Keesokan harinya...
Delia Laros tergesa-gesa menuju kampusnya, ia kesiangan karena semalaman tidak bisa tidur nyenyak memikirkan kejadian kemarin.
Sesampainya di kampus, hampir semua orang menatapnya dengan tatapan aneh.
"Ada apa dengan mereka? Mengapa menatapku seperti itu? Apa penampilanku hari ini aneh?" pikir Delia.
"Apa wanita itu orangnya?"
Terdengar beberapa orang berbicara di dekatnya.
"Aku rasa memang dia. Buat apa cantik tapi murahan. Penampilannya sih sederhana, tapi ternyata ia wanita penggoda. Memalukan sekali ada seorang pelakor di kampus kita."
Mendengar ucapan itu, Delia sangat terkejut.
"Siapa yang menyebarkan masalah ini? Aku rasa tidak ada anak anak kampus di restoran kemarin. Ya Tuhan... apa yang harus aku lakukan?" pikir Delia mulai ketakutan.
"Delia... ya ampun... aku dari tadi mencarimu," teriak Santi.
Santi adalah sahabat Delia, wanita itu segera menarik tangan Delia ke tempat yang lebih sepi.
"Baca forum kampus," ucap Santi seraya memberikan ponselnya.
Delia segera mengambil ponsel Santi, lalu ia terbelalak lebar. Ada sebuah video pertengkarannya dengan wanita yang memakinya kemarin di restoran. Sepertinya asal dari video itu adalah cctv restoran tersebut. Video itu diberi judul "Wanita simpanan yang cantik."
"Ini semua tidak benar San, aku bahkan tidak mengenal wanita itu. Aku mana mungkin menjadi simpanan suami orang. Kau harus percaya padaku San," ujar Delia.
"Tentu saja aku percaya Del, aku sahabatmu sejak SMP dan aku tidak pernah melihatmu pacaran sampai saat ini, bahkan pria yang mendekatimu pun selalu kau tolak."
Delia ingat ucapan Rafael Widjaja, "mungkinkah pria itu yang melakukannya, tapi ini belum siang. Mengapa ia tega melakukannya?"
"Apa yang kau bicarakan Del?" tanya Santi bingung.
"Aku tahu siapa yang melakukan ini San, tolong bantu aku minta izin pada Dosen, aku akan segera menyelesaikan masalah ini," jawab Delia seraya meninggalkan Santi.
"Tunggu Del... apa maksudmu?" teriak Santi.
Namun Delia tidak mendengarkan sahabatnya lagi, wanita itu tetap meninggalkannya begitu saja.
*****
Perusahaan Rafael Widjaja begitu besar di depan mata Delia. Wanita itu segera turun dari taksinya seraya menuju perusahaan tersebut. Seorang sekuriti menghentikannya.
"Anda mencari siapa nona?" tanya sekuriti tersebut.
"Maaf pak, apakah benar ini perusahaan pak Rafael Widjaja?"
"Iya benar."
"Bisakah aku menemuinya, ini sangat penting pak."
Sekuriti itu menatap penampilannya yang sederhana.
"Apakah nona sudah membuat janji?"
"Janji? Tentu saja tidak. Bagaimana aku bisa membuat janji temu dengan pria penting di perusahaan ini, tapi bagaimana aku bisa menyelesaikan masalahku di kampus?" pikir Delia masam.
Delia menggelengkan kepalanya.
"Maaf nona, jika anda belum membuat janji, anda tidak bisa menemui CEO kami."
Delia menghela nafas panjang, "tapi pak..."
"Anda bisa pergi sekarang," usir sekuriti tersebut.
"Pak tolong katakan padanya, jika Delia Laros ingin bertemu. Ini penting," pinta Delia.
Ketika Delia menyebut namanya, seketika sekuriti itu terbelalak lebar. Ia membungkukkan tubuhnya untuk minta maaf seraya mempersilahkan Delia masuk ke perusahaan itu. Melihat perubahan itu membuat Delia terkejut, ia segera menuju meja resepsionis.
Seorang wanita menyambutnya dengan senyuman yang sangat ramah.
"Silahkan nyonya muda Widjaja," ucap wanita itu.
