Airin dengan santai mulai menulis tugas yang ada dipapan tulis, ia tidak menghiraukan ucapan Chika dan juga teman-temannya. Dengan penuh amarah Chika kembali mendekati Airin bermaksud untuk mengambil buku milik Airin.
Namun kali ini Airin tidak tinggal diam, dengan lincah Airin mengamankan buku tulisnya. Hal itu semakin membuat amarah Chika naik ke ubun-ubun.
Chika mendorong tubuh Airin agar terjatuh dari tempat duduknya, namun lagi-lagi Airin bisa menghindarinya. Chika yang sudah terbakar amarah semakin gila dalam menyerang Airin.
Hal itu membuat teman-teman yang duduk di sekitar bangku Airin memilih berdiri dan menjauhi mereka dari pada mereka yang menjadi sasarannya.
"Dasar kau tukang sapu, kau terang-terangan menantang Chia di hadapan semua orang. Artinya sejak saat ini kau telah mengibarkan bendera perang dengan kami." ucap Chika.
"Chika maaf aku tidak bermaksud demikian. Aku hanya ingin menempuh pendidikan tanpa harus bermusuhan, karena berteman itu jauh lebih baik. " jawab Airin.
"Berteman ? aku tidak Sudi berteman dengan tukang sapu seperti dirimu. Derajat mu lebih rendah dari pada pelayan di rumah ku."
"Bahkan jika aku kekurangan seorang teman, maka aku lebih baik berteman dengan anak pelayan pejabat dari pada harus berteman dengan penyapu jalanan seperti dirimu." jawab Chika.
"Chika terserah apa yang kau katakan, tetapi alangkah lebih baik jika kau juga duduk dan mulai mengerjakan tugas itu. Kasihan teman-teman yang lain datang ke Sekolah ini untuk menuntut ilmu bukan untuk melihat kau bertindak seperti ini." jawab Airin.
Chika yang mendengar ucapan Airin, mengangkat kursi yang ada dihadapannya Kemudian melemparkannya ke arah Airin. Dengan lincahnya Airin bergeser duduknya agar bisa menghindari hantaman kursi tersebut.
"Tukang sapu kau benar-benar memancing keributan dengan ku, kau berani' memerintah aku. Dengar ini baik-baik tukang sapu jalan !"
"Lebih baik aku mendapat hukuman dari guru yang memberikan tugas itu dari pada harus menuruti perintah tukang sapu seperti dirimu." ucap Chika sambil melemparkan kursi atau barang-barang yang bisa ia raih.
Airin hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat reaksi Chika.
"Kenapa kau tersenyum ? apakah kau mengejek ucapan ku?" tanya Chika sambil meraih kerah baju Airin.
"Chika jika kau masih ingin berada di dalam kelas dan tidak ingin menambah hukuman dari Kepala Sekolah maka lepaskan tanganmu dan segera bersihkan dan rapikan kelas ini seperti semula." ucap Arian yang sudah berdiri di dekat meja guru.
Chika yang mendengar suara Arian segera melepaskan tangannya dari kerah baju Airin.
"Sebenarnya aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja aku terbawa suasana. Kak Arian sejak kapan kakak berdiri di situ ?" ucap Chika dengan nada yang lebih lembut.
"Sejak kau memperlakukan teman sekelas mu seperti seorang siswi yang tidak beradab. Tindakanmu seperti bukan seorang pelajar. Bahkan preman' yang berada di pasar lebih baik dari pada kamu yang anak seorang pejabat tinggi." jawab Arian.
"Dan untuk kalian semua silakan tulis tugas yang diberikan oleh guru dan silakan kerjakan di Perpustakaan. Biarkan Chika yang membereskan kelas kalian yang berantakan karena ulahnya." ucap Arian kembali.
Kemudian seluruh yang ada didalam kelas tersebut mulai meninggalkan ruangan itu satu persatu.
"Terimakasih kak atas pertolongannya." ucap Airin sambil sedikit membungkukkan badannya dihadapan Arian. Kemudian ia pergi menuju Perpustakaan.
Arian hanya tersenyum, kemudian ia meminta Chika untuk segera membereskan kelas tersebut tanpa bantuan dari siapapun.
Dengan sangat terpaksa Chika melakukan apa yang diperintahkan oleh Arian karena Arian yang mengawasinya secara langsung.
"Untungnya kau tampan dan juga kaya kalau tidak maka aku tidak Sudi melakukan hal ini. Tapi aku bersyukur bisa satu ruangan berdua dengan lelaki setampan dirimu sang ketua OSIS ."
"Chika ingatlah hari ini, jika saat ini kau dihukum karena tukang sapu itu. Dan kau harus bisa menundukkan ketua OSIS yang tampan itu." ucap Chika dalam hati.
Chika tersenyum-senyum sendiri, saat ia melihat Arian yang duduk di bangku Guru. Chika sesekali mencuri-curi pandang.
Setelah beberapa saat, akhirnya kelas tersebut terlihat lebih rapi dari sebelumnya karena Chika telah menyelesaikan tugas dari Arian.
Setelah itu Chika berpura-pura pingsan untuk mendapatkan perhatian dari ketua OSIS yang tampan itu.
Dengan cepat Arian mengangkat tubuh Chika yang tergeletak di lantai, kemudian ia segera membawa Chika ke ruang UKS untuk mendapatkan pertolongan.
Sementara Chika tersenyum-senyum saat berada dalam gendongan Arian.
"Kau terlihat sangat tampan jika dilihat dari dekat, Tubuhmu yang begitu kuat menambah kesempurnaan mu. Ingatlah Arian mulai hari ini kau adalah milikku." ucap Chika dalam hati.
Sementara teman-teman Chika ikut tersenyum melihat adegan itu. Begitu juga dengan siswa-siswi yang melihat hal itu.
"Sungguh pasangan yang sangat serasi." ucap salah satu teman Chika.
"Apa yang terjadi dengan Chika sehingga Arian mengendong Chika ?" tanya siswi yang lainnya.
"Sungguh beruntung sekali Chika bisa berada dalam hangatnya pelukan sang ketua OSIS yang tampan itu." ucap yang lainnya lagi.
Sementara Arian dengan terburu-buru membawa Chika ke ruang UKS, setelah sampai, Arian menyerahkan Chika kepada petugas kesehatan yang ada di ruangan tersebut. Sementara Arian kembali menuju ke kelasnya.
Setelah Arian pergi dari tempat tersebut, Chika segera bangkit dari tempatnya. Ia begitu kesal karena Arian meningkatkannya begitu saja.
"Apakah kau baik-baik saja ? bukankah kata Arian kau pingsan secara tiba-tiba ?" tanya petugas UKS yang hendak memeriksa Chika.
"Aku tidak apa-apa, aku hanya ingin Arian yang menolongku bukannya kalian !" jawab Chika dengan nada suara yang tinggi.
"Soal aku kira bisa berduaan dengan ketua OSIS tampan itu, ini malah di temani oleh mereka." ucap Chika dalam hati.
"Baiklah jika kau baik-baik saja, maka kami tidak perlu melakukan perawatan apapun." ucap petugas kesehatan itu.
"Aku hanya ingin beristirahat." jawab Chika singkat.
"Baiklah jika begitu, saya permisi." ucap petugas kesehatan itu kemudian meninggalkan Chika dalam ruangannya.
Setelah petugas itu berlalu, Chika langsung menghubungi teman-temannya. Ia ingin meminta teman-temannya untuk mengabarkan keadaan Chika yang kurang baik dihadapan Arian.
Chika rela melakukan apapun demi untuk bisa dekat dengan Arian. Sementara teman-teman Chika segera bergosip saat Arian berjalan dekat mereka.
"Kasihan sekali Chika, saat ini keadaannya sangat menyedihkan. Mungkin karena ia sangat kecapean karena mengerjakan tugas itu seorang diri."
"Sekarang kita harus menyampaikan kondisi Chika kepada keluarganya agar Chika segera dibawa ke Rumah Sakit atau di rawat di Rumahnya dengan Dokter keluarganya." ucap salah satu teman Chika dengan suara yang keras agar Arian mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments