum, memanggil Anda dengan sebutan Mas." sahut Nadira, ia benar -benar malu dibuatnya.
"Coba, aku ingin mendengar nya sekarang!" Daffa mengangkat tangannya dari bahu Nadira. Mendekatkan telinga ke arah wanita yang duduk di sampingnya.
"Sekarang?" gadis itu mulai mengambil nafas untuk ancang-ancang, "Eum, Mas ...."
Daffa mengangguk dan tak sabar lagi, dia benar -benar tak memberi Nadira kesempatan. "Ayo katakan!"
"Mas ...."
"Mas siapa, yang lengkap dong Nadira!"
Nadira semakin panas luar dalam, belum pernah sebelumnya ia menggunakan kata itu untuk memanggil seseorang. Lalu Nadira membuka bibirnya dan mengatakan dengan lirih sambil menatap Daffa, "Mas Daffa,"
"Apa, aku nggak dengar!"
Nadira mengulangi kalimatnya dengan jelas, "Mas Daffa, sekarang Anda sudah puas?"
"Nah, gitu dong!"
Daffa meraih tangan Nadira, "Aku seneng kita kayak gini, jadi mulai sekarang panggil aku seperti tadi."
Nadira mengangguk ragu. Apakah hubungannya akan lebih serius lagi? Wanita mana yang bisa menolak jika ada pria yang setampan Daffa mendekatinya.
Pipi Nadira terlihat mulus dan kinclong, Daffa mendekat dan mengelus pipi yang mengemas kan itu. "Halus," tanpa ragu dia mengucapkan itu.
Nadira memerah kedua pipinya.
"Boleh aku membelai rambut mu?" izin Daffa yang mencium aroma sampo ketika rambut Nadira bergerak terkena kipas.
Nadira tak menyahut hanya mengangguk malu yang menandakan kalau hal semacam itu tak masalah baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
范妮·廉姆
sudah kak ak tambahkan di rak buku
jgn lpa jg ya mampir di I Miss you my best friend..
thz
2023-02-23
0
🔵🌻⃟MbaK_KuNt!🌞⃠
Hwaiting Kk
Udh Ry Favorite
My Bestie mampir
2022-07-18
0
Kam1la
hai Reader semuanya, jumpa lagi dengan author receh ini. Di karya terbaru ini author mengikuti lomba Pov pelakor, beri dukungannya ya reader semuanya. dengan cara beri like, favorit, hadiah dan jangan lupa vote serta komentarnya. Terima kasih.... 😘😘😘😘😘
2022-07-13
0