" Oke!! Papa, kita pindah, tapi jangan lagi ngomongin Karan. Karan tidak bersalah, dan Karan juga tidak mau di lahir kan di keluarga miskin, tapi itu semua sudah takdir, takdir yang menentukan kapan kita kaya, dan kapan kita miskin," Seru Kirana dengan tegas pada sang Papa.
Kirana menghela nafas panjang dan meneruskan ucapan nya yang sempat terhenti, "Ingat Pa? roda kehidupan terus
berputar, ada kalanya kita di atas dan ada kalanya kita di bawah, jadi, Kirana mohon hentikan omongan Papa yang tak berfaedah itu," Ucap nya mengingat kan Pak Lukman Papa nya, Kirana pun berlalu meninggalkan sang Papa di ruang keluarga seorang diri. Papa nya hanya memandangi kepergian sang putri, lalu beralih memandang foto mendiang sang istri yang tergantung rapi di tembok berwarna cream tersebut.
Pak Lukman sang Papa Kirana hanya bisa menghela nafas panjang dan
menghembuskan dengan kasar, seraya berkata, "Ma? kamu lihat sendiri kan kelakuan Putri kita barusan, ini semua karena Mama selalu memanjakan dia, dan sekarang Mama malah meninggalkan kita berdua di sini untuk selama lamanya," Lirih nya, namun Pak Lukman masih mencoba untuk tetap tegar.
Ya, Mama Kirana sudah meninggal waktu Kirana berumur 4 tahun, setelah sang Mama melahirkan Kirana, setahun kemudian dokter memvonis kalau Mama Kirana menderita kanker otak stadium akhir, segala macam pengobatan telah ia jalani untuk menekan penyakit yang di derita nya, namun Tuhan lebih sayang pada Mama Kirana, tepat di hari ulang tahun Kirana yang ke 4 tahun sang Mama menghembuskan nafas terakhir nya, Mama Kirana, meninggalkan Kirana kecil untuk selama lamanya. Sedih, pasti sedih banget, mengingat selama Mama Kirana masih hidup, Kirana lebih akrab dengan sang Mama, karena sang Papa sendiri jarang berada di rumah nya, karena alasan pekerjaan nya yang tak bisa di tinggal kan.
Sejak kepergian sang Mama, Kirana selalu merasa sedih, sampai suatu hari Kirana bertemu dengan Karan, dan akhirnya Kirana dan juga Karan memutuskan untuk menjalin persahabatan antara mereka berdua.
*-*-*-*-*-*-*-*
Kirana mengerjapkan mata nya, karena merasa silau oleh sinar mentari pagi.
Kirana menyibak selimut tebal nya, dan mulai menurunkan kedua kakinya ke lantai, Kirana memakai sendal nya dan langsung masuk ke kamar mandi, karena jam dinding nya sudah menunjukkan pukul 5:30 pagi.
Tak membutuhkan waktu lama Kirana segera menyelesaikan mandi nya, dan dengan segera Kirana menyambar seragam sekolah nya di walk in closet.
Setelah rapi dengan pakaian nya, Kirana buru buru turun dari lantai dua menuju lantai satu, dengan tas sekolah di punggung nya, Kirana melewati sang Papa yang sedang menunggu nya di meja makan.
''Nona Kirana, sarapan dulu,'' kata sang Bibi Wati asisten rumah tangga di rumah nya.
''Nggak usah Bi, Kirana langsung berangkat saja,'' Jawabnya singkat.
Pak Muklis sudah menunggu di depan rumah, karena mendengar Kirana yang tak mau sarapan sebelum berangkat ke sekolah nya.
''Ayo Pak,'' ajak Kirana pada sang sopir.
''Baik Non?'' sahut Pak Muklis menganggukkan kepalanya, sembari membukakan pintu mobil untuk Nona kecilnya.
''Maaf Non, bukannya masih pagi, kenapa tidak sarapan dulu bersama Tuan,'' tanya Pak Muklis ragu ragu.
''Lagi nggak nafsu makan Pak,'' jawab Kirana sekenanya. Pak Muklis hanya manggut-manggut mendengar jawaban dari sang majikan.
