Sahabat Jadi Cinta

Sahabat Jadi Cinta

Bab 1

Matahari mulai menampakkan sinar nya dari ufuk timur dan sinar nya menerobos di sela sela jendela kamar Karan, yang hanya terpasang korden tipis di dalam kamar tersebut.

"Met pagi Karan... Met pagi Karan... Met pagi Karan," Suara burung Beo nya membangun kan Karan dari tidur nya.

Karan yang terusik dengan suara burung tersebut mengambil sesuatu di atas nakas di samping tempat tidur nya dan langsung melemparkan barang tersebut kepada burungnya, sembari berkata, "Ach...berisik banget sich, bisa diam nggak," teriak Karan pada burungnya yang masih saja berisik.

Namun tak lama kemudian, suara sang Ibu terdengar dari depan pintu kamar nya seraya berkata, "Karan, bangun Nak? sudah pagi nanti telat ke sekolah nya," kata sang Ibu di balik pintu kamar Karan.

"Ibu, sekarang tuh hari minggu, sekolah juga libur?" jawab Karan sembari menyibak selimutnya dan bergegas membuka pintu kamar nya, karena Karan selalu mengunci pintu di kala ia mau tidur.

"Masak sich sekarang hari minggu, kok ibu nggak ingat ya," celetuk sang Ibu sambil mengingat ingat hari apa sekarang.

"Ibu, coba Ibu lihat kalender di dinding itu," tunjuk Karan pada sebuah kalender yang ada di dinding kamar nya.

Ibunya pun menghampiri kalender tersebut seraya menyunggingkan senyumnya. "Ibu nggak ingat kalau sekarang hari minggu," Ucapnya merasa bersalah pada sang Putra.

"Sudahlah, Karan mau mandi habis itu mau ke rumah Kirana," Karan mengambil handuk dan bergegas menuju ke kamar mandi di belakang rumahnya, Karan sendiri hanya tinggal bertiga dengan Ibu dan juga Adiknya.

Sedangkan sang Ayah sudah lama tiada setelah mengalami sebuah tabrakan di sebuah kota, ya Ayah Karan sendiri adalah seorang supir truk yang selalu bermuatan cabe, hari itu Ayah Karan hanya sendirian membawa mobilnya, tanpa seorang teman yang biasa menemani nya di saat mengantarkan muatan cabe ke kota Jakarta, di saat itulah kecelakaan tak bisa terhindar kan, Ayah Karan sendiri mati di tempat karena ter gencet kemudi mobil truknya.

Sejak saat itu Karan selalu membantu sang Ibu, setiap hari minggu Karan menjadi kuli yang membawakan barang belanjaan Ibu Ibu di pasar dengan mengharapkan upah yang tak seberapa, hanya untuk buat jajan sang adik dan juga dirinya sendiri.

Karan tak pernah mengeluh atas apa yang terjadi pada di kehidupan nya, yang paling penting Karan keinginan Karan adalah untuk membahagiakan sang Ibu dan juga adik semata wayang nya.

Selesai mandi dan berganti baju Karan, berpamitan pada sang ibu guna menemui teman sekolah nya.

"Ibu, Karan pamit ke rumah Kirana dulu ya, hari ini Karan tak pergi ke pasar dulu," Ucapnya seraya mencium tangan sangat Ibu.

"Iya, hati hati di jalan," pesan sangat Ibu pada Karan puteranya.

Karan mengambil sepeda nya dan bergegas menuju kerumah Kirana, seperti biasa Karan selalu manjat pagar tembok untuk menemui sang teman, karena Karan sendiri takut kalau lewat gerbang rumah Kirana, karena di sana terdapat satpam yang akan menghadang kedatangan Karan.

Karan bersiul setelah berada di atas pohon yang rindang di dekat jendela kamar Kirana, Kirana segera melihat kearah jendela kamar nya, dan melihat Karan sudah nangkring di atas dahan yang biasa Karan duduki saat menghampiri Kirana di rumah nya.

"Aku akan segera keluar," Kata Kirana pada Karan, Karan yang mendengar hanya mengangguk dan segera turun dari atas pohon lalu mengambil sepeda ontel nya yang di taruh dengan sembarangan tadi.

Kirana keluar dari rumahnya lewat pintu belakang, yang penjagaan nya tak terlalu ketat, di sana hanya ada seorang bibi yang biasa membantu Kirana pergi untuk menemui Karan temannya.

"Jangan lama lama ya Non," Kata sang Bibi mengingat kan Kirana sebelum pergi.

"Kirana janji nggak akan lama kok Bi." jawab Kirana sembari mengambil sepeda ontel nya yang ada di taman belakang rumahnya.

Kirana dan juga Karan mengayuh sepeda nya ke tempat biasa yang sering ia datangi berdua. Mereka berdua bercanda tawa di danau yang mereka kunjungi sekarang ini, setelah merasa capek setelah kejar kejaran mereka berdua duduk di bawah pohon yang rindang, dan di sisi pohon besar tersebut terdapat taman bunga yang sangat indah, Kirana merentangkan kedua tangannya saat angin berhembus dan menerbangkan sebagian rambutnya, Kirana adalah gadis yang agak berisi waktu itu, jadi dia susah sekali untuk bermain kejar kejaran dengan Karan, dengan nafas yang masih naik turun Kirana membaringkan tubuhnya di atas rerumputan yang hijau.

"Kapan kapan saja ya Kirana, besok aku masih harus sekolah, belum tau pulang jam berapa," Ucap Karan menjelaskan pada sang teman.

"Karan, besok kita pergi ke air terjun saja ya, yang ada di ujung jalan sana," Tunjuk Kirana pada jalan di depan nya.

"Bosan main di sini terus," tambahnya seraya menatap Karan yang juga ikutan membaringkan tubuhnya di atas rumput.

"Ya sudah, kapan kapan saja ya Kirana. Besok aku nggak bisa main dengan kamu, soalnya besok aku akan ikut Les, kamu tau sendiri kan ujian sebentar lagi, dan aku ingin menjadi orang yang sukses kelak. Aku nggak mau menjadi seorang pecundang seperti yang di ucapkan ayah kamu minggu lalu," Ucap Karan pada Kirana. Kirana sendiri merasa amat sangat bersalah pada Karan temannya, karena ucapan sang Ayah waktu itu.

"Maafkan aku Karan," Jawab Kirana pelan sembari menundukkan kepalanya.

"Kamu nggak bersalah, namun ucapan Ayah kamu membuat ku berfikir keras, agar aku kelak bisa sesukses Ayah kamu," Lalu aku bangun dari tiduran, sekilas aku melihat wajah Kirana yang lumayan sedih atas ucapan ayahnya terhadap ku waktu itu.

"Sudahlah, jangan di bahas lagi. Kita kesini untuk main kan, kalau gitu kita main sepuasnya hari ini,"

Karan menarik tangan Kirana, lalu membawanya ke tengah kebun bunga yang berada di samping pohon besar tersebut.

Kirana memaksakan senyuman nya, mengingat Karan yang begitu tegar menghadapi setiap hinaan yang Ayah nya lontarkan waktu itu.

"Ya sudah, tapi kamu besok ke rumah lagi kan Karan, ada yang mau aku tunjukkan pada kamu," Ucap Kirana pada Karan, aku hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

"Tapi aku nggak janji ya, kalau besok telat ke rumah kamu," Jawabku terus menatap wajah Kirana yang tembem, ya Kirana emang lumayan berisi sehingga dia gampang capek menghadapi kejailan ku selama ini, namun dia begitu senang dengan semua itu, karena Kirana sendiri tak punya banyak teman, teman temannya hanya memanfaatkan Kirana saja, karena Kirana anaknya orang yang sangat kaya di kota tempat ku tinggal.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

TK

TK

sukses othor ☕✍️

2022-09-01

2

Zєє wallupattma

Zєє wallupattma

baru mampir hihihi semangat terus buna

2022-08-09

2

Yulia Yulia

Yulia Yulia

lanjut Ash, dan makasih yg sdah dukung karya Ash

2022-07-04

4

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62 Restoran
63 Bab 63 Restoran 2
64 Bab 64 Ke khawatiran Sania
65 Bab 65 Menginap
66 Bab 66 Masakan Ibu
67 Bab 67 mencari Barang istimewa
68 Bab 68 Pertanyaan Pak Udin
69 Bab 69 Kembali nya Karan
70 Bab 70 Kejutan dari Karan
71 Bab 71 Kejutan Karan dua
72 Bab 72 Keterkejutan Pinky
73 Bab 73 Kemarahan Sania
74 Bab 74 Kebahagiaan di rumah kakek Sanjaya
75 Bab 75 Pertanyaan kakek Sanjaya
76 Bab 76 Rasa lapar
77 Bab 77 Mainan baru
78 Bab 78 Datang ke kantor
79 Bab 79 Bosan
80 Bab 80 Rumah sakit
81 Bab 81 Terungkap nya Identitas Sania dan Karan
82 Bab 82 Maaf dari pinky
83 Bab 83 Keisengan sang tante
84 Bab 84 Kemarahan tuan Arzan
85 Bab 85 Pertengkaran Kirana
86 Bab 86 Keangkuhan Kirana
87 Bab 87 Rengekan Sania
88 Bab 88 Melamar Pinky
89 Bab 89 Tangisan Bahagia Pinky
90 Bab 90 Kejahilan Sang Pegawai
91 Bab 91 Curhatan Arlan
92 Bab 92 Kekhawatiran Karan dan juga Arlan
93 Bab 93 Tingkah konyol Sania
94 Bab 94 Senyuman Pinky
95 Bab 95 Cerita kak Karan
96 Bab 96 Rasa sakit
97 Bab 97 Sakit
98 Bab 98 Hari Pernikahan
99 Bab 99 Acara pernikahan part 2
100 Bab 100 Rasa kesal karena diabaikan
101 Bab 101 Kesedihan Bu Wati
102 Bab 102 Kebahagiaan sang Ibu
103 Bab 103 Ceritaku
104 Bab 104 Sayang sayangan
105 Bab 105 Dosen killer
106 Bab 106 Pingsan
107 Bab 107 Jalan jalan di Ubud
108 Bab 108 Cerita Riana
109 Bab 109 Terbongkar nya penyakit Sania
110 Bab 110 Sedih
111 Bab 111 Membuat Sania bahagia
112 Bab 112 Kekhawatiran tuan Arzan
113 Bab 113 Senyuman Sania
114 Bab 114 Kepulangan Karan dan juga Pinky
115 Bab 115 Kesedihan Mama Citra
116 Bab 116 Berpikir keras
117 Bab 117 Arlan
118 Bab 118 Di Restoran
119 Bab 119 Kambuh lagi
120 Bab 120 Terbongkar nya penyakit Sania
121 Bab 121 Terbongkar nya penyakit Sania part 2
122 Bab 122 Kesedihan Bu Wati
123 Bab 123 Menutup Aurat
124 Bab 124 Rasa sedih Arlan
125 Bab 125 Pengakuan cinta Arlan
126 Bab 126 Keluarga besar Sanjaya
127 Bab 127 Kegundahan Karan
128 Bab 128 Kantor cabang
129 Bab 129 Berbohong demi puteri kecilnya
130 Bab 130 Rendah hati
131 Bab 131 Nomor Kapak wiro sableng
132 Bab 132 Tangisan pilu sang Bunda
133 Bab 133 Titik lokasi keberada'an Sania
134 Bab 134 Pertemuan Sania dengan Arlan
135 Bab 135 Suka duka cinta Arlan
136 Bab 136 Perhatian Karan
137 Bab 137 Adakah Cinta untuk Sania
138 Bab 138 Menemui Saudara senasib nya
139 Bab 139 Ledekan dokter Imelda
140 Bab 140 Kembali nya Sania ke kantor cabang
141 Bab 141 Ungkapan cinta Arlan
142 Bab 142 Kekecewa'an Sania
143 Bab 143 Pingsan
144 Bab 144 Dumelan Karan
145 Bab 145 Ngelamar Sania
146 Bab 146 Penuh air mata
147 Bab 147 Hari bahagia
148 Bab 148 Persiapan acara
149 Bab 149 Ledekan tante Cinta
150 Bab 150 Acara sakral Sania dan Arlan
151 Bab 151 Kekaguman Arlan
152 Bab 152 Kebahagiaan kakek Sanjaya
153 Bab 153 Apartement Arlan
154 154 Ciuman pertama
155 Bab 155 Rasa lega
156 Bab 156 Candaan di pagi hari
157 Bab 157 Drama telur ceplok
158 Bab 158 Keakraban Sania dengan penjaga apotik
159 Bab 159 Sikap aneh Pinky
160 Bab 160 Hamil
161 Bab 161 Kebahagia'an Sania
162 Bab 162 Kenyataan pahit
163 Bab 163 CCTV
164 Bab 164 Pesan Bunda
165 Bab 165 Kasih seorang kakak
166 Bab 166 Laki-laki tak tergantikan
167 Bab 167 Rasa haru
168 Bab 168 Roti kesukaan Arlan
169 Bab 169 Kejailan Arlan
170 Bab 170 Kangen Ayah
171 Bab 171 Rasa kesal
172 Bab 172 Rasa gemas kepada Mikhael
173 Bab 173 Pertemuan Sania dengan Rika
174 Bab 174 Kepergian Sania
175 Bab 175 Kesedihan Arlan
176 Bab 176 Rasa ikhlas kehilangan
177 Bab 177 Pekerjaan baru yang di lakoni Sania
178 Bab 178 Kecelaka'an
179 Bab 179 Rika dalang kecelakaan Arlan
180 Bab 180 Mengigau
181 Bab 181 Sadar
182 Bab 182 Olahan ikan
183 Bab 183 Pertemuan yang haru biru
184 Bab 184 Hamil
185 Bab 185 Rasa bahagia tengah menyelimuti Sania
186 Bab 186 Cerita sang sopir angkutan umum
187 Bab 187 Rika di penjara
188 Bab 188 Makan malam di kamar
189 Bab 189 Obrolan yang sama
190 Bab 190 Rendang
191 Bab 191 Hari bahagia Sania dan juga Arlan
192 Bab 192 Kejutan yang tak terduga
193 Bab 193 Kepanikan Arlan
194 Bab 194 Kembar tiga
195 Bab 195 Masalah yang tiada habis nya
196 Bab 196 Kepulangan si kembar
197 Bab 197 Masa masa tersulit
198 Bab 198 Detik detik menegangkan
199 Bab 199 Detik detik menegangkan part 2
200 Bab 200 Lahir dengan selamat
201 Bab 201 Rengekan Arlan
202 Bab 202 Kekonyolan Arlan didepan keluarga Sania
203 Bab 203 Rasa bahagia
204 Bab 204 Kepulangan triple ke rumah Bunda Wati
205 Bab 205 Kebahagiaan Pinky
206 Bab 206
207 Bab 207 Kebersamaan dokter Michael dengan Andriana
208 Bab 208 Kedatangan kakek Sanjaya
209 Bab 209 Keisengan Karan
210 Bab 210 Ledekan Karan dan juga Sania
211 Bab 211 Perdebatan Andriana dan juga Andrian
212 Bab 212 Cerita Andrian kepada sang Papa
213 Bab 213 Kedatangan Laura di rumah sakit
214 Bab 214 Di intai
215 Bab 215 Kedatangan tuan Bagas dan Nyonya Helena
216 Bab 216 Perdebatan Riana dan juga Rian
217 Bab 217 Gagal nya acara lamaran
Episodes

Updated 217 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62 Restoran
63
Bab 63 Restoran 2
64
Bab 64 Ke khawatiran Sania
65
Bab 65 Menginap
66
Bab 66 Masakan Ibu
67
Bab 67 mencari Barang istimewa
68
Bab 68 Pertanyaan Pak Udin
69
Bab 69 Kembali nya Karan
70
Bab 70 Kejutan dari Karan
71
Bab 71 Kejutan Karan dua
72
Bab 72 Keterkejutan Pinky
73
Bab 73 Kemarahan Sania
74
Bab 74 Kebahagiaan di rumah kakek Sanjaya
75
Bab 75 Pertanyaan kakek Sanjaya
76
Bab 76 Rasa lapar
77
Bab 77 Mainan baru
78
Bab 78 Datang ke kantor
79
Bab 79 Bosan
80
Bab 80 Rumah sakit
81
Bab 81 Terungkap nya Identitas Sania dan Karan
82
Bab 82 Maaf dari pinky
83
Bab 83 Keisengan sang tante
84
Bab 84 Kemarahan tuan Arzan
85
Bab 85 Pertengkaran Kirana
86
Bab 86 Keangkuhan Kirana
87
Bab 87 Rengekan Sania
88
Bab 88 Melamar Pinky
89
Bab 89 Tangisan Bahagia Pinky
90
Bab 90 Kejahilan Sang Pegawai
91
Bab 91 Curhatan Arlan
92
Bab 92 Kekhawatiran Karan dan juga Arlan
93
Bab 93 Tingkah konyol Sania
94
Bab 94 Senyuman Pinky
95
Bab 95 Cerita kak Karan
96
Bab 96 Rasa sakit
97
Bab 97 Sakit
98
Bab 98 Hari Pernikahan
99
Bab 99 Acara pernikahan part 2
100
Bab 100 Rasa kesal karena diabaikan
101
Bab 101 Kesedihan Bu Wati
102
Bab 102 Kebahagiaan sang Ibu
103
Bab 103 Ceritaku
104
Bab 104 Sayang sayangan
105
Bab 105 Dosen killer
106
Bab 106 Pingsan
107
Bab 107 Jalan jalan di Ubud
108
Bab 108 Cerita Riana
109
Bab 109 Terbongkar nya penyakit Sania
110
Bab 110 Sedih
111
Bab 111 Membuat Sania bahagia
112
Bab 112 Kekhawatiran tuan Arzan
113
Bab 113 Senyuman Sania
114
Bab 114 Kepulangan Karan dan juga Pinky
115
Bab 115 Kesedihan Mama Citra
116
Bab 116 Berpikir keras
117
Bab 117 Arlan
118
Bab 118 Di Restoran
119
Bab 119 Kambuh lagi
120
Bab 120 Terbongkar nya penyakit Sania
121
Bab 121 Terbongkar nya penyakit Sania part 2
122
Bab 122 Kesedihan Bu Wati
123
Bab 123 Menutup Aurat
124
Bab 124 Rasa sedih Arlan
125
Bab 125 Pengakuan cinta Arlan
126
Bab 126 Keluarga besar Sanjaya
127
Bab 127 Kegundahan Karan
128
Bab 128 Kantor cabang
129
Bab 129 Berbohong demi puteri kecilnya
130
Bab 130 Rendah hati
131
Bab 131 Nomor Kapak wiro sableng
132
Bab 132 Tangisan pilu sang Bunda
133
Bab 133 Titik lokasi keberada'an Sania
134
Bab 134 Pertemuan Sania dengan Arlan
135
Bab 135 Suka duka cinta Arlan
136
Bab 136 Perhatian Karan
137
Bab 137 Adakah Cinta untuk Sania
138
Bab 138 Menemui Saudara senasib nya
139
Bab 139 Ledekan dokter Imelda
140
Bab 140 Kembali nya Sania ke kantor cabang
141
Bab 141 Ungkapan cinta Arlan
142
Bab 142 Kekecewa'an Sania
143
Bab 143 Pingsan
144
Bab 144 Dumelan Karan
145
Bab 145 Ngelamar Sania
146
Bab 146 Penuh air mata
147
Bab 147 Hari bahagia
148
Bab 148 Persiapan acara
149
Bab 149 Ledekan tante Cinta
150
Bab 150 Acara sakral Sania dan Arlan
151
Bab 151 Kekaguman Arlan
152
Bab 152 Kebahagiaan kakek Sanjaya
153
Bab 153 Apartement Arlan
154
154 Ciuman pertama
155
Bab 155 Rasa lega
156
Bab 156 Candaan di pagi hari
157
Bab 157 Drama telur ceplok
158
Bab 158 Keakraban Sania dengan penjaga apotik
159
Bab 159 Sikap aneh Pinky
160
Bab 160 Hamil
161
Bab 161 Kebahagia'an Sania
162
Bab 162 Kenyataan pahit
163
Bab 163 CCTV
164
Bab 164 Pesan Bunda
165
Bab 165 Kasih seorang kakak
166
Bab 166 Laki-laki tak tergantikan
167
Bab 167 Rasa haru
168
Bab 168 Roti kesukaan Arlan
169
Bab 169 Kejailan Arlan
170
Bab 170 Kangen Ayah
171
Bab 171 Rasa kesal
172
Bab 172 Rasa gemas kepada Mikhael
173
Bab 173 Pertemuan Sania dengan Rika
174
Bab 174 Kepergian Sania
175
Bab 175 Kesedihan Arlan
176
Bab 176 Rasa ikhlas kehilangan
177
Bab 177 Pekerjaan baru yang di lakoni Sania
178
Bab 178 Kecelaka'an
179
Bab 179 Rika dalang kecelakaan Arlan
180
Bab 180 Mengigau
181
Bab 181 Sadar
182
Bab 182 Olahan ikan
183
Bab 183 Pertemuan yang haru biru
184
Bab 184 Hamil
185
Bab 185 Rasa bahagia tengah menyelimuti Sania
186
Bab 186 Cerita sang sopir angkutan umum
187
Bab 187 Rika di penjara
188
Bab 188 Makan malam di kamar
189
Bab 189 Obrolan yang sama
190
Bab 190 Rendang
191
Bab 191 Hari bahagia Sania dan juga Arlan
192
Bab 192 Kejutan yang tak terduga
193
Bab 193 Kepanikan Arlan
194
Bab 194 Kembar tiga
195
Bab 195 Masalah yang tiada habis nya
196
Bab 196 Kepulangan si kembar
197
Bab 197 Masa masa tersulit
198
Bab 198 Detik detik menegangkan
199
Bab 199 Detik detik menegangkan part 2
200
Bab 200 Lahir dengan selamat
201
Bab 201 Rengekan Arlan
202
Bab 202 Kekonyolan Arlan didepan keluarga Sania
203
Bab 203 Rasa bahagia
204
Bab 204 Kepulangan triple ke rumah Bunda Wati
205
Bab 205 Kebahagiaan Pinky
206
Bab 206
207
Bab 207 Kebersamaan dokter Michael dengan Andriana
208
Bab 208 Kedatangan kakek Sanjaya
209
Bab 209 Keisengan Karan
210
Bab 210 Ledekan Karan dan juga Sania
211
Bab 211 Perdebatan Andriana dan juga Andrian
212
Bab 212 Cerita Andrian kepada sang Papa
213
Bab 213 Kedatangan Laura di rumah sakit
214
Bab 214 Di intai
215
Bab 215 Kedatangan tuan Bagas dan Nyonya Helena
216
Bab 216 Perdebatan Riana dan juga Rian
217
Bab 217 Gagal nya acara lamaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!