Setelah Airin masuk kedalam rumah, ibu Iyem menyiapkan air hangat untuk dirinya mandi. Airin tersenyum kemudian ia memeluk tubuh ibu Iyem yang mulai menua.
"Bu, bagaimana ibu bisa melakukan itu semua ? Ibu selalu melakukan hal dengan sempurna. Cintamu melindungi ku hari demi hari."
"Sehingga aku bisa melakukan apa saja kapanpun itu selagi ibu masih ada. Ibu aku tidak mengerti mengapa kau mencintaiku ? tetapi aku sangat menyukainya dan aku juga sangat mencintaimu ibu." bisik Airin sambil memeluk tubuh wanita paruh baya itu.
"Nak mendengarkan kalimat indah mu itu, seakan ibu menjadi wanita paling mulia dan sempurna di dunia ini."
"Ibu seakan merasakan mempunyai seorang anak kandung. Meskipun ibu tidak bisa merasakan indahnya menjadi seorang ibu." jawab ibu Iyem dengan bergetar.
"Ibu sekarang ada Airin disini. Ibu jangan sedih lagi dan ibu tidak perlu lagi memikirkan hal yang lainnya, ibu harus cepat sehat dan kita bisa beraktivitas bersama-sama." ucap Airin.
"Nak, hatimu sungguh mulia, alangkah beruntungnya kedua orang tuamu, karena memiliki anak seperti dirimu." ucap ibu Iyem dengan tersenyum menatap wajah ayu Airin.
"Ternyata ibu sangat pandai merayu. Terimakasih untuk pujiannya Bu, dan maaf saya harus mandi terlebih dahulu agar lebih segar dan sayang jika air yang ibu hangatkan dengan cinta dan kasih sayangmu itu tidak segera aku nikmati kehangatannya." ucap Airin sambil berlalu meninggalkan ibu Iyem.
Setelah selesai mandi, Airin dan juga ibu Iyem menikmati makan malam bersama. Keduanya sama-sama menceritakan pengalamannya menjadi seorang penyapu jalan.
Ada orang yang selalu memandang hina pekerjaan itu, tetapi ada juga yang memuji kesabaran dan keikhlasan mereka untuk menjaga kebersihan jalan kota.
Setelah selesai menikmati makan malamnya, Airin berpamitan untuk segera beristirahat. Ia merasa sedikit lelah karena aktivitas hari ini.
Keesokan paginya, Airin bersiap-siap untuk pergi ke Sekolah setelah ia membantu ibu Iyem membereskan rumah.
Dengan penuh semangat Airin berjalan menuju ke Sekolahnya. Baru saja Airin masuk melewati pintu gerbang, ia Sudah disambut oleh beberapa temannya.
"Oh ini ternyata siswi baru yang berprofesi sebagai tukang sapu jalan !" ucap salah satu dari mereka dengan pandangan yang jijik.
"Entahlah apa kelebihan yang ia miliki sehingga Sekolah kita ini mau menerimanya sebagai salah satu siswi di sini." ucap yang lainnya lagi.
Belum sempat Airin menjawab pernyataan dari mereka. Chika dan juga teman-temannya sudah datang dengan membawa sebuah karung dan juga ember yang berisi air dari selokan.
Tanpa menunggu perintah, mereka melakukan tugasnya masing-masing. Ada yang menyiramkan air ke atas kepala Airin dan ada juga yang menumpahkan setumpuk sampah dari dalam karung yang mereka bawa.
Airin yang tidak sempat menghindar menjadi basah kuyup dan banyak sampah menempel di tubuhnya karena basah.
Sungguh sangat menyedihkan keadaan Airin. Tak cukup sampai di situ. Chika mendorong tubuh Airin sehingga ia terjatuh ke tanah.
Tak puas sampai di situ, Chika dan teman-temannya meludah karena jijik melihat kondisi Airin yang sangat kotor.
"Bagaimana tukang sapu jalan, apakah kau masih berani menantang aku ha ?" tanya Chika dengan sombongnya.
"Kalian benar - benar keterlaluan. Cepat pergi dari sini sebelum Kepala Sekolah melihat kelakuan kalian." ucap tukang kebun di Sekolah tersebut.
"Oh, sudah berani rupanya. Kalian sama saja, sama-sama tukang sapu jadi saling melindungi. Tetapi kalian harus ingat ! kalian tidak bisa memerintah seenaknya saja."
"Kau pikir siapa kau sehingga berani melawan aku." ucap Chika sambil mendekati tukang kebun yang hendak menolong Airin.
"Non, bukan maksud bapak untuk memerintah non Chika, tetapi kasian dia non. Dan jika Bapak Kepala Sekolah melihat kejadian ini, pasti non Chika dan juga yang lainnya bakal kena hukuman." jawab tukang kebun itu mencoba menjelaskan.
"Kepala Sekolah tidak akan melihatnya, karena hari ini beliau sedang ada acara dinas keluar. Jadi beliau tidak akan mengetahuinya jika tidak ada yang menyampaikan hal ini."
"Dan bagi siapapun yang berani mengatakan hal itu maka berarti dia berani menantang aku !" ucap Chika dengan penuh penekanan.
"Maaf non, tapi kasian dia. Dia sudah sangat menyedihkan jadi tolong biarkan dia pergi." ucap sang tukang kebun itu lagi.
"Kasian ? dia tidak pantas untuk di kasihani ! dia layak mendapatkan hal itu. Sama seperti tukang kebun yang sok jagoan seperti anda." jawab Chika sambil mendorong lelaki paruh baya itu sehingga beliau tersungkur di samping Airin.
Airin yang melihat hal itu langsung membantu tukang kebun itu untuk bangkit.
"Pak apakah bapak baik-baik saja ?" tanya Airin dengan khawatir.
"Tidak nak, bapak tidak apa-apa." jawab tukang kebun itu dengan tersenyum.
Airin membantunya membersihkan kotoran yang menempel di baju bapak itu. Dan ia melihat ada luka di telapak tangannya karena terbentur batu.
"Pak tangan bapak terluka." ucap Airin.
"Tidak apa-apa nak, sebentar lagi juga pasti akan sembuh." jawab tukang kebun itu.
"Mari pak saya bantu untuk mengobatinya, jika tidak cepat dibersihkan dan diobati takutnya tangan bapak akan terinfeksi." ucap Airin lagi.
"Sungguh mengharukan sekali. Tetapi siapa yang menyuruh kalian pergi dari sini ? kalian tidak bisa pergi tanpa seijin ku." ucap Chika.
Airin langsung berdiri menatap tajam ke arah Chika.
"Sungguh miris sekali sikapnya, seharusnya ia bisa memberikan contoh yang baik untuk teman-temannya tapi ini malah sebaliknya. Aku harus segera memperbaiki akhlak siswa-siswi di Sekolah ini." batin Airin.
"Apakah kau masih mau menantang ku ?" ucap Chika sambil menatap ke arah Airin.
"Lihat kondisimu sekarang, jangankan untuk menantang ku untuk masuk kedalam kelas saja kau sangat tidak layak." ucap Chika lagi.
"Hentikan !" teriak seorang siswa yang baru saja turun dari mobilnya sport berwarna merah.
Lelaki yang tampan itu kemudian berjalan mendekati mereka. Terlihat ketegasan dan ketampanan wajahnya dibalik kacamata hitam yang ia kenakan.
Perlahan ia mendekati tukang kebun itu, kemudian memberikan beberapa lembar uang dan memintanya untuk segera meninggalkan tempat itu dan segera mengobati luka ditangannya.
"Terimakasih tuan muda." ucap tukang kebun itu.
"Pergilah pak dan segera obati luka bapak. Biar mereka menjadi urusan saya." ucap pemuda tampan itu.
"Dan kau anak baru, silakan bersihkan dirimu baru kembali ke Sekolah ini, untuk keterlambatan mu saya yang akan menyampaikan kepada Guru di kelas mu dan juga Wali Kelasmu. " ucap pemuda itu lagi.
"Dan untuk kau Chika dan yang lainnya, temui saya di ruang BP !" ucap pemuda itu.
Kemudian ia berbalik dan meninggalkan mereka semua kemudian melakukan mobilnya menuju tempat parkir. Sedangkan Chika dan yang lainnya berjalan dengan lemas mengikuti perintah pemuda tampan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments