Andaikan Budi tahu kalau penampilan Adel tadi adalah penampilan penghujungnya di live music malam ini. Walau live music masih terus berlanjut, mungkin Budi bisa mendapat kesempatan untuk pulang bersama lebih awal.
Karena sejatinya Adelia fitri itu, belumlah menjadi artis papan atas sejati. Dia masih bepergian menggunakan motor matic, setipe dengan motor Budi. Terlihat jelas dari stiker nama yang menempel di bodi motor itu.
Tapi, apakah kemungkinan itu bisa mewujud menjadi nyata? Sangat mungkin.
"Del, pulang sama siapa?"
Teguran seseorang mengalihkan perhatiannya. Dia yang sedang berselfie dengan penggemarnya sampai menoleh ke arah suara.
"Sendirian, om. Kenapa?" jawab Adel.
"Pake apa?"
"Pake motor, lah. Masa ngesot?"
Jawaban itu sontak membuat penggemarnya tergelak.
"Tumbenan nggak bawa mobil?"
"Tumbenan? Om Diki mabok espresso nih. Apa nyindir, biar aku ambil mobil? ngerangkep jadi sales, ceritanya?"
"Hempf. Ha ha ha ha"
Lagi-lagi para penggemarnya tergelak mendengar jawaban Adel.
"Siapa tahu, pengen. He he"
"Belum kepikiran, om. Belum perlu juga. Lagian enakan pake motor. Banyak yang nawarin makan"
"Huuuu"
Para penggemar di dekatnya bersorak merespon jawaban Adel. Sorakan yang berarti salut atas kesederhanaan Adel.
Dengan begitu, itu tandanya dia memaklumatkan dengan jelas kepada semua orang, bahwa dia suka hidup apa adanya. Tidak silau dengan harta. Jadi, kemungkinan untuk Budi bisa mengiringi kepulangan Adel, masih terbuka lebar. Walaupun orang lain juga memiliki kesempatan yang sama.
Adelia fitri, seorang penyanyi, yang juga masih mahasiswi. Mulai menanjak karirnya sejak dikontrak sebuah cafe di bilangan Dokter Sutomo, fishbed cafe.
Tempat nongkrong yang sedang digandrungi kawula muda ini memiliki akun youtube resmi. Mengunggah berbagai kegiatan di kafe itu, termasuk siaran langsung dari live music yang diadakan setiap malam minggu.
Dan di setiap penayangannya, akun itu selalu kebanjiran pujian dari para warganet. Terkhusus untuk adelia fitri, kehadirannya di atas pentas, selalu dinantikan para penggemarnya.
"Mbak Adel, mbak Adel"
Seorang anak kecil memanggilnya.
"Halo adek kecil"
"Selfie dong mbak" pinta bocah itu.
Dia tampak selalu ramah dan murah senyum. Setiap orang yang ditemuinya saat berjalan ke ruang ganti artis, selalu disapanya dengan ramah. Tubuh langsing itu terlihat semampai, dengan tinggi sekitar seratus enam puluh lima sentimeter. Rambut sepundaknya berkibar diterpa angi sepoi – sepoi.
"Adek. Mbak Adelnya mau ganti baju. Capek" tegur ibu si bocah.
Dia tetap tersenyum walau raut lelah tak bisa dia sumbunyikan dari wajahnya.
"Nggak papa, mbak. Yuk!" kata Adel.
Beberapa orang malah ikut-ikutan si bocah, mengajak Adel selfie. Dan Adel melayani mereka semua, baru lanjut ke ruang ganti.
Di kamar ganti dia memandangi tubuhnya di cermin rias. Dia mematut diri, seolah ingin memastikan kalau penampilannya tidak ada yang kurang.
Memang tidak ada yang kurang suatu apa. Pinggang yang ramping berpadu dengan pinggul yang melebar, ditambah lingkar dadanya yang tidak besar, tapi juga tidak kecil, menciptakan lekuk – lekuk indah di balik gaun hitamnya. Sepasang kaki jenjang yang padat, membuatnya terlihat lebih tinggi dari wanita sepantarannya.
Sekali lagi dia menatap foto yang terpampang di layar ponselnya. Fotonya Budi. Ya, senyum merekah itu bisa menjadi penanda jelas, kalau Adel menaruh perhatian khusus pada sosok yang baru ditemuinya itu.
*Klung*
Sebuah pesan masuk menyentakkan angan – angannya.
*Del, masih di cafe? Langsung pulang, ya! Nggak usah pake ngobrol segala*!
Pesan dari ibunya, menanyakan posisinya sekarang. Tanpa dia sadari, waktu telah beranjak semakin larut.
Diapun bergegas membersihkan make upnya. Peralatan make up yang tadi dia gunakan juga dia bereskan. Lalu mengambil pakaian ganti yang dia gantung di lemari. Dengan bersenandung lirih, dia membuka kancing gaunnya satu per satu. Saat empat kancing itu sudah terbuka, gaun itu merosot dengan sendirinya ke bawah. Meninggalkan Adel yang nyaris tanpa penutup.
Klek
“HWAAA”
Adel sangat terkejut saat tiba – tiba ada yang membuka pintu kamar ganti.
“Ini aku, Tati”
Dia yang masuk ruangan itu berseru memperkenalkan diri untuk menenangkan Adel.
“TATI, KETOK DULU KENAPA?” tanya Adel dengan nada keras. Masih terlihat bekas – bekas kepanikan di wajahnya.
“Aku pikir kamu masih sama om Diki. Aku nggak liat kamu jalan ke belakang, makanya aku nyelonong aja. Kan aku mikirnya, nggak ada orang” jawab teman Adel itu.
“Hufft, iya deh, iya” kata Adel mengalah.
Dia langsung berjalan ke pojok ruangan untuk mengambil baju gantinya.
“Eh, kamu pake G – Stri** ya? Nggak pake dobelan?” tanya si Tati.
“Iya. Hehe. Abisnya aku lupa nggak bawa legging. Kalo pake ini nggak nyaman” jawab Adel. Dia mengacungkan celana jeans panjangnya.
“Gila, berani banget kamu, del” komentar Tati.
PLAK
Dia menampar pelan pant*** Adel.
“Ih, apaan sih, Ti?” sergah Adel.
“Alaa, cewek sih wajar aja kali, del. Kalo cowok tuh, jijik” kilah Tati.
“Wajar gundulmu. Aku masih normal kali” sergah Adel lagi.
“Iya deh. Eh, del. Tadi itu siapa namanya?” tanya Tati.
“Yang mana?”
“Cowok tadi, yang duduk di seberang kursimu”
“Oh, namanya, Budi” jawab Adel.
“Kenapa, ganteng, ya?” lanjut Adel.
“Iya, del. Ganteng banget, tahu. Tajir kayaknya tuh”
“Emang muka ganteng cuman punya orang tajir doang?”
“Lah,berarti tadi itu bukan orkay dong?”
“Belum”
“Maksudnya?”
“Ada deh” jawab Adel singkat.
Dia sengaja menjawab begitu, untuk menghindar.
“Duluan, ya. Udah dicariin ibu” lanjut Adel.
“Yah, kamu ih. Kebiasaan. Kalo yang bening aja, dikekepin sendiri” keluh Tati.
“Hahahaha. Assalamualaikum” pamit Adel.
“Wa’alaikum salam” jawab Tati.
Adel segera pergi ke parkiran motor. Walau live music sudah selesai, tapi masih lumayan banyak yang belum beranjak dari tempatnya. Beberapa orang memberanikan diri untuk meminta selfie pada Adel. Dan Adel mengabulkan permintaan itu. Walau dengan gaya nangkring di motor.
Di sepanjang jalan, mata Adel seolah melihat Budi. Bayang – bayang Budi selalu menggantung di pelupuk matanya. Tak jarang dia tersenyum sendiri.
Beruntung, dia memakai masker. Jadi, kalaupun ada yang melihat wajahnya, dia tidak akan bisa melihat senyum tipis itu.
Ya, dia menyukai momen saat Budi kaget, ketika dia menyapanya untuk pertama kalinya. Sulit dijelaskan, tapi intinya, suka.
Lalu candaannya, saat dia tanya apakah baru saja putus. Adel tidak menyangka kalau Budi akan menjawab dengan putus kontrak.
"Putus cinta, dengan putus kontrak. Jawaban yang menyedihkan juga sih, tapi kocak"
Adel juga tidak terpikirkan kalau Budi akan menyebut nama adelia wilhelmina. Belum pernah ada yang menghubungkan nama Adel dengan nama itu. Adel merasa, itu adalah cara jenius untuk menanyakan nama lengkapnya.
"Kenapa aku malah ngoreksi omongannya, ya? Kan dia jadi tahu nama lengkap aku. Ha ha ha. Gokil. Bisa-bisanya aku masuk jebakan dia"
Saat sampai di depan rumah, Adel bingung melihat sebuah mobil terparkir di depan rumahnya. Tapi bukan mobil bapaknya. Saat masuk ke halaman rumah, barulah dia mengerti, kalau sedang ada tamu.
“Assalamualaikum” sapa Adel.
“Wa’alaikum salam” jawab mereka kompak.
Mereka yang sedang duduk di kursi teras adalah bapak dan ibunya Adel, serta tamu yang sedang berkunjung.
“Nah, ini anaknya, udah pulang” kata ibunya.
Adel bingung, tapi dia tetap menyalami tamu itu, setelah menyalami bapak, dan ibunya.
“Adel masuk dulu ya, bu” pamit Adel.
“Loh, nanti dulu, nduk. Duduk sini dulu. Ada tamu kok malah ditinggal masuk. Gimana to?” cegah ibunya.
“Loh, kan masnya ini, tamunya bapak sama ibu, kan?” tanya Adel.
“Welah, ya bukan. Mas luki ini, ke sini mau ketemu kamu, nduk” jawab ibunya.
“Ketemu Adel? Ini udah malam, bu. Apa kata tetangga kalau Adel nerima tamu jam sebelas malem begini?”
“Wes, nggak usah mbantah. Ora becik” tukas ibunya.
“Kalau begitu, bapak sama ibu masuk dulu. Silakan ngobrol langsung sama anak saya” kata bapaknya Adel sambil bersiap untuk beranjak.
“Oh, iya. terimakasih Pak Fajar” jawab luki.
“Terimakasih oleh – olehnya ya, mas Luki” sahut ibunya Adel.
“Sama – sama Bu Lusi” jawab Luki.
Pak Fajar dan bu Lusi masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Adel yang masih termenung. Bingung dengan kejadian ini.
Siapa orang ini, dan mengapa bapak – ibunya malah meninggalkannya hanya berdua dengan orang ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 335 Episodes
Comments
mingming
nah adelnya berusaha manut dengan adat ketimuran eh lha kog bapak ibunya mau adat kebaratan
2022-09-16
2
ryvii putriee
kaya"nya itu luki suka sama adel ya,,, emak bapak'y juga kaya'y sudah klop sama luky,,,
2022-07-15
0