16. Menjadi Asisten Sementara

Setelah Dini tidak lagi bekerja di restoran Shinta, Dini memang belum mengatakan apapun pada kedua orang tuanya jika ia telah di pecat secara terhormat dari pekerjaan dahulu.

Karena desas-desus tetangga yang membahas jika Dini bekerja di perusahaan ternama, menjadi perbincangan hangat yang dibicarakan oleh tetangganya. Banyak yang membanggakan, dan banyak juga orang tua yang iri.

Sehingga meminta anak mereka mendekati Dini agar bisa bekerja di perusahaan tersebut. Mereka menganggap jika Dini bekerja di sana sebagai karyawan, sedangkan mereka sendiri belum mengetahui yang jelas jika Dini bekerja sebagai apa di perusahaan tersebut.

Hal itu terdengar sampai ibu Dini lalu diceritakan pada ayahnya, karena sepengetahuan mereka Dini bekerja di Restoran Shinta. Pagi itu juga, saat Dini sudah siap untuk bekerja dan hanya tinggal sarapan pagi. Ayahnya membahas dan bertanya langsung mengenai apa yang sedang hangat diperbincangkan.

"Din,, Bapak memintamu untuk menjawab dengan jujur." Ucap Pak Malik, di sela sarapan mereka

"Memangnya bapak ingin menanyakan hal apa?" Jawab Dini

"Bapak ingin bertanya, sekarang kau bekerja di mana? Bapak dengar dari ibu, bahwa tetangga membicarakan mu jika kau bekerja di perusahaan terkenal menjadi karyawan" Jelas bapak Dini

"Emm... Maafkan Dini ya, Pak, Bu. Dini tidak mengatakan apapun pada kalian. Sebenarnya sudah 2 Minggu lebih ini Dini memang sudah tidak bekerja lagi di restoran kak Shinta, Dini di pecat oleh kak Shinta."

"Apa yang membuat mu di pecat, Nak. Apa kau membuat kesalahan?" Tanya Bu Lia, syok mendengar jika anaknya di pecat

"Tidak, Bu. Dini sama sekali tidak membuat kesalahan, kak Shinta sendiri yang memecat ku dengan terhormat. Pada saat itu restoran kak Shinta mengalami musibah pencurian, uang yang di simpan di laci semuanya di ambil. Sehingga kak Shinta terpaksa memberhentikan sebagian pekerjanya termasuk diriku." Ucap Dini menjelaskan pada orang tuanya

"Syukurlah, satu hal tidak disebabkan oleh dirimu, Nak. Ibu pikir Shinta memecat mu karena kau membuat kesalahan yang merugikan dirinya." Ucap Ibu Lia

"Tidak, Bu. Semua baik-baik saja." Jawab Dini melanjutkan suapan sarapannya

"Lalu, Pekerjaan mu? Bagaimana dengan yang bapak katakan tadi?" Lanjut Pak Malik

"Emm... Untuk masalah itu. Setelah aku di pecat, aku mencari sebuah lowongan pekerjaan selama 3 hari, selama itu semua tempat yang aku lamar semuanya menolakku. Namun, pada keesokan harinya aku tidak sengaja memasuki perusahan AMB Pratama Group dan melamar pekerjaan di sana. Sesuai yang kalian tahu, aku bekerja di sana sampai saat ini." Jelas Dini

"Kau bekerja di bagian apa? ayah senang jika kau dapat bekerja di perusahaan ternama itu. Siapa yang tidak kenal dengan perusahaan itu, semua orang mendambakan dapat bekerja di sana. Apalagi jika dikatakan tetangga itu benar bahwa kau di tempatkan sebagai karyawan di perusahaan." Ucap Pak Malik

"Emm... Sebenarnya hal itu sedikit melenceng dari kualifikasi ku saat ini, ayah tahu jika aku adalah mahasiswi yang sedang mengambil prodi kedokteran yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan perkantoran. Namun, karena aku merupakan lulusan SMK jurusan Akuntansi, kualifikasi yang terdapat dalam diriku sebelumnya membuat ku di terima bekerja di sana sebagai Karyawan." Jelas Dini berbohong, karena tidak ingin merusak kebahagiaan orang tuanya. Ia tidak ingin membuat orang tuanya malu, jika anaknya bekerja sebagai office girl

"Bapak sudah menduganya dari awal. Bapak sudah sangat yakin dengan putri bapak satu ini, jika Putrinya ini sangat Cerdas. Kau bisa membuktikan seseorang memiliki kualifikasi dan harus keluar dari zona nyaman itu. Sekarang selain anak kuliahan, dia menjadi anak kantoran. Tapi bapak juga sedih, karena bapak tidak bisa membiayai kebutuhan kuliahmu yang lain disela kau mendapatkan beasiswa. Sampai kau terpaksa bekerja untuk menambah pekerjaan. Hasil pembelian bunga Bu Amira kemarin, Bapak juga tabung untuk membayar hutang."

Lalu, Menambahkan

"Tapi sekarang kau sudah menjadi karyawan di perusahaan besar. Gajinya pun sangat tinggi pastinya. Kau sudah bisa membiayai kebutuhan mu." Lanjut Pak Malik

"Maafkan Dini ya, Pak. Dini terpaksa berbohong, Dini tidak ingin membuat bapak sedih ataupun malu memiliki anak seorang office girl. Dini juga tidak ingin membuat harapan dan kepercayaan yang sudah bapak berikan pada Dini itu hilang seketika hanya karena dini bekerja sebagai office girl di perusahan besar." Ungkap Dini dalam hati yang merasa bersalah

"Alhamdulillah, Nak. Lalu kenapa kau baru cerita pada bapak dan ibu, jika ibu tidak mendengar dari tetangga mungkin kami tidak akan tahu mengenai pekerjaan mu." Ujar Bu Lia

"Emm... A-aku, Emm...pak, Bu. Dini berangkat saja sekarang yah, ini sudah pukul 06.15." Ujar Dini

"Tapi ini masih pagi, Nak. Apakah semua karyawan sama seperti mu? Memangnya perusahaan di sana mengharuskan semua karyawan masuk pukul berapa?"

"Ayah dan ibu tidak tahu, jika aku bekerja harus membersihkan perusahaan sebelum karyawan datang." Ujarnya dalam hati

"Emm... Inikan hari sabtu. Seperti biasa jadwal masuk karyawan pada hari Sabtu diharapkan masuk lebih awal yakni pukul 07.00. Dikarenakan pada hari Minggu, perusahaan membuat kebijakan bahwa semua karyawan dan pegawai diliburkan. kita lanjutkan berbincang nanti saja, nanti aku akan menceritakan nya pada kalian. Lagipula dalam perjalanan waktu tidak akan terasa sudah berjalan cepat." Ucap Dini bangkit dari kursi meja makan, dan berpamitan pada ayah dan ibunya

"Baiklah, Nak. Hati-hati ya." Ucap Bu Lia

"Iya, Bu. Assalamualaikum." Pamit Dini sambil bersalaman pada ayah ibunya

"Wa'alaikumsalam..." Sahut Pak Malik dan Bu Lia bersamaan

...***...

Saat sudah sampai di perusahaan, Dini pun mulai menjalani aktivitas kerja paginya, mengerjakan tugasnya sebagai office girl sebelum pukul 08.00. Semua pekerjaan Dini untuk mengepel semua lantai sudah selesai, karena tugas membersihkan setiap lantai beserta ruangan yang begitu banyak sudah ia lakukan kemarin malam, sehingga pada pagi hari ia hanya mengerjakan pekerjaan apa yang belum sempat ia kerjakan.

"Din,,, Kau dipanggil oleh, Presdir." Ucap Silvi mendatangi Dini untuk menyampaikan pesan yang sedang mengelap meja karyawan

"Oh, Baiklah, Aku akan segera menemuinya." Sahut Dini

Dini pun langsung pergi ke Ruangan Arya.

"Permisi..." Dini mengetuk pintu sambil membuka sedikit pintu

"Sudah datang kau rupanya." Arya pun langsung bangkit sambil mengibaskan jasnya merapikan lalu mengancingkan jasnya dengan sambil berjalan menghampiri Dini

"Silvi mengatakan jika anda memanggil saya. Apa yang bisa saya lakukan, Presdir?" Tanya Dini

"Hari ini adalah pertemuanku dengan seorang klien, Dan semua klien ku memiliki asisten wanita. Karena Damar dia berjenis kelamin laki-laki, maka untuk sementara waktu, aku menugaskan mu untuk menjadi Asisten ku."

"Apaaa!! Tapi..." Dini sangat syok dan terkejut mendengar permintaan Arya

"Ssshh (menutup mulut Dini dengan jari telunjuknya) tak ada tapi-tapi, kau harus menuruti perintahku sesuai janjimu." Jarak mereka terlalu dekat

"Tapi presdir,,, Saya..." Dini merasa gugup dekat dengan atasannya

"Sudah ku katakan... Tidak ada seorang pun yang bisa menolak permintaan ku. Mereka harus berada di bawahku."

"Ba-baik Presdir. Sa-saya akan menuruti permintaan anda." Jawab Dini terpaksa

"Bagus... Cepat ganti pakaian mu dengan pakaian yang layak. Aku tidak ingin melihat harga diriku jatuh hanya karena cara gaya berpakaian mu yang rendah. Tampil sebaik mungkin, jangan mengecewakan ku. Buat mereka terkesan karena aku memiliki asisten seperti dirimu, walaupun kenyataan kau bukanlah asisten ku."

"Ba-baik Presdir." Pergi mengikuti seorang wardrobe dan fashion yang sudah diperintahkan Arya kepada mereka

Setelah dilakukan make over dengan style list seperti Asisten Presdir perusahaan pada umumnya, Dini pun merasakan ada yang berbeda dari dirinya. Dia melihat dalam cermin, saat ini seperti bukanlah dirinya. Para wardrobe sangat terkagum melihat tampilan baru dan berbeda dari sebelumnya.

Dini pun berjalan dengan tidak percaya diri. Dia diharuskan untuk memakai rok yang sedikit ketat dan pendek, disertai memakai jas berwarna cokelat muda dan rambut di gerai panjang bergelombang, dengan make up hanya polesan sedikit yang tidak begitu cetar hanya ala flawless. Terlihat seperti natural, membuat ia berkilau hari ini.

Saat berjalan Dini hanya menundukkan kepalanya tidak ingin melihat sekitar, ia pun terus menurunkan sedikit rok yang sedang ia kenakan karena ini bukan style list pakaian yang biasa ia kenakan.

Skip sampai di ruangan Arya~

Saat sampai, Arya yang duduk di sofa sambil menyilangkan kaki, dan menyilangkan tangannya di dada, ia langsung melirik ke arah Dini. Di sana ia langsung terpaku matanya terus menatap Dini tak berkedip sekalipun, saat ini ia sedang mengagumi kecantikan dan perbedaan Dini sampai membuatnya tidak sadar.

"Sesuai yang anda harapkan, Presdir. Kami sudah mengubah style list Asisten anda." Ucap make over

Arya pun langsung tersadar dari kekhilafannya dan langsung memalingkan wajah lalu berdeham sambil berdiri.

"Tugas kalian sudah selesai ka-kalian bisa pergi." Ucap Arya sedikit malu

"Baik terima kasih, Presdir." Ucap kedua make over

"Ki-kita berangkat sekarang. Aku pesan kau tetap berada di belakang ku dan jadilah Asisten wanita berkelas di sana nanti, jangan membuatku malu dihadapan klien ku." Ucap Arya yang berusaha tidak menatap Dini, karena entah kenapa saat ini ia gugup di buatnya