Suami Benalu Banyak Gaya
Kamingsun memacu motornya pulang ke rumah. Dia adalah seorang mahasiswi yang baru saja menerima ijasah D2 keguruan. Jarak antara kota M tempatnya kuliah dan kota J tempat orang tuanya tinggal tidaklah dekat. Butuh beberapa jam jika ditempuh dengan motor.
Tapi kali ini dia ingin memangkas waktu perjalanannya menjadi setengah dengan menggunakan motor bututnya.
Terik matahari dan angin kering berdebu musim kemarau tidak menyurutkan keinginannya untuk pulang.
Sampai di depan pintu, motor butut itu digeletakkan begitu saja.
"Pak...Bu," teriak Isun keras-keras.
"Eh...datang ga pakai salam, teriak-teriak. Dasar gak punya sopan santun. Baru lulus kuliah sopan santunnya langsung hilang. Mau jadi apa kamu!" teriak ibu sambil membawa sapu lidi yang diacung-acungkan ke udara.
Ya jadi guru lah Bu, kan sekolahnya di keguruan–Isun
Tapi yang keluar dari mulutnya, "Bu, aku mau kawin," sambil memegang tangan ibu erat.
Ibu melongong, mulutnya terbuka lebar. Kalau ada pasukan lalat yang lewat pasti akan langsung masuk tanpa hambatan.
"Kamu bilang apa?"
"Aku mau kawin Bu...mau kawin!" Isun malah mengeraskan suaranya, kakinya dihentakkan diatas lantai semen rumahnya.
Isun langsung menghentikan apapun yang dia lakukan ketika mendengar bunyi, "gubrak," yang keras.
Bersamaan dengan teriakan ibu, "pak...!!!" ibu menarik tangan Isun
"Sun bapakmu pingsan..."
...***...
Dua Minggu yang lalu.
"Kamu jangan terlalu kuno Sun. Kenalan sama yang namanya aplikasi pertemanan."
"Nggak ah, aku nggak suka, informasinya bisa saja bohong kan..." Isun berusaha menolak kemauan sahabatnya.
Selama ini dia berusaha untuk menjaga jarak dengan makhluk yang berlabel lelaki.
Pertama karena orang tuanya berharap banyak padanya. Dia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Bapak sama ibu ingin Isun bisa memberikan contoh yang baik bagi Sekondanu adiknya.
Kedua, orang tuanya bukanlah orang kaya. Untuk biaya kuliah saja, bapak menyiksa sapi kesayangannya. Setiap satu tahun si putih harus bisa melahirkan seekor anak sapi yang nantinya akan dijual. Sekarang bahkan si putih tak bisa lagi berdiri karena terlalu sering melahirkan.
Ketiga, bapak dan ibunya ingin Isun menjadi seorang pegawai negeri. Setelah lulus ini nanti, dia akan melamar menjadi guru dengan status pegawai negeri.
"Kamu nggak aku suruh kawin Sun. Cuman aku kenalkan pada aplikasi pertemanan buat nambah teman."
"Nggak," deretan karena tadi yang semuanya muncul berbaris di kepalanya membuat Isun tetap pada pendiriannya.
Tapi karena desakan yang terus menerus dengan iming-iming berbagai macam foto lelaki dan perempuan. Dengan alasan untuk memperluas pertemanan. Agar bisa mendapat lebih banyak info tentang lowongan kerja, Kamingsun mulai tergoda.
Suatu kali dia melirik.
Sepertinya asik juga punya banyak teman.
Lalu keesokan harinya Isun melihat lebih lama akun sahabatnya.
Banyak juga temannya. Dari berbagai kota pula.
Kemudian ikut berselancar dan tertawa dengan berbagai komentar yang tertera disana.
Jadi sering ketawa lihat komentarnya. Boleh juga nih...
Sampai akhirnya...
"Aku juga mau pasang aplikasinya," tersenyum manis merayu sahabatnya agar dipasangkan aplikasi yang sama di gawai miliknya.
"Agak susah nih...hape kamu keluaran lama."
"Hei...meskipun begitu kan sudah bisa nyambung internet," terus tersenyum sambil menyodor-nyodorkan hape miliknya.
"Katanya nggak mau..."
"Sstt...ayo."
Sejak hari itu Isun sering berselancar, berkenalan dengan teman baru yang belum ditemui. Bahkan foto yang ada disitu pun belum tentu foto asli. Karena banyak akun yang memajang foto artis terkenal.
"Sun aku punya kenalan. Kenalan ini kenalan pacar aku. Nah orang ini nih yang mau aku kenalin sama kamu, kenalannya kenalan pacar aku."
"Ih...ribet," sahut Isun
"Dia lagi cari istri."
"Nggak tertarik?" goda sahabatnya sambil melambaikan gawai nya di depan wajah Isun.
Gawai itu bergerak ke kanan dan kiri tepat di depan muka Isun. Tapi meski begitu dia bisa menangkap gambar seorang pria tampan di situ.
Mata Isun mulai ikut bergerak ke kanan dan kiri, "ih, serius nggak sih ngenalinnya. Gerak terus dari tadi, kepalaku pusing tahu."
"Nih."
Sekarang Isun bisa melihat jelas wajah tampan yang ada disitu.
"Siapa dia?" tanya Isun ingin tahu tapi berlagak cuek. Gengsi lah...
"Namanya Donworry. Dipanggilnya Don seperti tuan-tuan dari kerajaan barat jaman dulu ya, hihihi..." sahabat Isun bercerita sambil terkikik, "dia mahasiswa jurusan Tehnik komputer."
"Orangnya ganteng, pinter, sarjana S-1 pula.
Dia sudah tahu fotomu juga, katanya ingin ketemu langsung."
"Ih...kamu kok seenaknya kasih fotoku ke orang yang nggak aku kenal. Jangan sembarangan dong. Kalau aku diguna-guna bagaimana. Tiba-tiba dia minta kawin terus aku nggak bisa nolak, bagaimana?"
"Heleh mau ketemuan nggak?"
"Iya mau," gitu aja gayanya sok-sokan.
Ketika melihat foto itu. Ada kembang api meledak diatas kepala Isun. Matanya berbinar penuh bintang.
Gantengnya...
Kata-kata ganteng terus berputar keluar masuk ke telinga lalu masuk otak dan keluar lagi. Terus seperti itu keluar masuk semaunya sendiri.
Sambil matanya terus melihat pada foto, Isun berbisik, "kapan aku bisa ketemu sama dia?"
"Besok."
Dari sebuah sudut tidak terlihat, dibalik pohon, Isun memperhatikan seorang laki-laki berwajah tampan. Berkulit sawo matang, bermata indah dengan kumis tipis berjajar rapi diatas bibir.
Senyum terus berkembang di bibir Kamingsun.
Dia jodohku...aku tahu dia jodohku, seseorang yang kutunggu selama ini.
"Bagaimana caranya aku bisa ngobrol dengannya?" tanya Isun sambil terus tetap menatap lelaki itu dari kejauhan.
"Besok, kita antar kamu ketemu sama dia. Dia orangnya agamis, nggak mau bertemu berdua saja dengan lawan jenis."
Ya Allah...aku sudah jatuh cinta padanya.
Inilah yang namanya cinta buta. Gadis muda yang baru pertama kali mengenal seorang pria dan langsung membuatnya jatuh cinta.
Keesokan harinya Kamingsun bertemu delapan mata dengan Donworry. Dia, Donworry, sahabatnya dan kekasih sahabatnya.
"Assalamualaikum Ukhti."
Oh...sapaannya menyejukkan hati.
"Waalaikumsalam," menjawab dengan menundukkan kepala. Malu-malu kucing, biar kelihatan kalau masuk golongan gadis baik-baik.
"Saya tidak berencana untuk mencari dosa, jadi rencananya saya mau mencari calon istri saja."
Kamingsun senyum-senyum tidak jelas. Yang jelas hatinya berbunga-bunga.
"Jadi kalau kamu bersedia, saya akan langsung melamar dan kita pacarannya setelah halal saja."
Entah mendapat kekuatan dari mana. Itu kepala Isun langsung mengangguk berulang.
Seminggu setelahnya kedua anak manusia itu bertemu beberapa kali. Tidak banyak yang dibicarakan. Hanya tentang pernikahan dan janji manis dari Donworry untuk terus mencintai Isun.
...***...
Rumah Kamingsun hari ini...
"Pak, bangun pak..."
"Waduh Bu, kesambet apa anak kita ini," napas bapak masih ngik-ngikan. Disekolahkan selama bertahun-tahun, belum juga kerja, pulang-pulang minta kawin.
"Sabar pak, ibu akan bicara sama anak gendeng ini."
Bapak masih lemas duduk diatas balai yang terbuat dari bambu. Tidak mampu berkata-kata hanya melihat ibu yang sekarang berhadapan dengan anak gadisnya.
"Maksudmu apa minta kawin?"
"Siapa laki-laki yang akan menikahi kamu, apa kamu sudah mengenal baik anak itu, keluarganya? kawin itu tidak segampang hanya menghalalkan nafsu dua anak manusia. Nikah itu artinya menikahkan dua keluarga. Kebiasaan, status sosial, sampai sifat dan watak dua keluarga Sun..."
Isun menarik napas panjang.
"Namanya Donworry, dia seorang sarjana teknik komputer, artinya dia adalah insinyur kalau gelar jaman dulu. Anaknya baik, pinter, perhatian, berjanji untuk menjaga Isun seumur hidup," menjawab tanpa jeda seperti pertanyaan ibunya.
"Hanya itu?"
"Apalagi Bu, Isun nikahnya kan sama Donworry bukan sama bapak, ibu, bude, pakde, mbahnya atau adiknya, kakaknya. Iya kan, Bu..." matanya mulai berkaca-kaca. Susah benar bicara sama ibu.
"O alah Bu," hanya itu yang bisa diucapkan bapak.
"Ibu melarang kamu menikah dengan siapapun yang tidak jelas bebet, bobot, bibitnya."
Ibu menjawab tegas, keputusan ibu sudah final, tidak bisa ditawar, kelihatan dari sinar matanya.
Sambil menangis Kamingsun berjalan ke arah dapur.
Ibu menghela napasnya, kali ini terasa berat sekali. Dia paham benar watak anak gadisnya, tidak akan mudah menghentikan keinginan anak itu.
"Pokoknya aku mau kawin, kalau tidak boleh, mendingan aku mati saja..."
Ibu terlonjak, melompat dari posisi duduknya dan langsung melihat Isun yang keluar dari arah dapur. Sebuah pisau terletak diatas pergelangan tangannya.
"Isun..." teriak ibu, lagi-lagi diiringi suara "gubrak" yang sangat keras, "Pak..." teriak ibu lagi.
"Danu..." teriakan ibu yang terakhir memanggil Sekondanu anak lelaki adik Isun.
Danu keluar sambil berteriak, "Ibu..."
Yang jelas Danu bingung siapa dulu yang akan ditolong.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ish_2021
new novel coming 😁
2022-07-05
0