"Nyonya muda Widjaja? Apa wanita ini salah orang?" pikir Delia.
"Tunggu mbak... aku bukan..."
"Anda Delia Laros kan, silahkan menuju pintu lift. Pak Rafael Widjaja menunggu anda di ruangannya, di lantai 8," sergah wanita itu.
Delia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia terus kebingungan. Tapi ia tidak bisa memikirkan hal lain lagi, yang ia inginkan adalah bertemu dengan pria itu.
Saat lift berhenti tepat di lantai 8, wanita itu pun keluar dari lift. Ia kembali terkejut saat seorang wanita menyambutnya di depan pintu lift. Wanita itu segera membimbingnya menuju sebuah ruang tunggu.
"Silahkan nyonya muda menunggu terlebih dahulu," ucap Melia.
"Lagi lagi nyonya muda, apa mereka semua sudah gila?" pikir Delia.
"Dimana pria itu? Maksudku CEO perusahaan ini?" tanya Delia.
"Pak Rafael ada di ruangan itu, ia sedang..."
"Aku harus menemuinya," sergah Delia seraya menuju ke ruangan tersebut.
"Nyonya muda, tunggu... pak Rafael..."
Delia tak mendengarkan wanita itu, ia langsung masuk ke dalam ruangan tersebut dengan penuh amarah.
"Rafael Widjaja, apa yang kau lakukan? Kau merusak reputasiku di kampus. Bukankah kau memberiku waktu sampai siang ini, apa maksudmu, haah...!" teriak Delia tanpa menyadari ada orang lain disana.
Delia terbelalak saat melihat ada beberapa orang di dalam ruangan itu. Ia sangat malu dan segera membalikkan tubuhnya ingin keluar.
"Tunggu...!" ucap Rafael.
"Maafkan aku pak, aku sudah melarang nyonya masuk," kata Melia.
"Tidak apa apa, kalian keluarlah...!" perintah Rafael seraya menarik tangan Delia.
Semua orang meninggalkan ruangan, Delia berusaha melepaskan tangannya dari pria itu. Namun Rafael justru menarik Delia hingga terduduk di pangkuannya.
"Kau wanita yang tidak sabaran sayang," ucap Rafael sambil tersenyum.
"Lepaskan aku pak Rafael, dasar pria mesum...!" teriak Delia.
"Diamlah... semakin kau bergerak, semakin aku ingin melucuti pakaianmu disini," ancam Rafael.
Seketika itu juga Delia diam.
"Nah... seperti ini lebih baik Delia, jadilah wanita penurut."
"Aku bisa duduk di sampingmu, dan kita bicarakan ini baik baik," pinta Delia frustasi.
Rafael tertawa, "baik baik katamu? setelah kau menerobos masuk dan berteriak seperti tadi."
"Aku tidak tahu jika..." Delia menundukkan kepalanya dan menghentikan ucapannya.
Rafael sangat gemas melihat wajah cantik itu, ia mengangkat dagu Delia dengan lembut. Keduanya saling bertatapan, hasrat Rafael tiba tiba bangkit saat melihat bibir wanita itu.
Rafael menundukkan kepalanya seraya menci um Delia. Wanita itu terkejut namun tubuhnya menolak untuk menghentikannya.
"Ya Tuhan... ciu man pertamaku," pikir Delia sambil memejamkan matanya.
Rafael menarik diri setelah ia tersadar, ia mendudukkan Delia di sofa. Ia beranjak dari tempat duduknya menjauhi wanita itu.
"Ini gila... aku bahkan tidak pernah menginginkan wanita manapun. Tapi wanita ini... bahkan aku ingin sekali... Hentikan Raf, kau harus sadar, ia hanya alat untukmu membatalkan pertunanganmu dengan Katrina," pikir Rafael.
Rafael menatap wajah Delia yang memerah, wanita itu kembali menundukkan kepalanya.
"Ia benar-benar bukan wanita simpanan, mana mungkin wanita simpanan tersipu-sipu malu seperti ini," pikir Rafael lagi.
"Ehm... apakah kau sudah tahu jawabannya?" tanya Rafael.
"Jadi kau benar-benar yang merusak reputasiku di kampus?" tanya Delia berubah garang kembali.
"Aku bahkan bisa melakukannya lebih gila lagi. Aku tak butuh negosiasi Delia, aku butuh jawaban darimu."
Delia memejamkan matanya, jika orang tuanya tahu masalah ini, ia pasti mengecewakan mereka.
"Apakah kau bisa mengembalikan reputasiku jika aku menyetujuinya?" tanya Delia.
"Reputasimu bahkan akan lebih baik dari sebelumnya jika kau mau menjadi istriku."
"Baiklah aku menyetujuinya... tapi dengan syarat."
Rafael tertawa, "kau benar-benar berani bernegosiasi denganku. Tapi baiklah, apa yang kau inginkan?"
"Selama kita berpura-pura menjadi suami istri, pertama jangan pernah mencampuri urusan pribadiku, kedua jangan pernah menyentuhku."
Rafael menyipitkan matanya.
"Aku tidak janji memenuhi permintaanmu cantik, kau bahkan menerima ciu manku tadi," pikir Rafael.
"Bagaimana jika aku melanggarnya?" tanya Rafael.
Delia beranjak dari tempat duduknya, "kau tidak boleh melakukannya. Jika kau tidak mau, aku akan jujur pada orang tuaku tentang masalah ini, aku yakin mereka lebih percaya pada putrinya dari pada orang lain."
Rafael tak mau rencananya gagal, wanita yang ada di depannya ini ternyata sangat keras kepala.
"Baiklah... selama kau bersikap manis, aku tidak akan menyentuhmu," jawab Rafael.
Saat pria itu menyetujuinya, justru Delia menyesali keputusannya. Bagaimana mungkin ia menikahi pria yang sama sekali tidak ia kenal.
"Kau sudah izin dari kampus kan, sekarang kau ikut denganku," pinta Rafael seraya menarik tangan Delia keluar kantor.
Delia tak tahu pria itu ingin mengajaknya kemana, namun saat Rafael berhenti di depan meja Melia, barulah ia tahu tujuan pria itu.
"Melia... kosongkan jadwalku hari ini dan besok, sekarang aku harus menemui calon mertuaku di Bandar Lampung," ucap Rafael.
"Baik pak," jawab Melia.
Delia terkejut, ia melepaskan tangannya, "apa maksudmu? orang tuaku? kenapa kau membawa bawa mereka dalam masalah ini?"
"Aku menikah dengan anak gadisnya, bagaimana aku tidak meminta izin pada mereka?"
"Tapi pernikahan kita..."
Rafael kembali menarik tangan Delia, kali ini ia membawa wanita itu ke ruangan Jodhi. Pria itu meminta tangan kanannya menyiapkan perjalanan mereka ke Bandar Lampung. Juga memerintahkan pria itu untuk mengantarkannya ke bandara. Setelah itu, Rafael kembali membawa Delia menuju mobilnya.
"Walaupun pernikahan kita hanya pura pura, namun aku akan tetap meminta restu mereka," ujar Rafael.
"Tapi aku belum siap."
"Pernikahan kita akan dilakukan lusa, kau harus siap setelah menyetujuinya tadi. Jangan menarik ucapanmu Del, kali ini aku akan membuatmu lebih menyesal lagi jika kau membatalkannya," ancam Rafael.
Delia memalingkan wajahnya keluar jendela mobilnya, ia sudah hampir satu tahun tidak pulang ke rumahnya. Kali ini ia pulang justru langsung meminta izin untuk menikah. Bagaimana ia bisa menjelaskannya pada orang tuanya. Pria di sampingnya sungguh menakutkan, ia tak mungkin bisa melawan seorang Widjaja.
Jodhi terus mengendarai mobilnya menuju bandara Soekarno-Hatta. Delia dan Rafael pun berhenti berdebat selama perjalanan panjang tersebut.
*****
Happy Reading All...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Bunda Rizky
asyik
2023-06-26
0
𝕸y💞𝕄𝕆𝕆ℕ🍀⃝⃟💙
😂 sa ae mas rapael
2023-03-10
0
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
lanjut
2023-03-10
0