Kuntilanak Merah

Kuntilanak Merah

Bab I

'Aku Sofia. Aku adalah adik dari seorang CEO terkenal di kota Bandung. Awalnya semua baik-baik saja. Dan aku bahagia dengan kakakku dan kakak iparku. Keduanya sangat baik dan amat menyayangiku dengan tulus dan ikhlas.

Hanya saja, setelah aku berpisah cukup lama dengan keduanya, terlihatlah apa yang kakakku lakukan selama ini. Ada perubahan besar dalam dirinya. Tak bisa dikendalikan oleh kakak iparku juga. Hingga terjadilah kejadian yang tak diinginkan siapapun itu.

...Inilah kisahku!'...

...~~~...

Pulang malam hari setelah bermalam minggu di sebuah pasar malam. Sofia keluar dari mobil Reyhan dengan sangat senang. Ia dan Reyhan (kakaknya) sudah lama jadi yatim piatu. Sejak Sofia naik ke kelas 2 SMA. Sekarang ia sudah kelas 3 SMA. Dan akan menempuh ujian nasional terakhirnya.

Masuk ke rumah dengan berbekal barang-barang yang dibelinya dan yang ia dapat setelah bermain wahana di pasar malam tadi bersama kakak ipar tersayangnya, Salma. Sementara Reyhan memasukkan mobilnya ke garasi.

"Gimana, asyik nggak pasar malamnya?" tanya Salma pada adik iparnya.

"Senang dong! Namanya juga malam minggu. Pasti asyik dan serulah," jawab Sofia dengan semangat.

"Ya udah. Kamu tidur gih! Besok 'kan mau main sepeda pagi-pagi."

"Ya udah. Selamat malam, Kak! Assalamu'alaikum!"

"Ya, wa'alaikumsalam!"

Salma melepas kepergian adik iparnya dengan senyuman ikut bahagia. Ia melihat Sofia yang berlari di tangga menuju ke kamarnya di lantai atas. Bersyukur melihat adiknya itu bahagia. Amat sangat bahagia.

Sang suami masuk ke rumahnya. Inilah Reyhan, kakak kandungnya Sofia. Ia juga ikut senang melihat adiknya bahagia saat ia melihat ke atas. Adiknya masuk kamarnya dengan penuh semangat, seperti orang yang tak sabar lagi ingin pergi ke Mekkah untuk umroh sekaligus naik haji dengan gratis.

"Semangat banget dia. Sampai mau tidur pun semangat gitu. Kayak tahu bakalan mimpi indah ketemu artis favoritnya aja," kata Reyhan dengan senyuman juga.

"Yah...namanya juga remaja, Kang Reyhan. Daripada sama Ryan, belum muhrimnya. Masih mending sama kita. Buktinya dia senang banget tuh!" balas Salma.

Reyhan mengangguk. Ia pun mengajak Salma untuk segera masuk ke kamar juga. Keduanya segera mengganti pakaian mereka dengan baju khusus tidur alias piyama. Besok harus bangun pagi, agar bisa bersepeda pagi-pagi sekali. Tidak terlalu pagi, dari rumah pukul 6 dan pulang jam 8.

...***...

Besoknya, Sofia ke garasi rumah untuk mengambil sepeda kesayangannya. Itu sepeda kenangan dari kedua orang tuanya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke-12 sewaktu masih SD kelas 6 lalu.

Sofia segera berseru, "Kak Reyhan! Ayo cepat! Nggak sabar lagi nih!"

"Iya sebentar, Sof!" balas Reyhan sambil memakai jaketnya.

Sofia yang sudah menunggu di luar rumah, segera mengayuh sepedanya saat dilihat Reyhan dan Salma sudah keluar dengan sepeda masing-masing.

Mereka mengayuh keliling daerah komplek perumahan mereka. Mereka juga melewati lapangan yang biasanya dipakai anak-anak komplek untuk bermain voli, basket atau futsal. Ada jaring pembatas untuk bermain volinya. Juga dua ring basket serta gawang yang berdiri di ujung lapangan berjajar.

Setelah melewati lapangan, mereka melewati sebuah rumah yang bagus, tapi tidak terlalu mewah. Memang bertingkat, namun kecil. Tidak seluas rumahnya Sofia dan kakaknya. Akan tetapi, rumah itu sudah bertahun-tahun kosong. Masih belum ada yang mau menghuninya.

Saking dibiarkannya terbengkalai, rumah itu terlihat kotor dan sangat kumuh. Debu dimana-mana, dan banyak juga rumput liar. Di halaman depannya, ada sebuah pohon yang cukup tinggi dan rindang.

Entah kenapa Sofia, Reyhan dan Salma berhenti di depan rumah itu. Rasanya, seperti ada yang menarik perhatian mereka untuk berhenti, seperti penumpang yang memberhentikan kendaraan umum seperti angkot, taksi atau bus di halte.

Sofia jadi ingin masuk ke dalamnya. Namun, ia dicegah dengan segera oleh Reyhan. Dengan memakai alasan, bahwa di rumah itu bisa saja menjadi sarangnya makhluk halus, alias hantu.

"Udahlah! Nggak usah di lihatin terus, Sof! Kita lanjutin aja sepedanya, sambil cari sarapan," Reyhan menambahkan lagi.

Sofia pun menuruti kakaknya. Ia kembali mengayuh sepeda. Walaupun matanya masih terasa ingin sekali ke rumah itu. Entah kenapa mata dan hatinya tak hanya ingin lihat dari luar. Tapi juga maunya sampai masuk ke dalam rumah itu.

...***...

Reyhan, Salma dan Sofia pun pulang. Mereka sudah sarapan pagi dengan bubur ayam yang mereka beli tadi. Mereka pun mengungkapkan salam masuk ke rumah. Terdengar suara Mbok Zizah menjawab salam mereka bertiga.

Sofia melihat Mbok Zizah sedang mencuci piring. Ia pun menuju ke kamarnya untuk bersiap mandi. Namun sayangnya, badannya masih berkeringat. Jadi ia menunggu sampai keringatnya mengering, sambil bermain ponsel dan bersandar ke tembok di kamarnya.

Setelah menunggu sekitar 3 hingga 5 menit, Sofia segera mengambil baju handuknya dan bergegas ke kamar mandi. Ia mandi dan menyikat giginya. Barulah setelah itu, ia keluar kamar mandi dan kembali ke kamarnya dan mencari-cari baju main yang tertutup di dalam lemari.

Setelah ditemukan, ia mengeluarkannya dengan celana panjangnya juga dan menyiapkan pakaian dalam juga. Kemudian memakaikannya dengan sedikit cepat.

...^^^...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!