Bab II

Setelah memakai baju, Sofia mendengar suara ponselnya berdering. Ada panggilan masuk. Saat dilihat, ternyata dari Ryan. Sofia menjawab telepon itu. Dengan senangnya ia dan Ryan mengobrol panjang kali lebar, seperti sedang mencari luas persegi panjang.

Ryan dan Sofia sudah menjadi sepasang kekasih sejak pertama kali bertemu di sekolah SMA itu. Ya, mereka sudah jadian sejak kelas 10. Ryan orang yang baik dan sopan santun pada siapapun, termasuk pada wanita. Ia memang nakal seperti lelaki lainnya di jaman sekarang. Bagusnya, ia hanya suka iseng biasa pada Sofia. Hobi jeleknya pun hanya merokok.

Selain itu, Ryan juga menghargai apa yang Sofia inginkan. Yaitu, cowok itu tak boleh memakai anting, gelang, kalung, atau bertato. Ryan memang tak suka semua itu. Itulah titik yang diinginkan Sofia, setelah ia mendapatkan pengalaman memiliki kekasih yang super nakal sewaktu SMP dulu.

Masa lalu, biarlah berlalu. Dan Sofia sudah biasa jika mengingat semua itu. Karena ia sudah mendapatkan pengganti yang baru.

Akan tetapi, Sofia malah mendapatkan kisah yang menyedihkan. Ryan dikabarkan harus ikut keluarganya ke Jakarta. Ayahnya ada dinas kerja disana, dan semua keluarganya harus ikut, termasuk Ryan.

Artinya, sampai lulus nanti, Sofia dan Ryan tak akan pernah bertemu lagi. Ya, keduanya berpisah. Walau masih satu pulau, hanya beda provinsi saja. Sofia masih di Jawa Barat, sedangkan Ryan sudah di DKI Jakarta.

"Kamu nggak bisa ditinggal sendiri?" tanya Sofia dengan wajah yang semakin sedih.

"Nggak bisa. Aku emang nggak mau ikut. Sebenarnya aku dipaksa," jawab Ryan lirih.

Entah disadari atau tidak, kedua mata Sofia meneteskan air mata tangis. Berlarian dua tetes di pipi kanan dan kirinya.

Sofia akan merasa sendirian 2 hari lagi. Kepergian Ryan ke dunia Jakarta akan dilakukan 2 hari lagi. Sungguh sedih tentunya. Niatnya juga Ryan tak ingin meninggalkan Sofia. Tapi mau bagaimana lagi. Ia dipaksa, dan kalau tidak ikut, bisa-bisa ia ikut nominasi anak durhaka di Indonesia. Atau bahkan dunia.

Ryan bisa merasakan kesedihan Sofia di seberang sana. Ia menyabarkan Sofia, "Tenang aja! Kita 'kan udah kelas 3, nanti juga aku pasti udah pulang abis UN."

Mendengar itu, Sofia jadi sedikit melega. Ia menghapus air matanya dengan cepat dan bertanya untuk memastikan, "Benar, kamu akan pulang abis UN?"

"Insya Allah, aku akan pulang. Tunggu aja kepulangan aku."

"Iya. Aku akan senantiasa menunggu kepulangan kamu ke kota kembang ini."

"Ya. Kamu nggak akan jadi Siti Nurbaya kok. Aku jamin. Aku pulang, kamu akan jadi calon istriku."

Sofia tersenyum kecil mendengar kalimat itu. Ia dan Ryan pun saling berpamitan di telepon. Dan keduanya mengucap kalimat salam penutup.

Setelah mengobrol dengan Ryan, Sofia kembali sedih. Ia akan merasa sangat sedih. Karena dia punya teman yang tak terlalu banyak. Tapi itu membuatnya merasa cukup senang. Hanya saja, baginya jika Ryan tak ada, ia merasa masih ada yang kurang.

...***...

Malam harinya, Sofia makan dengan sangat lambat. Ia mengunyah, menelan, dan membatu lagi. Begitulah seterusnya. Padahal, makan malam kali ini makanan sayuran kesukaannya, kare. Tapi, tak seperti biasanya ia begini. Biasanya kalau makan makanan kesukaannya, Sofia makan dengan sangat lahap dan ekstra cepat.

Melihat adik iparnya tak nafsu makan, Salma bertanya, "Kenapa sayang? Karenya nggak enak, ya?"

Sofia jadi sedikit terkejut mendengarnya. Ia pun menjawab dengan suara yang cukup lemas, "Bukan itu, Kak. Cuman, sedikit nggak nafsu makan aja."

"Belum lapar?" tambah Reyhan bertanya juga.

Mendengar pertanyaan kakaknya itu, Sofia menjawab dengan anggukan dan berkata, "Iya. Aku belum lapar."

"Ya udah, makannya abis sholat isya' kalau gitu."

"Nggak deh. Udah terlanjur aku makan lima sendok ini."

Reyhan dan Salma saling beradu pandang. Reyhan pun menghela nafas dan menggelengkan kepalanya sambil kembali melanjutkan makannya.

Sofia melanjutkan makannya, walaupun dengan sangat lama. Tapi akhirnya habis juga makan malamnya. Ia pun mengantarkan piringnya ke dapur sendiri. Dan ia sendiri yang mencucinya. Karena terlihat Bi Zizah sedang mencuci baju dengan mesin cuci. Setelah itu beliau harus menyetrika baju yang telah dijemurnya tadi siang.

Saat akan kembali ke atas, Sofia melihat ada Salma sedang menonton TV. Ia pun mendekati Salma dengan perasaan sedikit gugup. Padahal, niatnya mau curhat tentang dirinya yang akan ditinggalkan Ryan sampai waktu UN selesai nanti.

Sofia pun mendekati Salma dan bertanya lebih dulu ketika sudah berada di dekat wanita berhijab itu, "Kak Salma! Mmm...Sofia mau...curhat sebentar boleh?"

Salma memandang adik iparnya dengan senyuman dan anggukkan kepala. Sofia pun duduk di sebelah kiri Salma. Setelah diam selama beberapa detik, Sofia menceritakan semuanya. Ia ceritakan secara detail dari A sampai Z.

Setelah bercerita, Salma pun memberikan tanggapan, "Ya kamu relakan aja dia pergi. Lagian, Ryan sendiri bilang kalau dia bakalan balik setelah UN nanti, 'kan?!"

"Iya. Tapi, nanti Sofia ngerasa kekurangan teman. Bukan teman, tapi ini kekasih," tegas Sofia.

"Iya, Kakak ngerti. Tapi kamu harus dewasalah. Kamu nggak sendirian. Kamu 'kan ada teman di rumah, sama teman kamu yang lainnya di sekolah."

Sofia mengerti apa yang Salma maksud. Dan ia pun menerima itu. Pasti sudah yang terbaik untuk hal ini. Sofia pun berterima kasih dan menuju ke lantai atas lagi untuk kembali ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Sofia melihat foto dirinya dengan Ryan yang dipajangnya di pigura yang ia gantung di dinding kamarnya. Melihat foto itu, Sofia mulai tersenyum lebar lagi.

Ia ambil pigura itu dan berkata, "Tak apa kamu pergi jauh. Ada foto ini, bisa dijadikan pengganti kamu di sisiku selama kamu pergi jauh."

...^^^...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!