Bab IV

Reyhan sebetulnya sudah menduga, kalau Gio, Derry dan Dewa akan mengajaknya ke tempat apa Sabtu malam besok. Namun, ia tak tahu cara untuk menolaknya. Kalau menolak baik-baik, yang ada pasti dirinya dipaksa untuk ikut.

Akan tetapi, Reyhan berusaha untuk menolaknya halus. Ia memberitahukan dugaannya pada Gio. Karena tak mau berbuat hal yang sama dengan Gio, tentu saja Reyhan harus menolaknya. Setelah sholat Jum'at di masjid dekat kantor, Reyhan segera menghadap Gio.

"Gio! Sorry, aku tahu kamu mau ajak aku kemana Sabtu besok. Jadi, mohon maaf aku nggak bisa ikut! Aku nggak sudi, nggak minat sama tempat kayak gitu," katanya dengan memohon.

Gio malah tersenyum kecil dan membalas, "Kamu mau solusi buat adik kamu, 'kan? Ini bisa jadi solusinya. Biar dia mau menerima keadaan ditinggal pacarnya berbulan-bulan lebih."

"Iya, tahu. Tapi, nggak gini juga 'kan caranya. Nggak ada cara lain?"

"Ini biar menjadikan kamu naik derajatnya sebagai CEO, Brow! Jadi, lebih baik kamu ikut."

Tak ada pilihan lain bagi Reyhan untuk menolak. Jadi, ya sudahlah. Mau/tak mau ia harus ikut besok. Meskipun dengan cara yang dikatakan haram tentunya. Yang penting, baginya adiknya ini bisa tenang.

...***...

Sepulang sekolah, Sofia mengajak teman sekelasnya yang bernama Lilis ke rumahnya. Katanya, keduanya mau mengerjakan PR Bahasa Inggris bersama. Karena Sofia sangat cerdas mata pelajaran ini selain Bahasa Indonesia, jadi Lilis minta bantuan Sofia.

Sofia sudah izin pada Salma dan Reyhan kalau ia mau bawa teman sekolahnya ke rumah untuk mengerjakan PR bersama itu. Pulangnya nanti, Lilis akan dijemput ibunya dengan ojek online motor.

Sesampainya di rumah, Sofia dan Lilis segera ke kamar di lantai atas. Lilis pun mengeluarkan bukunya. Buku catatan saja yang ia bawa. Karena buku paket yang digunakan adalah buku paket milik Sofia.

"Ini, aku masih nggak ngerti maksudnya!" kata Lilis sambil menunjuk pada Sofia di buku catatan itu.

Sofia melihat buku catatan itu, dan berkata, "Ini ada di halaman 15. Gini caranya!"

Sofia membuka buku paketnya, mencari-cari halaman yang ia sebutkan tadi. Setelah ditemukan, ia pun berseru, "Nah, ini dia! Kerjainnya sesuai dengan cara yang ini!"

"Masih nggak terlalu ngerti!"

Sofia menghela nafas. Ia pun berkata, "Iya, deh! Gini maksudnya, lho!"

Sofia menjelaskan secara detail cara mengerjakan soal yang tidak dipahami Lilis. Sampai akhirnya, Lilis akhirnya memahami. Ia pun mengerjakannya bersama Sofia yang tinggal menuliskan caranya di buku catatannya sendiri.

Dan akhirnya, keduanya selesai juga mengerjakan tugas. Keduanya menghela nafas lega. Sangat merasa bebas merdeka karena sudah benar-benar selesai melalui masa-masa kritis bagi Lilis.

"Thanks ya, Sof! Kamu emang jagonya bahasa mancanegara!" seru Lilis memuji.

"Ah, nggak juga. Biasa aja tuh! Kalau kita rajin belajar, insya Allah pasti bisa," balas Sofia santai.

"Gimana aku nggak emosi coba? Bu Annisa itu ngasih soal selalu aneh-aneh. Kayak Pak Diana, ngasih soal matematikanya pun yang bukan-bukan."

Sofia hanya tertawa kecil mendengar keluh kesal sahabatnya sejak SMP itu. Tepat setelah mengerjakan tugas, datanglah Bi Zizah membawa nampan yang membawakan makanan ringan seperti setoples kue kering dan dua cangkir teh hangat.

"Ini, Neng Lilis dan Non Sofia! Silahkan dinikmati!" katanya sambil menyimpan dua cangkir gelas itu di depan kedua gadis itu, bersama toples kuenya juga.

"Nggak usah repot-repot, Bi Zizah! Saya nggak lama ini, kok. Sebentar lagi juga saya pulang," tolak Lilis halus.

"Di sini dulu aja sebentarlah, Lis! Kamunya aja belum nelepon Mama kamu buat jemput," Sofia yang membalas tolakan Lilis tadi.

Merasa tak enak hati sedikit dan ada benarnya juga kata Sofia, akhirnya Lilis mau menerima hidangan untuk tamu seperti dirinya itu. Dengan sopan ia izin pada tuan rumah untuk meminum teh dan memakan kue keringnya. Sofia pun mengizinkan.

Saat ditengah menikmati hidangan itu, Lilis tiba-tiba menanyakan perihal Ryan yang akan ikut orang tuanya ke Jakarta besok. Sofia membenarkan hal tersebut. Seketika wajah Sofia jadi kembali sedih.

Melihat Sofia jadi murung, Lilis langsung meminta maaf dan mengaku bersalah karena sudah salah bicara.

Sofia tersenyum kecil mendengar itu dan membalas, "Nggak apa-apa. Lagian, kita 'kan masih berstatus kekasih, Lis. Belum tentu kita jodoh. Mungkin saat balik ke Bandung nanti, Ryan malah dapat jodoh yang baru."

"Kamu harus ikhlas dong kalau Ryan harus sama orang lain?" tanya Lilis memastikan sambil kembali meneguk tehnya.

"Iya. Jodoh 'kan nggak ada yang tahu."

"Sabar ya, Sof! Masih ada yang bisa gantiin posisi Ryan di hidup kamu!"

"Iya. Thank you ya, Lis! Kamu emang sahabat setia aku dan Erna."

Lilis mengangguk sambil tersenyum. Dan keduanya pun berpelukan. Sofia merasa jadi tenang sekarang. Akhirnya, ia dapat juga orang yang pass untuk diajak bicara masalah seperti ini.

...^^^...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!