Jam menunjukkan pukul 6:20 Kirana sudah di antar ke sekolah nya bersama Pak Muklis sang sopir, di dalam perjalanan Kirana selalu memikirkan Karan, oleh karena itu Kirana memutuskan untuk mampir ke rumah Karan barang sejenak.
"Pak, kita ke rumah Karan sebentar?'' Ucapnya lembut sambil menatap sang sopir yang ada di depannya.
"Baik Non," Jawabnya sopan pada Nona kecilnya, Kirana terbilang anak yang sangat mandiri, ketika di tinggal pergi oleh sang Mama nya, Kirana tak pernah menampakkan raut sedih nya di depan sang Papa, karena dia mengerti akan kesedihan sang Papa yang begitu dalam atas kepergian sang istri (Mama) untuk selama lamanya.
"Tapi ingat Pak, Pak Muklis nggak boleh bilang sama Papa," Kirana mengingat kan sang sopir, sang sopir pun hanya mengangguk kan kepala nya pelan.
Sesampainya di rumah Karan, Kirana segera mengetuk pintu rumah Karan.
Tok... Tok... Tok.
Suara pintu di ketuk, dan tak lama kemudian wanita paruh baya membuka pintu rumahnya, sembari bertanya, "Cari siapa Nak?" Tanya Ibu Karan lembut.
"Maaf Bu, mengganggu pagi pagi, kalau boleh tau Karan nya ada," Tanya balik Kirana dengan sopan nya.
"Karan nya, baru saja berangkat ke sekolah nya," Jawab Ibunya Karan.
Mendengar perkataan dari sang Ibu Karan, Kirana merasakan kesedihan yang amat dalam.
"Ya sudah, kalau gitu Kirana pamit Bu?" Ujar Kirana dengan nada sedihnya, Kirana bergegas melangkah pergi setelah berpamitan Ibu Karan.
Sedangkan Ibunya Karan hanya mengiyakan kepergian Kirana, tanpa bisa bertanya padanya, ''Untuk apa dia datang kemari, dan siapa dia,'' Gumam nya pelan setelah kepergian Kirana.
Setelah Kirana benar-benar pergi, lantas Ibunya Karan menutup pintu rumah nya kembali, dan meneruskan pekerjaan rumahnya yang belum kelar.
Sedangkan Kirana yang berada di dalam mobil, masih dengan kesedihan nya, "Karan, kamu tau nggak, kalau aku bakalan pindah ke Paris minggu depan," Lirih nya sembari mengusap air mata yang tak terasa sudah menetes di kedua pipinya.
"Non Kirana, nggak apa apa kan," Tanya sang sopir karena melihat sang majikan menangis.
Kirana menggeleng, "Saya nggak apa apa kok Pak, hanya saja saya merasa sedih karena akan berpisah dengan sahabat ku" Gumam nya menundukkan kepala nya.
"Mungkin Non Kirana dan sahabat nya akan bertemu kembali setelah dewasa nanti," Sahut Pak Muklis sang sopir, dia mencoba menghibur Nona kecilnya.
"Iya kalau Kirana balik lagi kesini Pak, kalau nggak gimana?" Tanya Kirana dengan keputus asa'an.
"Non Kirana yang sabar ya, ngadepin Papa nya Non, saya rasa Papa Non sangat sayang sama Non Kirana."Ujar nya menenangkan Kirana.
Tak ada jawaban dari Kirana, akhirnya suasana di dalam mobil menjadi hening karena orang yang ada di dalam mobil tak ada yang berbicara walau hanya sepatah dia patah, Sampai akhirnya Kirana sampai lah di sekolah nya. Sekolah Kirana tergolong sekolah yang elit, hanya untuk di peruntukkan orang orang kaya yang tajir melintir.
Kirana beranjak dari tempat duduk nya, pintu mobil pun sudah di buka oleh pak Samin sang sopir. Kirana turun dari mobilnya seraya berkata, "Makasih ya Pak," Ucap Kirana sambil melangkah pergi menuju kelasnya yang sebentar lagi pelajaran akan segera di mulai.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
Matsari
supirnya namanya muklis samin
2022-08-28
2
Solihuddin Lubis
yg 1 blom klar,dah bkin lgi🙄🙄
2022-07-06
5
Yulia Yulia
semangat karan
2022-07-06
5