Bab VIII

Besoknya, Reyhan kembali ke tempat itu bersama 3 temannya. Asyik berpesta sambil minum sepuasnya. Walau sudah diberitahu oleh Salma agar tidak lagi melakukan hal itu, namun tetap saja tak ada rasa jera dalam diri Reyhan.

Tak ada rasa kapok. Tahu rasa. Di nasihati bagaimana juga tidak mempan. Hingga pernah terjadi hal yang tak sepantasnya dilakukan seorang pria terhadap wanita pendampingnya. Salma di tampar oleh Reyhan.

Nasihat hanyalah nasihat. Tak didengar oleh hatinya Reyhan. Suami yang acuh tak acuh pada hal-hal yang seharusnya dituruti, sekalipun itu nasihat dari orang yang seharusnya laki-laki nasihati pada perempuan yang sudah jadi istrinya yang sah.

...***...

5 hari kemudian...

Sofia pulang dari Lembang sana. Tapi sebelum pulang ke rumah, ia harus kumpul dulu bersama murid lainnya di sekolah. Ternyata, hanya pengumuman tentang UN yang akan di laksanakan dua pekan lagi.

Setelah itu, mereka dipersilahkan untuk pulang. Sofia pulang dengan layanan ojek online. Hingga sampailah ia di rumah. Di bayarnya ojek online motor itu dengan uangnya sendiri.

Saat masuk ke rumah, Sofia mengucapkan salam. Yang menjawab hanya Bi Zizah dan Salma. Keduanya sedang memasak di dapur. Sofia pun menuju dapur dan bersalaman dengan keduanya.

Karena ini hari Sabtu, Sofia memutuskan untuk menghabiskan waktu di rumah daripada pergi bersama teman-temannya. Biasanya di hari Sabtu sepulang sekolah, Sofia terkadang mampir ke mall untuk belanja. Tapi ia hanya belanja buku. Sedangkan Femiy, Erna dan Lilis belanja baju.

Di rumah, Sofia mengistirahatkan otaknya seharian ini. Barulah besok, ia mulai belajar rajin kembali di rumah untuk persiapan UN. Sedangkan Senin sampai Sabtu pekan depan, adalah pelaksanaan ujian praktek.

Niat tidur siang, ternyata matanya yang tidak mau tidur. Dia mau tidur, tapi matanya tak mau terpejam. Tak mau dikuasai rasa bosannya, Sofia pun memilih untuk mengambil komik Jepang koleksinya, dan membacanya di kasur.

Baru juga sedang enak membacanya, tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata ada telepon dari Femiy. Sofia awalnya malas untuk menjawabnya. Tapi takutnya ada yang penting untuk dibicarakan, jadi ia jawab teleponnya.

"Assalamu'alaikum, kenapa Fem?" tanya Sofia dengan wajah sedikit layu karena malas.

"Wa'alaikumsalam, Sof! Ke mall, yuk! Kita makan burger bareng-bareng," jawab Femiy dengan semangatnya.

Sofia menghela nafas. Ia menutup komiknya dan membalas, "Sorry, Fem! Aku lagi males pergi-pergi. Besok aja, ya! Bilang ke Erna aku, nggak ikut."

"Yah... please dong, Sof! Kamu ikut ya! Aku yang traktir kok. Kebetulan aku dapat uang jajan bulanan, nih!"

"Mau dapat uang jajan bulanan, uang jajan tahunan, aku tetap lagi nggak mau. Males, nih! Aku masih capek."

Di seberang sana, Femiy jadi cemberut. Wajahnya yang semula cerah ceria jadi kusut mendung. Tapi, ia tak tega juga untuk memaksa Sofia harus ikut ke mall dengannya.

Tak ada pilihan lain, Femiy pun berkata dengan berat hati, "Ya udah deh. Aku sampaikan nanti ke Erna."

"Okey. Sekali lagi, sorry ya! Sungguh, aku capek banget nih!", balas Sofia dengan gaya badannya seperti orang yang terasa pegal-pegal tulang di tubuhnya.

"Iya, iya. Cepat baikan, ya!"

"Hemmm, makasih!"

Keduanya mengucapkan salam penutup dan obrolan pun berakhir. Sofia menyimpan ponselnya kembali ke tempat asalnya. Kemudian membuka lagi komiknya.

...***...

Malam harinya, Sofia turun ke lantai bawah. Alangkah terkejutnya ia saat melihat sang kakak kandung pulang. Saat masuk rumah, terlihat kakaknya jalan tak karuan dengan batuk yang cukup besar dan seperti orang yang mual.

"Astagfirullah, Kak Reyhan! Kakak mabok?" tanya Sofia dengan paniknya.

Reyhan yang membawa tas kerjanya, melempar tas kerja itu ke sofa dan berkata sambil sedikit tertawa, "Mabok? Siapa yang mabok? Kamu nggak tahu apa-apa. Sana!".

Reyhan mendorong Sofia hingga ia terjatuh ke lantai. Sofia pun bangkit berdiri, dan berseru pada Reyhan. Seolah-olah memarahi kakaknya.

"Kakak ini kenapa? Jahat!"

Dengan marah yang jadi memuncak, Reyhan mendekati adiknya lalu mulai mencekiknya dengan sangat kasar hingga adiknya terduduk di lantai, dan terbatuk-batuk.

"Diam kamu, cewek ingusan! Nggak ada urusannya sama kamu! Jadi, jangan ikut campur! Dan jangan sekali-kali lagi nasihatin aku! Ngerti?" kata Reyhan dengan kerasnya.

Saking sakitnya dicekik kakaknya, Sofia tak bisa berkata-kata. Ia menjawab dengan anggukan. Reyhan pun tersenyum dengan senyuman wajah khas orang jahat yang mendapat kemenangan. Ia pun melepaskan cekikan tangannya dari leher Sofia, kemudian pergi ke kamarnya.

Sofia yang masih terbatuk-batuk dan merasa kesakitan di lehernya masih ada juga, berusaha bangkit berdiri, berkata dalam hati, 'Ya Allah! Ada apa dengan kakak hamba? Kenapa beliau jadi seperti itu?'.

...***...

Setelah makan malam, Sofia mendekati Salma yang sedang menonton TV. Sofia menghela nafas panjang, dan barulah ia berjalan ke samping kakak ipar satu-satunya itu.

Salma melihat kedatangan adik ipar satu-satunya itu juga. Dengan senyum tulus dan manis, ia bertanya, "Ada apa, Sayang? Kok murung gitu?"

Sofia terduduk perlahan di sebelah kiri Salma. Kemudian ia menceritakan apa yang di alaminya barusan setelah sholat magrib. Sofia menceritakan dengan Isak tangisnya yang kembali muncul, setelah tadi sempat hilang saat makan malam.

Salma mengerti. Awalnya ia ragu untuk menceritakan apa yang terjadi selama Sofia pergi kemah kemarin. Salma menceritakan Reyhan yang mulai suka pulang sore, atau lebih seringnya pulang waktu tengah malam. Pulang dalam keadaan jalan tak karuan, karena mabuknya itu.

Sudah di nasihati berapa kali pun tetap tidak mempan. Tidak ada yang bisa menghalangi Reyhan melakukan itu dengan 3 sahabatnya, termasuk juga Bi Zizah. Walaupun babu, tapi Bi Zizah juga pernah ikut menasihati Reyhan.

Namun hasilnya tetap nihil. Bahkan saking marahnya di beri arahan oleh Bi Zizah, Reyhan sampai nekat membanting gelas kopinya hingga gelas itu pecah. Hancur berkeping-keping.

Salma juga bercerita dirinya di tampar oleh Reyhan. Mendengar itu, Sofia jadi marah hebat. Emosinya meninggi. Dengan marahnya, gadis itu memasuki kamar kakaknya. Salma berusaha untuk menghalangi, tapi tidak berhasil.

Sofia masuk ke kamar Reyhan. Mendapati kakaknya sedang tidur, Sofia membangunkan Reyhan dengan panggilan suaranya yang kencang.

Reyhan terbangun dengan balasan emosi juga dan bertanya, "Ada apa sih, Sof? Berisik tahu, nggak?!".

Sofia menjawab dengan bentakan, "Kak Reyhan udah mulai hobi minum-minum sejak aku pergi kemah. Iya, 'kan? Jawab!"

Reyhan tidak kaget. Ia tahu sendiri kalau Salma pasti akan menceritakan semuanya pada Sofia. Ia malah tertawa tidak jelas dan menjawab, "Kalau iya kenapa, dan kalau tidak juga kenapa? Is that your problem?".

"Yeah. Selain itu, Kakak juga pernah nampar Kak Salma. Kenapa?"

"Karena dia main nasihati orang aja. Kayak kamu."

"Apa salahnya? Kakak nggak tahu diri!"

Sofia pun keluar dari kamarnya Reyhan. Melihat adiknya sudah keluar kamar, Reyhan jadi ada dendam dalam hatinya.

Ia pun berkata, "Aku harus lakukan sesuatu buat Sofia. Kalau Salma, lebih baik jangan. Karena untuk hal ini, ternyata Sofia-lah yang paling liar. Awas aja kamu, Sof! Siap-siap aku santap kamu!"

...^^^...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!