Permata Hati Sang Mantan Preman

Permata Hati Sang Mantan Preman

siapa sih, Budi?

Mentari sudah condong hampir rebah di peraduannya. Tapi pasar kota ini masih sangat sibuk. Ada yang sibuk berkemas. Ada juga yang masih sibuk melayani pembeli.

"Lek. Kok bengong?"

Seorang gadis remaja menegur seorang pembeli ikan. Yang ditegur tersenyum malu.

"Itu, kangmasmu ganteng banget, ya?"

Dia menjawab sambil menerima ikan pesanannya.

"Emangnya baru liat mas Budi, ya? Perasaan dari dulu mas Budi sering deh, ke pasar"

"Beda lah, Put. Dulu sih masih ingusan. Nggak nyangka sekarang ganteng gitu"

"Inget yang dirumah, lek! Cewek nggak boleh pegang dua" tegur Putri, sambil mencarikan kembalian.

"He he"

Budi adalah sosok pemuda dua puluh tiga tahunan, yang punya perawakan tinggi tegap. Badannya atletis, wajahnya tampan, kulitnya putih bersih.

"Gesit banget Put, kerjanya. Beda sama yang di rumah" komentar pembeli itu.

"Nggak boleh gitu, Lin. Suamimu itu dambaan tetanggamu, lho" tegur seorang ibu-ibu.

"Eh, bu Ratih" pembeli itu itu terkejut.

"He he. Iya, bu. Kagum aja, sama gesitnya anak ibu. Udah gitu rapi, lagi. Terstruktur, sistematis, dan massif" lanjutnya.

"Hiyaaa. Malah kampanye" komentar remaja tadi.

"Lulusan pabrik jepang. Wajar kalo gesit. Kalo nggak gesit, bisa kesalip"

Ya, sebelumnya dia bekerja di salah satu perusahaan terkemuka. Bergerak di bidang manufaktur spare part kendaraan bermotor. Dia terkenal karena kepiawaiannya.

"Itu kenapa lagi? Segala lemuru diliatin anunya. Home stay noh, banyak" celetuk pembeli tadi.

"Hus. Sembarangan" tukas bu Ratih.

"Ha ha ha" pembeli itu tertawa lepas. Sampai-sampai yang dibicarakan menoleh.

Memang, dari awal bekerja, dia selalu tertarik dengan hal – hal kecil yang membuat senewen atasannya. Ini apa, untuk apa, mengapa begini, ini nanti akan dirangkai dengan apa, dan sebagainya. Sering atasannya tidak tahu.

Sering dia memberanikan diri untuk bertanya ke atasan yang lebih tinggi. Tak jarang juga dia harus menjelaskan panjang lebar, barulah mendapat jawaban.

"Kenapa, ngger?" tanya bu Ratih.

"Enggak" jawab Budi sambil tergelak.

"Tuh kan, bu Ratih. Aku bilang juga apa" komentar pembeli itu.

"Jangan lemuru, Bud! Ayo aku tunjukin" teriaknya pada Budi.

"Hus. Malah diajakin nggak bener" tukas bu Ratih.

"Ayo, bu" sahut Budi.

"Welah. Nyahut" seru bu Ratih kaget.

"Ha ha ha ha" pembeli itu tertawa terbahak-bahak.

Secara kepribadian, memang, awalnya bisa dibilang dia adalah bad boy. Dengan gaji besar dan jauh dari orang tua, tak pelak membuatnya merasa bebas.

Sengaja dia mencari kontrakan campuran yang bebas. Yang tutup mata sama penghuninya. Beruntungnya, dia dapatkan itu, walau jauh dari tempat kerjanya. Dan penghuninya adalah para karyawan bergaji kecil.

"Kayaknya lagi kangen sama yang di sana. Sampe mencet-mencet anunya ikan" kata pembeli itu.

"Sok tahu" kilah bu Ratih.

"Lah, bu. Anak kalo udah di perantauan, masa iya nggak kenal begituan?"

"Ya belum tentu"

"Hemm. Apa cuman aku ya, yang kurang bisa ngedidik? Sampe anakku kenal begituan"

"Lah. Anakmu kan cewek, Lin?"

"Itu dia, bu Ratih. Kalo anakku yang cewek aja tergoda, lho. Masa Budi yang cowok enggak?"

"Hem?"

"Eh, tapi bukan ngatain lho bu. Ini pikiran aku aja. Jangan dimasukin ati ya, bu!"

"Hem. Iya, deh. Curhat nih, ceritanya?"

Tak ada yang salah dari tebakan pembeli itu. Dengan kekuatan ekonominya, berbagai macam bentuk tubuh wanita di kontrakan itu, pernah Budi cicipi. Mereka suka, karena mendapat tambahan uang jajan banyak.

Dia-diam, teman satu tempat kerjanya malah sudah tak terhitung, yang mau dia ajak bermalam di kamarnya. Pesona wajah dan kekuatan uangnya, sanggup menghipnotis para wanita. Bahkan, ada yang mau menjadi pacarnya, dan tinggal satu kamar dengannya. Walau tanpa embel – embel uang sekalipun. Hampir setiap malam mereka berlakon seperti sepasang suami – istri.

"Bu. Maaf-maaf kata nih. Emang si Budi masih kurang pinter ya bu, kok belum dapet kerja lagi?" tanya si pembeli.

"Kalo kurang pinter, gimana bisa masuk pabrik jepang? Mana kalo kerja, yang diurus nggak cuman satu tempat. Ibaratnya kaya blok ikan, blok daging, sama blok sayur, disatuin"

"Wah, pinter banget itu sih. Tapi kok nggak dilanjut, bu?"

"Nah, itu dia. Nggak tahu kenapa, setelah ditinggal bapaknya, prestasinya jadi turun. Padahal udah mau sholat, mau ngaji, malah menurun"

"Nah, kan. Sama kaya anakku. Dulu juga gitu. Abis aku kawinin, encer lagi. Malah udah punya usaha tuh, sama suaminya. Udah, kawinin aja bu! Encernya dia itu karena dapet anu. Ha ha ha" seru pembeli itu.

"Hus. Sok tahu"

"Ha ha ha"

Tawa pembeli itu menarik perhatian Budi. Dia yang lagi fokus mengemas ikan jadi menoleh ke belakang.

Lagi-lagi tebakan pembeli itu benar. Budi sempat mempunyai keyakinan, semakin sering dia berhubungan badan, maka semakin cepat dia belajar hal – hal baru, dan menemukan ide – ide baru. Makanya, dia suka memanjakan pacarnya agar dia senang melayaninya setiap malam.

Dan seolah menjadi nyata, semakin hari dia semakin banyak menemukan hal – hal yang bisa diefisienkan. Tidak hanya di jalurnya saja, bahkan dia bisa menghubungkan beberapa departemen sekaligus untuk membuat perbaikan bersama.

Puncaknya, dia dipindahkan ke departemen lain, yang membuatnya bisa mengkonsolidasikan antar departemen. Tunjangannya juga lebih besar.

Mendengar hal itu, pacarnyapun ikut senang. Dia juga kebagian rupiah cukup banyak dari Budi. Semua yang Budi mau, pasti dia lakukan.Termasuk rutin minum pil KB.

*Emang bener sih kata ibu itu. Aku emang lagi kepikiran anu. Tapi anunya siapa yang mau dianu, kalo cuman sekedar di anu? Ha ha ha*.

"Ngger. Ibu beli sayur dulu, ya? Kalo Putri udah dapet recehnya, bulek ini langsung suruh pulang, ya! Jangan diajak ngobrol!" seru bu Ratih. Budipun menoleh dan tergelak.

"Ha ha ha. Aku Punya keponakan cewek, Bud. Mending friend aja deh, sama aku" sahut pembeli itu.

Bu Ratih hanya tertawa saja, lalu pergi keluar pasar. Pembeli itu mendekati Budi.

"Gimana, mau nggak? Aku tunjukin" goda pembeli itu.

"Apa? Oh, anu? Ha ha ha" sahut Budi.

"Enggak lek, makasih. Takut aku sama bapak" lanjut Budi.

"Maksudnya? Kan bapakmu udah pergi, Bud?"

"Itu dia, lek. Kalo bapak masih hidup, mau ngasih wejangan sepanjang jalan kenangan juga aku sih woles. Paling pol juga disabet gagang sapu"

"Terus sekarang?"

"Ya kalo ada suaranya nggak ada wujudnya, apa nggak horor, lek? Tengah malem ngasih wejangan. Hii" jawab Budi begidik.

"Mending puasa deh, lek. Nunggu yang halal aja" lanjutnya.

Ada satu pesan moral yang selalu disampaikan bapaknya semasa sekolah dulu, bahwa tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya melainkan akhlak yang terpuji. Tak peduli berapapun hartamu, betapapun tingginya pangkatmu, kalau tidak punya akhlak yang baik, orang tidak akan ada yang menemanimu. Temanmu hanyalah orang yang menginginkan harta dan kedudukanmu.

Pesan moral itu terus terngiang di telinganya. Menghantuinya setiap malam sampai empat puluh hari setelah kematian bapaknya.

Berawal dari situ, Budi memutuskan untuk berubah. Dia merasa, bapaknya malah mendapat akses untuk mengawasinya, dari tempat yang dia tidak bisa lihat. Dia selalu dilanda ketakutan di tengah malam, sekalipun pacarnya selalu ada di sampingnya.

"Terus, pacarmu gimana, Bud?" pembeli itu bertanya dengan suara lirih.

"Kepo, deh" jawab Budi.

"Ih, serius."

"Ya ditinggal, lah. Aku pindah kontrakan. Dapet di samping masjid"

"Oh. Dari situ kamu berubah?"

"Yap"

"Aneh. Orang udah kau tobat, kok malah dibikin blangsak, ya?" tanya pembeli itu, tapi entah pada siapa. Budi hanya mengernyitkan keningnya.

Memang benar. Semenjak dia tobat, karirnya di dunia kerja, justru seperti terjun bebas. Otaknya sekarang seperti buntu. Hal kecil yang bisa ditemukan rekan kerjanya, tidak bisa dia temukan. Hal besar yang bisa ditemukan teman lainnya, dia tidak bisa membacanya.

Akhirnya, di penghujung kontrak ke duanya, Budi sama sekali tidak mendapatkan rekomendasi untuk mengikuti tes karyawan tetap. Dia tersingkir oleh rekan – rekan yang meniru gaya kerjanya.

"Mending kamu balik deh, sama pacarmu. Kawin siri aja dulu, biar nggak makan biaya. Dia masih mau kan, sama kamu?" saran pembeli itu. Budi termenung.

Memang, sempat pacarnya menyarankan untuk mengambil tawaran kontrak setahun lagi. Dia mau diajak tinggal serumah lagi, dan melayaninya sesering dulu lagi. Sampai dia mendapatkan rekomendasi tes karyawan tetap. Atau selamanya juga dia mau. Tapi Budi menolak. Dia merasa, memang ini jalan yang harus dia tempuh.

"Emang, dari abis kamu tinggalin, pacarmu nggak nyariin? Apalagi sampe kamu nggak dilanjut gini"

"Nyariin, lek. Sering malah ke kontrakanku yang baru. Sering bawain makanan. Aku nggak ada pemasukan sih"

Sempat Budi bertahan di sana, agar mudah kalau ada yang mengundangnya wawancara. Tapi sampai sebulan lamanya bertahan, tak kunjung ada undangan.

"Kenapa nggak diajakin kawin siri aja?"

"Ya nggak kepikiran lah, lek. Kan nggak populer. Setahu Budi, kalo nikah itu, ya resmi"

"Yaah. Sayang banget. Padahal halal lho itu. malah pilih pulang"

"Ibu yang nyuruh, lek. Budi sih, masih pengen bertahan"

Ya, ibunya menyarankan agar dia pulang dulu ke kampung halaman. Supaya tidak perlu memikirkan kontrakan dan makan. Toh di kampung, Budi bisa membantu ibunya. Dan, begitulah. Akhirnya Budi pulang ke kampung halamannya.

Terpopuler

Comments

Kazuki-Ryu

Kazuki-Ryu

Aku mampir Kak.... Semangat...

2022-11-27

0

mingming

mingming

dharis pernah kerja di pelayaran ya...tau bahasa lemuru.😂

2022-09-16

1

marni sumarni

marni sumarni

hai kk.. smg kry mu ini bnyk yg suka ya... awal yg dramastis.... smgt kk like.fav dan bunga me darat

