29 Hari
"Hai anak baru ! kau tidak layak di Sekolah ini, kau lebih cocok di jalan dan membersihkan sampah-sampah yang ada di jalan raya itu." ucap Chika dan beberapa teman wanita saat melihat Airin memasuki gerbang Sekolah.
Airin tertegun sejenak saat diperlakukan seperti itu.
"Maaf apa maksudnya semua ini ?" tanya Airin dengan sedikit bingung.
"Jangan pura-pura linglung dan hilang ingatan. Aku melihat sendiri kau menyapu dijalan dan menggunakan seragam berwarna oranye itu."
"Asal kau tau, Sekolah ini adalah Sekolah yang didirikan khusus untuk siswa-siswi yang berkelas, bukan siswi yang bekerja sebagai tukang sapu jalan !" jawab Chika dengan menunjuk muka Airin.
"Apakah ada peraturan yang menyatakan akan hal itu ?" tanya Airin kemudian.
"Secara tertulis belum ada, tetapi sebentar lagi akan aku tuliskan untuk mu. Agar esok kau tidak berani datang ke Sekolah ini lagi !" ucap Chika sambil menjambak rambut Airin.
Sementara Airin berusaha untuk melepaskan tangan Chika dari rambutnya. Beruntung bel segera berbunyi sehingga Chika dan juga teman-temannya segera melepaskan Airin dan melangkah menuju ke kelas mereka.
Sementara Airin hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap mereka yang seolah bukan seorang siswi. Mereka lebih layak menjadi preman di terminal dari pada menjadi seorang siswi salah satu Sekolah paling terkenal di kota itu.
Setelah merapikan kembali rambutnya, Airin berjalan menuju ke kelasnya. Airin adalah siswi baru di Sekolah tersebut.
Ia baru dua hari menjadi siswi di Sekolah itu. Kemarin saat ia baru berangkat ke Sekolah, ia tanpa sengaja bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang sedang mengerang kesakitan dan hampir saja pingsan di jalan.
Wanita itu berprofesi sebagai seorang penyapu jalan, ia hidup sebatang kara, ia harus menahan sakit yang ia rasakan demi mendapatkan gaji yang utuh demi untuk menyambung hidup.
Airin merasa iba, kemudian ia menolong wanita itu dan bersedia mengantikan tugasnya selama ia belum sehat, hal itu ia lakukan dengan suka rela setelah pulang sekolah.
Dan disaat ia sedang membersihkan jalan, tanpa sengaja temannya yang bernama Chika melihatnya dan dengan sengaja membuat ulah dengan menumpahkan sampah yang telah Airin kumpulkan.
Setelah Airin tiba di depan pintu kelasnya, Airin menyadari bahwa ada yang iseng dengan menaruh air di atas pintu dengan menggunakan ember.
Airin duduk berjongkok sambil membenarkan tali sepatunya, hal itu ia lakukan agar siswa lain yang kebetulan ada dibelakangnya masuk lebih dahulu.
Dan benar saja, saat siswa itu masuk, air yang berada di atas pintu tumpah membasahi seluruh tubuhnya. Hal itu terjadi di hadapan sang Guru yang juga hendak masuk ke dalam kelas tersebut.
Airin masuk ke dalam kelas tersebut dengan selamat. Sementara Siswa yang menjadi korban diberi waktu untuk pulang dan mengganti pakaiannya.
"Dia beruntung bisa selamat dari jebakan itu, tapi tidak untuk berikutnya. Lihat saja apa yang akan terjadi kepada tukang sapu jalan itu." batin Chika.
Sementara Airin tersenyum melihat Chika yang kesal karena usahanya untuk mengerjai Airin gagal.
Setelah waktu pulang Sekolah tiba, Airin bergegas pulang, ia harus mengerjakan tugas untuk membersihkan jalan.
Dengan penuh semangat Airin mengganti pakaiannya kemudian ia segera mengerjakan semua tugasnya.
Namun saat ia hendak memulai pekerjaannya, Chika dan temannya dengan sengaja mengambil foto Airin dengan seragam oranye itu.
Airin yang menyadari bahwa ia sedang difoto, dengan tersenyum mendekati Chika.
"Hai, apakah kalian ingin membantu kami ? jika demikian maka aku akan memanggil petugas yang lainnya untuk kau gantikan." ucap Airin dengan ramah.
"Cih siapa yang Sudi menjadi tukang sapu seperti mu. Bisa alergi kulitku jika melakukan hal itu." jawab Chika.
"Kalau begitu apa yang hendak kalian lakukan ?" tanya Airin lagi.
"Mengambil foto teman kami yang berprofesi sebagai tukang sapu jalan. Agar besok pagi ada gosip baru yang terpasang di Mading Sekolah."
"Biar semuanya tau siapa sebenarnya siswi baru yang masuk Sekolah kami karena belas kasihan dari pihak Sekolah." jawab Chika dengan bangga.
"Baiklah jika itu yang kalian inginkan." jawab Airin kemudian mengambil HP ditangan Chika kemudian ber-selfie dengan Chika dan yang lainnya.
Dengan cepat Airin mengunggah foto tersebut di salah satu akun media milik Chika. Dalam unggahannya itu Airin menuliskan bahwa Chika ingin menjadi donatur bagi ibu Iyem yang berprofesi sebagai seorang penyapu jalan, yang kini sedang menderita sakit.
Dalam akun tersebut Airin juga menuliskan bahwa Chika dan juga teman-temannya akan menggantikan pekerjaan ibu Iyem selama beliau sakit.
"Ini HP milikmu, jadi esok saat kau menempel foto di Mading Sekolah. Semua siswa-siswi dan juga dewan Guru akan merasa bangga terhadap kemuliaan hatimu." ucap Airin sambil memberikan HP milik Chika.
"Apa yang kau lakukan ?" tanya Airin sambil memeriksa HP-nya.
"Tidak ada, hanya menyimpan foto indah kita, sebagai awal pertemanan kita." jawab Airin.
"Siapa yang Sudi menjadi temanmu ? lihat saja besok apa yang bisa aku lakukan untuk dirimu." jawab Chika.
"Baiklah akan aku tunggu kejutan yang akan kau berikan itu." jawab Airin.
"Kau berani sekali menantang ku, apakah kau belum tau siap aku ? jika memang begitu maka akan aku beritahu." ucap Chika.
"Nona Chika Fernandez adalah anak salah satu pejabat yang sangat dihormati oleh banyak orang. Bahkan jika ia mau seluruh tukang sapu jalan di kota ini bisa ia beri makan secara gratis selama satu Minggu. Bukankah begitu nona Chika ?" ucap Airin dengan sangat jelas.
"Tentu saja, kau bahkan sudah tau hal itu jadi jangan berani-beraninya kau menantang aku !" jawab Chika.
"Maaf Nona saya sangat takut sekali dengan ancaman Nona." jawab Airin dengan nada yang dibuat-buat.
"Dasar kau tukang sapu ... ." ucap Chika terhenti saat ia melihat banyak orang yang melihat kejadian itu.
Dengan kesal kemudian meninggalkan Airin dan segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Sedangkan Airin hanya tersenyum, kemudian melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Dengan bersenandung Airin melakukan pekerjaan itu, sehingga ia tidak merasa begitu lelah karena ia mengerjakannya dengan penuh suka cita.
Setelah selesai, Airin berganti baju kemudian ia membeli dua bungkus nasi untuk dirinya dan juga ibu Iyem.
Airin juga membelikan beberapa roti dan juga susu, untuk ibu Iyem. Setelah ia merasa cukup, kemudian ia membayarnya dan segera pulang ke rumah ibu Iyem.
Airin berjalan dengan cepat karena waktu sudah semakin Sore, ia takut Ibu Iyem mencemaskan dirinya karena ia terlambat pulang. Setelah sampai ia segera mengetuk pintu, tak lama kemudian Ibu Iyem dengan susah payah membukakan pintu untuk Airin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments