Setelah pemuda itu pergi, Airin mengantarkan tukang kebun itu ke tempat tinggalnya dan membantu mengobati luka ditangannya.
"Maaf pak, siapa pemuda tadi ?" tanya Airin.
"Dia adalah tuan muda Arian, di Sekolah ini dia sebagai ketua OSIS. Dia adalah anak yang sangat baik dan suka menolong."
"Kekayaan keluarganya tidak membuat ia menjadi anak yang sombong. Dia adalah salah satu siswa yang berprestasi di Sekolah ini." jelas tukang kebun itu.
"Oh begitu. Kenalkan pak nama saya Airin." ucap Airin kemudian.
"Saya Udin, biasa dipanggil mang Udin." jawab tukang kebun itu dengan tersenyum.
"Mang Udin salut sama neng Airin, meskipun siswi baru dan diperlakukan seperti itu tetapi neng Airin tidak merasa takut sama sekali." ucap mang Udin lagi.
"Selama kita tidak melakukan sebuah kesalahan mengapa harus takut mang ?" tanya Airin.
"Neng non Chika itu sangat mengerikan sekali, dia menggunakan kekuasaan orang tuanya untuk bertindak semaunya."
"Hari ini dia bisa melakukan hal itu kepada kita, dan hari ini kita selamat karena tuan muda Arian datang tepat waktu, sehingga kita bisa selamat neng."
"Tetapi belum tentu besok kita bisa selamat dari nona Chika. Terlebih bagi neng Airin pasti dia akan terus-menerus berbuat tidak baik terhadap neng Airin." jelas mang Udin dengan khawatir.
"Tidak apa mang, saya bisa menjaga diri. Tetapi apakah Chika juga akan berbuat hal yang sama terhadap mang Udin ?" tanya Airin lagi.
"Itu sudah biasa bagi saya neng. Mang Udin mah hanya bisa pasrah saja menjalani semuanya neng."
"Cuma mang Udin takut neng Airin jadi tidak betah Sekolah disini. Padahal Sekolah ini adalah impian banyak anak-anak neng." jawab Mang Udin.
"Jangan khawatirkan saya mang, saya bisa kok jaga diri. Dan saya sebelumnya sudah mengetahui bahwa siswa baru yang berasal dari keluarga kurang mampu selalu menjadi korban bullying oleh mereka yang berasal dari keluarga kaya terlebih keluarga pejabat."
"Meskipun tidak semuanya seperti itu, tetapi kebanyakan ya seperti itu. Bahakan mereka tidak bisa menghormati orang yang lebih tua, hanya karena profesi orang tersebut."
"Parahnya lagi ada beberapa oknum pengajar yang seakan menutup mata dan telinga mereka untuk kejadian itu."
"Seharusnya siapapun siswa yang melakukan tindakan yang kurang baik ya harus diarahkan ke arah yang benar. Bukan malah menutup mata seolah tidak mengetahuinya hanya karena mereka berasal dari keluarga yang terpandang."
"Sebuah lembaga pendidikan yang seharusnya mengarahkan dan mendidik seluruh peserta didiknya ke arah yang seharusnya malah tidak berfungsi sesuai dengan fungsi sebenarnya. Sungguh sangat ironis." ucap Airin.
"Sebenarnya siapa neng Airin ini, dia sungguh berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Dia berwawasan sangat luas. Apakah sebenarnya dia berasal dari keluarga yang berada." batin Mang Udin.
"Seandainya semua siswa memiliki pemahaman seperti neng Airin, pasti Negara kita akan jauh lebih baik, karena generasi penerus bangsa memiliki kecakapan yang luar biasa." puji mang Udin.
"Mang Udin bisa saja, jika terus dipuji saya bisa terbang ke awan mang." jawab Airin sambil tertawa melihat ekspresi mang Udin.
Setelah selesai mengobati tangan mang Udin, Airin berpamitan untuk membersihkan diri agar bisa segera mengikuti pelajaran di kelasnya.
Dengan cepat Airin membersihkan diri dan berganti pakaian, setelah itu ia masuk ke dalam kelasnya.
Ketika Airin masuk kedalam kelas, hampir seluruh siswa dan siswi melihat ke arahnya. Kerena kebetulan guru yang bertugas tidak masuk dikarenakan sedang sakit.
"Oh ini si tukang sapu jalan yang dibela oleh ketua OSIS kita ?" tanya salah satu siswi di kelas tersebut.
"Beruntung sekali dia." ucap yang lainnya.
"Kalau aku lebih kasihan lagi, pasalnya Chika and the gank tidak akan begitu saja melepaskan dia." ucap yang lainnya lagi.
"Tukang sapu jalan ! sebaiknya kau berfikir ulang sebelum masuk ke Sekolah ini. Apa lagi kau berani melawan mereka. Bisa dipastikan kau tidak akan bertahan lama di Sekolah ini."
"Sebelum kau bermimpi terlalu tinggi. Sebaiknya kau bangun terlebih dahulu dan pergilah ke Sekolah yang lainnya, masa depanmu lebih terjamin di sana." ucap yang lainnya lagi.
"Sebaiknya kau dengar itu tukang sapu jalan ! kami sebenarnya kasian tapi apa yang bisa kami lakukan." ucap salah satu siswa lagi.
"Airin, lebih baik kau cepat duduk dan kerjakan tugas yang ada di papan tulis itu ! itu jauh lebih baik dari pada kau mendengarkan ocehan mereka." ucap salah satu siswi yang bersimpati pada Airin.
Airin kemudian duduk dan mengabaikan apa yang diucapkan oleh mereka kepada dirinya. Setelah itu ia mengeluarkan buku tulisnya dan hendak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru kelasnya.
Namun, belum sempat Airin menulis. buku tulisnya di ambil oleh Chika yang tiba-tiba sudah berada di depan Airin. Kemudian ia merobek-robek buku itu setelah itu ia melemparkan ke sembarang arah.
Semua yang berada dalam ruangan itu langsung terdiam dan tak berani berkutik. Saat Chika melakukan hal itu kepada Airin.
"Jangan bermimpi kau bisa duduk dengan santai dan mengerjakan tugas dari guru sebelum kau menerima akibat dari perbuatanmu yang berani melawanku !" ucap Chika dengan penuh kemarahan.
Chika ingin menjambak rambut Airin namun dengan cepat Airin menghindarinya dan berdiri menjauhi Chika.
"Kau berani menantang ku rupanya. Jangan harap ada Arian yang akan melindungi mu dari hukuman yang akan aku berikan." ucap Chika sambil berjalan mendekati Airin.
Airin juga tak mau kalah, ia segera menjauh untuk menghindari gerakan Chika. Chika yang sudah terbakar emosi sampai tidak bisa mengimbangi gerakan Airin yang terlihat sangat lincah.
Hal itu membuat Chika terjatuh di hadapan Airin. Airin tersenyum kemudian ia mengulurkan tangannya hendak menolong Chika. Tapi sayangnya Chika tidak menerima bantuan dari Airin.
"Kau tidak mau menerima niat baik dari ku ?" tanya Airin dengan tersenyum.
"Siapa yang Sudi berjabat tangan dengan dirimu, tanganmu bau seperti sampah di pinggir jalan itu." jawab Chika sambil berdiri dan dibantu oleh teman-temannya.
"Baiklah kalau begitu." jawab Airin kemudian ia berjalan kembali hendak duduk di kursinya.
"Tunggu ! siapa yang mengijinkan mu untuk duduk ? Sebelum aku mengijinkannya maka kau akan tetap berdiri dan jangan berani-berani untuk duduk." Ucap Chika.
"Bukankah status kita sama ? sama-sama sebagai seorang siswi. Lalu apa wewenang mu sehingga kau bisa membuat keputusan seperti itu ?" jawab Airin sambil terus melangkah meninggalkan Chika dan teman-temannya.
Setelah sampai dengan santainya Airin duduk di bangkunya. Dan kembali mengeluarkan sebuah buku untuk mengerjakan tugas yang tertulis di papan tulis.
Sementara yang lainnya, tidak berani bertindak apa-apa selain diam dan melihat kelanjutan dari kisah Airin dan juga Chika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments