AKU MEMANG MISKIN!

AKU MEMANG MISKIN!

A. (Rain)

Rein Hasbi Asyifa seorang wanita tangguh yang sejak kecil sudah memikul beban hidup yang mengharuskan dia untuk menjalaninya.

Bersama adiknya Zabi, Rein bersedia untuk tidak sekolah agar orang-orang yang disayanginya bahagia.

Manis pahit kehidupan ia lalui dengan hati suka maupun duka. Bekerja keras dari subuh hingga malam tak mematahkan semangatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Tahun demi tahun dilaluinya bersama adik tercinta,hingga suatu waktu nasib merubah kehidupan mereka. Rein bertemu dengan pria yang bersedia menikahinya.Pria yang pernah ia sukai namun karena berbeda khasta rein terpaksa memendam rasanya dan mengubur dalam-dalam.

Part 1

Rintik hujan ini sebagai teman malamku. Duduk diteras pertokoan milik orang yang beruntung. Memeluk adikku yang masih berusia 2 tahun terlelap dengan wajah sendunya.Udara dingin dan nyamuk yang setia menemani malam kami sebagai anak yang tak memiliki orang tua.Kain kumuh dan bau melekat ditubuh ini terpaksa kami pakai.Kardus bekas alas tidur itu setiap hari kami pakai jika lelah melanda diri .

Subuh hari aku bangun dari tidurku melihat sekitar, kemudian membangunkan adikku yang masih terlelap.

"Dingin..."

Itu yang terasa dikulit tangannya.

Aku membelakangi zabi adikku,kemudian ia berdiri dan bergantung dileherku.

Agar memudahkan ku untuk mengikatnya di punggung belakangku dengan kain panjang yang sudah buluk. Itupun kudapatkan dari pemberian orang yang iba melihat kami.

Aku berdiri mengambil karung besar dan sebuah pengait, kemudian berjalan menuju tumpukan sampah yang ada didepan toko di tepi jalan raya.Mengumpulkan botol bekas demi sesuap nasi untuk penganjal perut.

Berjalan tertatih mangendong zabi dengan kedua tangan berisi karung dan pengait.Umurku yang baru masuk 7 tahun ini harus menanggung semua beban hidup yang seharusnya belum waktunya untukku nikmati.

Benar kata orang, hidup dikota itu keras. Apalagi bagi kami orang miskin yang bekerja sebagai pemulung.

"Tak kerja tak makan."

Itu kata yang pas untuk kami sebagai anak jalanan.Harus bekerja keras agar bisa mendapatkan makanan.Saat ini itulah yang ada difikiranku, bisa memberi adikku makan.Walau kadang uang yang ku dapat tak cukup untuk membeli sebungkus nasi.

Saat azan zuhur berkumandang, aku mengajak zabi untuk beristirahat terlebih dulu. Selain perut yang sudah lapar dan haus, aku juga butuh tenaga.Karena sejak tadi mangendong zabi sambil mengais botol bekas cukup melelahkan.Ditambah lagi setengah karung botol bekas hasil kerjaku hari ini.

"Kenapa sebanyak itu yang aku dapat? padahal sudah setengah hari mencari."

Mungkin itu pertanyaan kalian saat ini.Baiklah biar aku jawab.

"Yang pemulung itu bukan kami saja, dikota ini masih banyak pemulung lainnya yang mungkin hari ini sudah lebih dulu mengambilnya.Yaa,mungkin rezeki kami hari ini hanya segitu,mana tau besok lebih banyak lagi yang kami dapat lagi.Atau, mungkin aku harus lebih rajin lagi mencarinya agar dapat lebih banyak"

Aku duduk dibawah pohon yang terletak dipinggir jalan.Menurunkan Zabi yang sudah kelaparan.

"Dek ini minumlah..."

Aku menyodorkan air putih yang tadi ku ambil dari kran milik Pak Sukardi.Tentu saja air itu sudah ijin dari pemiliknya,beliau tidak keberatan ketika aku mengambil dua botol air untuk kami minum.

Sakit perut? alhamdulillah perut kami tahan banting.Jadi tidak ada dalam kamus hidupku yang namanya sakit perut meminum air itu.

Zabi meminum air yang ku berikan kemudian kami makan bersama dengan lauk seadanya.Aku perhatikan adik kecilku ini sangat lahap memakan makanannya.Tak peduli dengan tatapan jijik orang sekitar, kami tetap melanjutkan memakan nasi sebungkus berdua.

"Sedih..."

Itu yang aku rasakan saat melihat zabi, anak sekecil dia harus hidup seperti ini.Harus menjalani nasib ini.

"Marah..."

Mungkin aku marah dengan takdir ini. Memisahkan keluarga kecil ini dengan cara yang tragis.

Sudahlah lupakan saja kenangan itu.

Beberapa menit setelah itu aku melanjutkan aktifitasku memilih botol bekas.

Panas terik matahari menyengat kulit ini, rasa haus dan kelaparan itu yang kami rasakan.Melihat orang disekeliling, tidak ada sedikitpun rasa iba.Duduk dibawah pohon dengan pakaian yang mungkin membuat orang menjauhi kami.Melepas penat dan rasa lelah yang terus saja menimpa hari-hariku.

"Oh tuhan, berilah kami kekuatan untuk menjalani kehidupan ini.Berilah kami kesabaran dan keikhlasan, jangan engkau biarkan kami berfikir buruk terhadapmu"

Tak tau air mata ini begitu saja jatuh membasahi pipi.

"Rasanya begitu pilu...."

Aku melanjutkan perjalanan mencari botol bekas setelah berhenti di bawah pohon.Satu persatu kotak sampah ku kais demi sesuap nasi.

Jam 11.30 Malam.Aku mencari emperan toko yang sudah tutup. Disana aku bentangkan kardus bekas untuk alas tidurku bersama adikku Zabi.

Zabi sudah terlelap dipundakku sejak tadi. Dengan berlahan aku menaruhnya keatas kardus dan menyelimuti dengan kain panjang.

Lelah melanda tubuhku,aku tertidur setelah memeluk zabi ke pangkuanku agar tetap hangat .Kami tertidur pulas hingga pagi menyinari sang fajar.

Beginilah kehidupanku setiap hari nya. Mencari barang bekas dan tidur di emperan dan ini berjalan sejak lama. Sejak kami kabur dari rumah yang bernama panti asuhan.

Mungkin masih banyak kisah orang-orang diluar sana yang lebih menyedihkan dariku.

Hanya kesabaranlan yang akan menyelamatkan semua ini.

Keesokan paginya, Zabi menarik-narik bajuku dan memanggilku dengan suara khas balita yang sepenuhnya belum pandai bicara.

Dengan berat hati aku membuka mata dan melihat kesekeliing ternyata sudah subuh.Aku membawa zabi berjalan menuju dimana suara azan berkumandang.

Setengah jam perjalanan kami sampai di Mesjid Arrasyid.Aku membawa Zabi kedalam tempat wuduk dan memandikannya.Sudah 2 hari ini Zabi adikku tidak mandi.

Tapi hari ini aku memandikannya, Zabi terlihat begitu riang saat aku memandikannya.Setelah mandi aku menggantinya dengan baju yang kemarin diberi oleh salah satu karyawan toko pakaian.

"Masya Allah kamu gagah sekali Zabi.Pasti kamu senang pakai baju sebagus ini, iyakan sayang?"

Aku menatap Zabi dengan kekaguman.

Sedangkan Zabi melebarkan senyuman dan berbicara seolah-olah ia bersukur dengan baju yang dipakainya.

"Tatak...juuuu...."

Zabi menunjuk pakaian yang di kenakannya kepadaku.

"Iya Zabi, bajunya bagus kan? Zabi suka kan pakai baju ini?"tanyaku padanya.

Zabi menganggukkan kepala tanda mengerti. Walau cara bicaranya belum tepat,namun dia mengerti dengan apa yang kita maksudkan.

Begitu bahagianya dia memakai pakaian bersih dan masih utuh.

Di hati ini aku bermonolok.

"Seandainya kakak memiliki uang,pasti kakak sudah membelikan baju kesukaan kamu dek. Pakaian yang bisa melindungi kamu dari rasa kedinginan dan terik matahari.Sayang...doakan saja kakak mendapatkan Rezeki yang berlimpah agar kakak bisa membelikan kamu pakaian."

Alhamdulillah,baju yang diberi mbak yang di toko tadi berbahan tebal dengan penutup kepala dibelakangnya.Ini sangat berguna untuk Zabi.

Aku sangat bersyukur ternyata masih terselip rezeki untuk orang-orang seperti kami.

***

...*Untuk pembaca,saya ucapkan terimakasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca karya saya.Jika suka kaka boleh like-Vote-komentar.Agar authornya lebih semangat menulis nya.Terimakasih."...

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Tuhan selalu memberi rejeki pada setiap orang, entah itu orang baik, maupun org jahat.
Semangat Rein dan Zaby mengais rejeki.
Satu 🌹 buat kak author. Dan ku❤ novelnya.😊😊

2022-10-07

1

Qhasturi Amazor

Qhasturi Amazor

#Yuk baca juga Novel #Cintaku Di Tasikmalaya

by.Nerimartalane

2022-08-31

0

Van Official

Van Official

Diresapi sedih juga yaaa thoor...

2022-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!