Kecanggungan diantara mereka terus berlanjut sampai makan malam. Keduanya saling menghindari tatapan satu sama lain, sampai akhirnya mereka harus tidur karena hari semakin larut.
Namun Delia dan juga Rafael sama sama tak bisa memejamkan matanya. Keduanya terus membalik-balikkan tubuh mereka di tempat tidur masing masing.
Kegelisahan Delia membuat Emili merasa terganggu. Wanita itu membuka matanya dan melihat putrinya yang masih terjaga sambil menatap langit langit kamarnya.
"Ada apa nak, kenapa belum tidur?" tanya Emili.
Delia menolehkan kepalanya, "maaf bu, Delia membangunkan ibu. Aku biasa tidur sendirian, jadi kurang nyaman sekarang, Delia tidur di sofa saja ya, biar ayah yang di kamar."
"Nanti kau masuk angin Del, bagaimana kalau ibu saja yang tidur di bawah dengan tikar?"
Seketika Delia menggelengkan kepalanya, "Jangan bu, aku baik baik saja tidur di sofa. Di kosan saja Delia tidur di kasur lantai."
"Baiklah jika itu bisa membuatmu tidur, sana bangunkan ayah suruh pindah ke kamar."
Delia menganggukkan kepalanya seraya turun dari tempat tidur. Wanita itu keluar dari kamar ibunya lalu mendekati ayahnya di sofa.
"Ayah... bangun... Delia ingin tukar tempat," ujar Delia pelan.
Derry terbangun dan terkejut melihat putrinya, "Ada apa Del?" tanyanya.
"Delia tidak bisa tidur di dalam. Biar aku tidur disini saja, ayah pindah ke kamar," bisiknya.
Derry menggelengkan kepalanya, "ada ada saja kau ini, pakai selimut yang tebal, nanti masuk angin."
"Iya ayah," jawab Delia.
Derry pun meninggalkan putrinya. Delia duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, ia masih saja tidak bisa tidur. Sedangkan Rafael keluar dari kamarnya, pria itu tersenyum saat melihat Delia ada di sofa. Ia melangkahkan kakinya perlahan mendekati Delia.
Seketika Rafael memeluknya dari belakang, membuat Delia terkesiap dan cepat membalikkan wajahnya, tapi justru ia menci um Rafael secara tidak sengaja. Saat Delia ingin menarik diri, justru Rafael menarik tengkuknya dan memperdalam ciu mannya.
Delia membeku saat ciuman itu semakin dalam, ia ingin menghentikannya tapi tubuhnya berkata lain. Saat Rafael menarik diri, justru Delia kehilangan pria itu.
"Dasar pria mesum," gerutu Delia sambil mengusap bibirnya.
Wanita itu beranjak dari tempat duduknya dan menatap Rafael penuh amarah.
"Bukankah kau menikmatinya sayang," ejek Rafael.
"Kau memang menyebalkan sekali," ucap Delia dengan wajah yang memerah.
Rafael menyunggingkan senyumnya, "sedang apa kau disini?"
"Bukan urusanmu," celetuk Delia.
"Sekarang urusanmu menjadi urusanku nona cantik. Tidurlah di kamarmu, biar aku yang disini."
"Aku saja, kau kan tamu disini."
"Baru kali ini aku mengenal wanita yang keras kepala sepertimu," ejek Rafael lagi.
"Dan baru kali ini aku mengenal pria arogan, tukang perintah dan mesum sepertimu," balas Delia.
Rafael melepaskan tawanya, wanita itu semakin membuat Rafael tertarik.
"Jika kau tidak ke kamar sekarang, maka aku akan melakukan lebih dari sekedar ciu man tadi," ancam Rafael.
Delia terbelalak, "Dasar kau gila...!"
Wajah wanita itu kembali memerah seraya berlari kecil ke arah kamarnya. Rafael tersenyum lebar. Wanita sepertinya yang malu saat terus digoda, mana mungkin adalah wanita simpanan.
"Aku akan mencari tahu wanita yang mempermalukanmu itu Del. Siapapun orangnya, dengan alasan apapun, aku tidak akan melepaskannya," pikir Rafael.
Rafael pun naik ke sofa, ia akhirnya bisa tertidur setelah berhasil menci um wanita itu.
*****
Keesokan harinya...
Rafael beserta keluarga Laros berangkat menuju bandara Raden Intan II, mereka akan ke Jakarta karena besok adalah hari pernikahan Rafael dan Delia.
Sesampainya di Bandara, keluarga Laros terkejut karena mereka akan naik ke pesawat pribadi. Sedangkan Delia sudah tahu sebelumnya.
"Ini pesawat miliknya?" bisik Emili pada Delia.
Delia menganggukkan kepalanya.
"Nak... kau yakin akan menikah dengannya? Kita ini..."
"Bu... sudah tidak bisa mundur lagi. Besok Delia benar benar akan menikah dengannya."
"Bagaimana jika terjadi sesuatu padamu nanti?"
"Percayalah Tuhan bersama kita bu."
"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Rafael membuat mereka seketika terdiam.
"Tidak apa apa nak Raf, ibu hanya sedikit takut. Ini pertama kalinya ibu naik pesawat," jawab Emili.
"Jangan takut bu, pilotnya sudah ahli. Dan perjalanan kita juga tidak terlalu lama. Nikmati saja, Delia saja sangat menikmati perjalanan kemarin," ujar Rafael.
Delia langsung menatap Rafael tajam membuat pria itu menahan tawanya. Pesawat mulai bergerak, mereka pun terbang menuju bandara Soekarno-Hatta. Benar yang diucapkan Rafael, akhirnya orang tua Delia bisa menikmatinya. Mereka terus menatap keluar jendela pesawat untuk menikmati pemandangan dari udara.
*****
Perjalanan memang tak begitu lama, pesawat pun kembali mendarat dengan aman di bandara Soekarno-Hatta. Kedatangan mereka langsung disambut oleh tangan kanan Rafael.
Jodhi membantu membawakan koper ke dalam mobil. Keluarga Laros langsung dibawa ke sebuah hotel ternama, Aston Hotel.
"Maaf yah, bu... aku harus membawa kalian ke hotel," ucap Rafael.
"Seharusnya kami dibawa ke kos-kosan Delia saja nak," jawab Emili.
"Iya benar, jangan merepotkan nak Rafael," sahut Derry.
"Mana mungkin aku membiarkan kalian tinggal di sebuah kos-kosan. Kalian akan menjadi keluargaku," kata Rafael.
"Tapi yang dikatakan ayah dan ibu ada benarnya juga, lebih baik kami..."
"Berhenti mendebatku sayang," sergah Rafael.
Jodhi hanya bisa tersenyum sambil mengendarai mobilnya menuju hotel. Sesampainya disana, Rafael langsung mengantarkan mereka menuju kamarnya.
"Ini tempat kalian beristirahat, untuk makan sudah diatur semuanya. Nanti ada yang mengantarkannya ke kamar. Jadi ayah dan ibu jangan khawatir, jika ingin jalan jalan silahkan tapi jangan jauh jauh dari tempat ini," ujar Rafael.
"Ini terlalu mewah untuk kami," ujar Derry.
"Ayah dan ibu adalah keluargaku juga, aku ingin memberikan yang terbaik untuk kalian. Besok pagi setelah sarapan, pak Jodhi akan menjemput kalian menuju Gereja Santani, pakaian kalian juga sudah disiapkan di dalam kamar," kata Rafael.
Keluarga Laros sangat terkejut, orang seperti Rafael sangat mudah mengatur semuanya. Percuma jika mereka ingin berdebat lagi. Mereka pun hanya mengucapkan terima kasih pada Rafael.
"Ayah, ibu... Rafael dan Delia masih banyak urusan yang harus diurus hari ini, jadi kami tidak bisa menemani kalian, Rafael pinjam Delia ya," ujar Rafael.
"Tentu saja nak, tidak perlu khawatir dengan kami, selesaikanlah urusan kalian," jawab Derry.
Emili pun menganggukkan kepalanya.
Delia memeluk ayah dan ibunya untuk berpamitan. Keduanya meninggalkan orang tua Delia di hotel.
Sesampainya di parkiran, Delia kembali dikejutkan oleh sikap arogan Rafael. Pria itu menyuruh Jodhi keluar dari mobilnya.
"Jodhi segala urusan perusahaan aku serahkan padamu, aku akan sibuk hari ini. Dan lebih baik kau kembali ke kantor sekarang, biar aku yang mengendarai mobilku sendiri dengan nyonya muda Widjaja," perintah Rafael.
"Baik pak, saya mengerti," jawab Jodhi seraya menghentikan sebuah taksi.
Jodhi pun naik taksi dan meninggalkan mereka begitu saja.
*****
Happy Reading All...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
resia
aku suka lelaki bngt kamu rafael
2021-09-10
0
𝙿𝙾𝙿𝙿𝚈 𝚂𝚄𝚂𝙰𝙽
thor, ini banyak yang bilang ceritanya mirip komik kalau benar mirip, apa tidak apa-apa ya? bagaimana dengan penulis komiknya🤔🤔
2021-07-09
2
bundA&M
seru bgt thor
2021-04-08
1