2022-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 siapa sih, Budi?
2 kegalauan
3 si cantik, Adelia Fitri
4 tamu tak diundang
5 tak tahu waktu
6 blok ikan laut
7 monolog
8 kembali atau bertahan
9 di sanggar seni
10 jadi sopir ikan
11 mulut tetangga
12 jadi kuli bangunan
13 sepupu tak ada akhlak
14 huru hara
15 pertemuan tak terduga
16 tes wawancara. gagalkah?
17 kembali berseragam
18 keharuan Adel
19 bahagia itu sederhana
20 gebrakan pertama budi
21 momen pertama
22 tindak lanjut
23 traktiran dari sales cantik
24 adel minta dianter ngejob. tapi sales cantik ngajak jalan. pilih mana?
25 belum jadian, tapi kencan
26 kalau asalnya sudah dengki, tetap saja dengki
27 ibunya budi masuk rumah sakit
28 sakitnya bu ratih, sakit adel juga
29 paling seksi vs paling mencuri hati. pilihan berat
30 teman kerja berasa saudara
31 tak hadir bukannya boleh tak mau tahu
32 dari hati ke hati, antara Adel dan ibunya Budi
33 pertolongan Budi
34 pasamg tenda di samping rumah Adel
35 budi, semobil sama adel, menggigil
36 strategi, strategi, strategi
37 godaan dari adel
38 di bawah guyuran hujan sore
39 doa meminta pelukan
40 budi ingin nembak adel
41 jadian
42 video call pertama setelah jadian
43 ketahuan ....
44 ajakan liburan dari orang tua luki
45 goyang panas bikin hati ikut panas
46 omongan tetangga bikin kacau
47 dikata ojol sama ibunya adel
48 ajakan gowes bikin bingung budi
49 mantai
50 benih-benih khilaf
51 beneran sakit atau akal akalan aja?
52 sama sama terpedaya
53 ketakutan Adel
54 ketakutan Budi
55 pertemuan tak terduga adel dengan stevani
56 dikasih semangat terus, auto senyum terus
57 tikus tikus kecil mulai meresahkan
58 pagi hari di resort baru
59 keributan di depan rumah budi
60 tikus tikus kecil hampir membuat tragedi
61 tragedi di perjalanan pulang
62 pasca tragedi
63 serupa dengan Budi
64 sudah celaka, dapat fitnah lagi
65 sekilas bayangan
66 otak boleh bermasalah, tapi hati tetap siaga
67 kembalinya ingatan Adel
68 pesan rahasia
69 isi pesan rahasia
70 trik menyampaikan pesan ala putri
71 budi masih lupa ingatan
72 astaga, ternyata
73 analisa madina
74 raganya sembuh, tapi jiwanya entah kemana
75 dan ternyata pelakunya adalah
76 pura pura belum ingat
77 berasa seperti time traveler
78 pertemuan adel dengan sang mantan
79 fishbed cafe, malam ini
80 utusan khusus dari sang mantan
81 di rooftop hotel itu
82 stevani berulah lagi
83 Beberapa waktu sebelumnya
84 sebelumnya, Masih di pagi setelah pertemuan dengan Sephia.
85 ada udang di balik bakwan
86 terbukanya sebuah rahasia
87 hari pertama stevani ditahan
88 geger
89 setelah stevani di depak
90 suara bu lusi bikin balik kanan
91 bertemu di penjara
92 firasat hati adel
93 peringatan bencana
94 firasat yang menjadi nyata
95 hampir saja
96 kenyangnya bu ratih, saat melihat yang lain kenyang
97 bu lusi murka
98 rahasia bu lusi
99 bersih bersih setelah banjir
100 pengacara stevani mulai beraksi
101 adel sempat gelap mata
102 pendekatan pertama pengacara vani
103 hilang vani, ada erika
104 kembali bekerja padca banjir
105 mimpi yang merisaukan adel
106 bu lusi dirawat, pak fajar dihina
107 titik balik
108 bu lusi memohon ampun pada bu ratih
109 budi didemo
110 godaan dua wanita
111 budi di prank adel
112 ganteng dan rendah hati. itulah budi
113 adel goyang hot lagi. kenapa ya?
114 secercah harapan untuk stevani
115 permata yang tidak semua hati punya
116 dukungan moral dari adel
117 kencan di sebuah pantai
118 awal dari sebuah pekerjaan besar
119 bantuan dari sandi
120 suara dari kamar stevani
121 temuan baru, dan awal yang baru
122 bengkel budi bersiap menyongsong ekspo
123 ketakutan putri
124 berdua di kantor dengan atasan cantik itu sesuatu
125 permintaan maaf budi
126 ketahuan sama adel
127 pelanggan pertama budi
128 dino dicecar penyidik
129 adel kecelakaan lagi
130 mencari orang yang mencelakai Adel
131 bertemu dengan rival
132 tertangkapnya pelaku sabotase
133 musibah bertubi tubi
134 eagle eyes
135 budi harus bed rest
136 akhir pekan yang berat
137 awal dari kehancuran
138 kesedihan budi dan kemarahan adel
139 hanya sang ibu yang selalu membela
140 sakitnya kepalaku sekarang ini, nggak lebih sakit dari makianmu
141 temuan sephia
142 tuduhan itu mengarah pada budi
143 suasana semakin keruh
144 pertempuran dua sahabat
145 budi diperkarakan
146 mencari si otak kriminal
147 budi dipenjara?
148 balikan atau bubar?
149 kemarahan erika
150 erika mampir ke galery
151 sandi mau dioperasi
152 bapaknya Luki meninggal
153 pak fajar bikin heboh stand expo
154 apresiasi dari bos besar
155 antara gengsi dan kebutuhan
156 ulah siapa ini?
157 perang batin dua sahabat
158 akhirnya lolos juga
159 rentenir
160 sarapan bubur
161 utang yang lain
162 budi susah ditebak
163 gengsi dan perut kembali berseteru
164 ujian mental buat Adel
165 sehari sebelum ke berlin
166 menjelang boarding
167 kabar baik buat Vani
168 kamuflase korek api
169 penggerebekan PT. PRAM
170 ujian di saat berjauhan
171 bengkel pak fajar kebakaran (lagi)
172 bantuan dari berlin
173 senyum dong ta!
174 asa baru buat semua
175 cobaan apa lagi ini ya Alloh?
176 si dia muncul lagi di saat genting
177 madin histeris
178 firasat budi
179 sidang perdana
180 pasca sidang pertama
181 sidang ke dua
182 pak fajar siuman, adel terharu
183 kondisi pak fajar semakin memburuk
184 stevani bebas
185 wasiat pak fajar
186 keputusan dalam kepasrahan
187 akhirnya
188 budi syok
189 di titik nadir
190 bara kemarahan Budi
191 amarah yang semakin memuncak
192 tak hanya Budi, Erikapun marah
193 puncak dari kemarahan Budi
194 adel pamit
195 menata hati
196 kesedihan Madina
197 tak ada lagi Adel di bandara
198 mengantar erika pulang
199 sesampainya di rumah
200 tresno waranggono
201 pendapat madina
202 lembaran baru
203 ada yang jadi mualaf
204 godaan budi
205 pertemuan tak terduga
206 madina murka
207 ketemu manusia tengik
208 lagi lagi ketemu
209 madina tak mau pulang. akibat ulah siapa?
210 pertengkaran Adel
211 erika siluman. eh, siuman
212 bu susan turun tangan
213 pertemuan dua mantan
214 sudah boleh pulang
215 kesedihan Vani
216 seberapa istimewanya ya?
217 bedanya adel sama erika
218 bayangan adel di tubuh madina
219 bisikan setan
220 kasus baru
221 kasus bergulir. siapa pemainnya?
222 bu ratih ikut diperiksa
223 paska pemeriksaan
224 adel berkunjung ke galeri
225 never under estimate your team!
226 kode dari sephia
227 dongle
228 putri ketembak
229 RC 100 vs tivi jadul
230 jaga dia baik baik ya
231 mau twist?
232 marketing masker
233 info dari mantan guru
234 mimpi yang mengerikan
235 apakah son of pegassus lagi?
236 ujian untuk adel
237 kebohongan Erika
238 peringatan untuk budi
239 tak sesuai rencana
240 pengintaian
241 penyergapan
242 kekhawatiran bu Ratih
243 bubur mengkudu
244 kabar dari erika
245 adel salim, budi salting
246 jangan bermain api
247 budi diperiksa
248 makan siang dari adel
249 kejujuran Budi dan Adel
250 pertemuan tak terduga dengan calon mertua
251 sate banteng apa T-Rex?
252 curhatan madina
253 nimas panglima kumbang
254 CCTV
255 adel habis kesabaran
256 tak ketemu juga
257 tega dengan sakitnya, tak tega dengan matinya
258 senyawa apa ya?
259 bu Lusi pingsan
260 interogasi
261 siapa sih sebenernya?
262 adel telepon budi
263 Budi bersiap menjenguk Adel
264 on the way
265 keanehan di bengkel kayu budi
266 erika cemburu
267 luki mati
268 beringinpun punya telinga
269 putri diijinkan pulang
270 bu Susan ikut ditangkap
271 Ta. Siaga penuh, ya!
272 pengeroyokan
273 tiba di galery
274 adel tinggal seatap dengan budi
275 jadi,rotan itu
276 lamaran
277 memanggil serigala malam
278 bakar jagung
279 rencana erika
280 pesan rahasia
281 sekelumit masa lalu
282 erika vs sukron
283 obat siapa ini, kang?
284 ternyata dokter yang dulu itu
285 mencari hingga ke akarnya
286 Cobra, Apache, Hind, Alligator
287 fakta tak terduga
288 kemurkaan Budi
289 semua dapat tugas
290 PRAM didemo
291 dikejar pendemo
292 kehadiran sephia
293 mulai terkuak
294 bejo junior?
295 budi hampir lepas kendali
296 kembali fokus
297 orang di balik kamera
298 vani, ternyata?
299 ocehan Handono
300 man vs machine gun
301 kenyataan
302 bu ratih oleng
303 menuntut balas
304 serangan dari tank terbang
305 hancurnya galery
306 bertemu bapak
307 wejangan bapak
308 evakuasi
309 pemilik asli 'son of pegassus'
310 zulfikar bucin
311 kotak peninggalan bapak
312 laporan intelejen
313 laporan intelejen 2
314 laporan intelejen 3
315 petunjuk
316 kembali ke meja komando
317 menyusun strategi
318 nungki juga cuman kode
319 perjalanan menuju sasaran
320 perbekalan yang membingungkan
321 bunker senjata
322 pembukaan pesta
323 manuju panggung utama
324 mengejar si bejo
325 final battle
326 kabar duka
327 permintaan terakhir Erika
328 seratus hari kemudian
329 menuju pernikahan
330 akhirnya sah
331 konyol
332 pamitan
333 extra part
334 extra part 2
335 extra part ter*****
Episodes

Updated 335 Episodes

1
siapa sih, Budi?
2
kegalauan
3
si cantik, Adelia Fitri
4
tamu tak diundang
5
tak tahu waktu
6
blok ikan laut
7
monolog
8
kembali atau bertahan
9
di sanggar seni
10
jadi sopir ikan
11
mulut tetangga
12
jadi kuli bangunan
13
sepupu tak ada akhlak
14
huru hara
15
pertemuan tak terduga
16
tes wawancara. gagalkah?
17
kembali berseragam
18
keharuan Adel
19
bahagia itu sederhana
20
gebrakan pertama budi
21
momen pertama
22
tindak lanjut
23
traktiran dari sales cantik
24
adel minta dianter ngejob. tapi sales cantik ngajak jalan. pilih mana?
25
belum jadian, tapi kencan
26
kalau asalnya sudah dengki, tetap saja dengki
27
ibunya budi masuk rumah sakit
28
sakitnya bu ratih, sakit adel juga
29
paling seksi vs paling mencuri hati. pilihan berat
30
teman kerja berasa saudara
31
tak hadir bukannya boleh tak mau tahu
32
dari hati ke hati, antara Adel dan ibunya Budi
33
pertolongan Budi
34
pasamg tenda di samping rumah Adel
35
budi, semobil sama adel, menggigil
36
strategi, strategi, strategi
37
godaan dari adel
38
di bawah guyuran hujan sore
39
doa meminta pelukan
40
budi ingin nembak adel
41
jadian
42
video call pertama setelah jadian
43
ketahuan ....
44
ajakan liburan dari orang tua luki
45
goyang panas bikin hati ikut panas
46
omongan tetangga bikin kacau
47
dikata ojol sama ibunya adel
48
ajakan gowes bikin bingung budi
49
mantai
50
benih-benih khilaf
51
beneran sakit atau akal akalan aja?
52
sama sama terpedaya
53
ketakutan Adel
54
ketakutan Budi
55
pertemuan tak terduga adel dengan stevani
56
dikasih semangat terus, auto senyum terus
57
tikus tikus kecil mulai meresahkan
58
pagi hari di resort baru
59
keributan di depan rumah budi
60
tikus tikus kecil hampir membuat tragedi
61
tragedi di perjalanan pulang
62
pasca tragedi
63
serupa dengan Budi
64
sudah celaka, dapat fitnah lagi
65
sekilas bayangan
66
otak boleh bermasalah, tapi hati tetap siaga
67
kembalinya ingatan Adel
68
pesan rahasia
69
isi pesan rahasia
70
trik menyampaikan pesan ala putri
71
budi masih lupa ingatan
72
astaga, ternyata
73
analisa madina
74
raganya sembuh, tapi jiwanya entah kemana
75
dan ternyata pelakunya adalah
76
pura pura belum ingat
77
berasa seperti time traveler
78
pertemuan adel dengan sang mantan
79
fishbed cafe, malam ini
80
utusan khusus dari sang mantan
81
di rooftop hotel itu
82
stevani berulah lagi
83
Beberapa waktu sebelumnya
84
sebelumnya, Masih di pagi setelah pertemuan dengan Sephia.
85
ada udang di balik bakwan
86
terbukanya sebuah rahasia
87
hari pertama stevani ditahan
88
geger
89
setelah stevani di depak
90
suara bu lusi bikin balik kanan
91
bertemu di penjara
92
firasat hati adel
93
peringatan bencana
94
firasat yang menjadi nyata
95
hampir saja
96
kenyangnya bu ratih, saat melihat yang lain kenyang
97
bu lusi murka
98
rahasia bu lusi
99
bersih bersih setelah banjir
100
pengacara stevani mulai beraksi
101
adel sempat gelap mata
102
pendekatan pertama pengacara vani
103
hilang vani, ada erika
104
kembali bekerja padca banjir
105
mimpi yang merisaukan adel
106
bu lusi dirawat, pak fajar dihina
107
titik balik
108
bu lusi memohon ampun pada bu ratih
109
budi didemo
110
godaan dua wanita
111
budi di prank adel
112
ganteng dan rendah hati. itulah budi
113
adel goyang hot lagi. kenapa ya?
114
secercah harapan untuk stevani
115
permata yang tidak semua hati punya
116
dukungan moral dari adel
117
kencan di sebuah pantai
118
awal dari sebuah pekerjaan besar
119
bantuan dari sandi
120
suara dari kamar stevani
121
temuan baru, dan awal yang baru
122
bengkel budi bersiap menyongsong ekspo
123
ketakutan putri
124
berdua di kantor dengan atasan cantik itu sesuatu
125
permintaan maaf budi
126
ketahuan sama adel
127
pelanggan pertama budi
128
dino dicecar penyidik
129
adel kecelakaan lagi
130
mencari orang yang mencelakai Adel
131
bertemu dengan rival
132
tertangkapnya pelaku sabotase
133
musibah bertubi tubi
134
eagle eyes
135
budi harus bed rest
136
akhir pekan yang berat
137
awal dari kehancuran
138
kesedihan budi dan kemarahan adel
139
hanya sang ibu yang selalu membela
140
sakitnya kepalaku sekarang ini, nggak lebih sakit dari makianmu
141
temuan sephia
142
tuduhan itu mengarah pada budi
143
suasana semakin keruh
144
pertempuran dua sahabat
145
budi diperkarakan
146
mencari si otak kriminal
147
budi dipenjara?
148
balikan atau bubar?
149
kemarahan erika
150
erika mampir ke galery
151
sandi mau dioperasi
152
bapaknya Luki meninggal
153
pak fajar bikin heboh stand expo
154
apresiasi dari bos besar
155
antara gengsi dan kebutuhan
156
ulah siapa ini?
157
perang batin dua sahabat
158
akhirnya lolos juga
159
rentenir
160
sarapan bubur
161
utang yang lain
162
budi susah ditebak
163
gengsi dan perut kembali berseteru
164
ujian mental buat Adel
165
sehari sebelum ke berlin
166
menjelang boarding
167
kabar baik buat Vani
168
kamuflase korek api
169
penggerebekan PT. PRAM
170
ujian di saat berjauhan
171
bengkel pak fajar kebakaran (lagi)
172
bantuan dari berlin
173
senyum dong ta!
174
asa baru buat semua
175
cobaan apa lagi ini ya Alloh?
176
si dia muncul lagi di saat genting
177
madin histeris
178
firasat budi
179
sidang perdana
180
pasca sidang pertama
181
sidang ke dua
182
pak fajar siuman, adel terharu
183
kondisi pak fajar semakin memburuk
184
stevani bebas
185
wasiat pak fajar
186
keputusan dalam kepasrahan
187
akhirnya
188
budi syok
189
di titik nadir
190
bara kemarahan Budi
191
amarah yang semakin memuncak
192
tak hanya Budi, Erikapun marah
193
puncak dari kemarahan Budi
194
adel pamit
195
menata hati
196
kesedihan Madina
197
tak ada lagi Adel di bandara
198
mengantar erika pulang
199
sesampainya di rumah
200
tresno waranggono
201
pendapat madina
202
lembaran baru
203
ada yang jadi mualaf
204
godaan budi
205
pertemuan tak terduga
206
madina murka
207
ketemu manusia tengik
208
lagi lagi ketemu
209
madina tak mau pulang. akibat ulah siapa?
210
pertengkaran Adel
211
erika siluman. eh, siuman
212
bu susan turun tangan
213
pertemuan dua mantan
214
sudah boleh pulang
215
kesedihan Vani
216
seberapa istimewanya ya?
217
bedanya adel sama erika
218
bayangan adel di tubuh madina
219
bisikan setan
220
kasus baru
221
kasus bergulir. siapa pemainnya?
222
bu ratih ikut diperiksa
223
paska pemeriksaan
224
adel berkunjung ke galeri
225
never under estimate your team!
226
kode dari sephia
227
dongle
228
putri ketembak
229
RC 100 vs tivi jadul
230
jaga dia baik baik ya
231
mau twist?
232
marketing masker
233
info dari mantan guru
234
mimpi yang mengerikan
235
apakah son of pegassus lagi?
236
ujian untuk adel
237
kebohongan Erika
238
peringatan untuk budi
239
tak sesuai rencana
240
pengintaian
241
penyergapan
242
kekhawatiran bu Ratih
243
bubur mengkudu
244
kabar dari erika
245
adel salim, budi salting
246
jangan bermain api
247
budi diperiksa
248
makan siang dari adel
249
kejujuran Budi dan Adel
250
pertemuan tak terduga dengan calon mertua
251
sate banteng apa T-Rex?
252
curhatan madina
253
nimas panglima kumbang
254
CCTV
255
adel habis kesabaran
256
tak ketemu juga
257
tega dengan sakitnya, tak tega dengan matinya
258
senyawa apa ya?
259
bu Lusi pingsan
260
interogasi
261
siapa sih sebenernya?
262
adel telepon budi
263
Budi bersiap menjenguk Adel
264
on the way
265
keanehan di bengkel kayu budi
266
erika cemburu
267
luki mati
268
beringinpun punya telinga
269
putri diijinkan pulang
270
bu Susan ikut ditangkap
271
Ta. Siaga penuh, ya!
272
pengeroyokan
273
tiba di galery
274
adel tinggal seatap dengan budi
275
jadi,rotan itu
276
lamaran
277
memanggil serigala malam
278
bakar jagung
279
rencana erika
280
pesan rahasia
281
sekelumit masa lalu
282
erika vs sukron
283
obat siapa ini, kang?
284
ternyata dokter yang dulu itu
285
mencari hingga ke akarnya
286
Cobra, Apache, Hind, Alligator
287
fakta tak terduga
288
kemurkaan Budi
289
semua dapat tugas
290
PRAM didemo
291
dikejar pendemo
292
kehadiran sephia
293
mulai terkuak
294
bejo junior?
295
budi hampir lepas kendali
296
kembali fokus
297
orang di balik kamera
298
vani, ternyata?
299
ocehan Handono
300
man vs machine gun
301
kenyataan
302
bu ratih oleng
303
menuntut balas
304
serangan dari tank terbang
305
hancurnya galery
306
bertemu bapak
307
wejangan bapak
308
evakuasi
309
pemilik asli 'son of pegassus'
310
zulfikar bucin
311
kotak peninggalan bapak
312
laporan intelejen
313
laporan intelejen 2
314
laporan intelejen 3
315
petunjuk
316
kembali ke meja komando
317
menyusun strategi
318
nungki juga cuman kode
319
perjalanan menuju sasaran
320
perbekalan yang membingungkan
321
bunker senjata
322
pembukaan pesta
323
manuju panggung utama
324
mengejar si bejo
325
final battle
326
kabar duka
327
permintaan terakhir Erika
328
seratus hari kemudian
329
menuju pernikahan
330
akhirnya sah
331
konyol
332
pamitan
333
extra part
334
extra part 2
335
extra part ter*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!